23.39 -
Buku-Referensi,Sejarah Islam
1 comment
Enam Kitab Hadits Terpopuler
Al-Kutub As-Sittah Kitab-kitab Hadits Rujukan Ummat Islam
Kita sering mendengar istilah Al-Kutub As-Sittah, kitab yang
enam. Ia adalah sebutan bagi enam kitab hadits yang disusun oleh enam ulama
hadits di masa keemasan Islam.
Keenam kitab hadits tersebut memiliki ciri khas
masing-masing dan telah tersebar ke berbagai penjuru negeri Islam. Kitab hadits
yang pertama dalam jajaran Al-Kutub As-Sittah adalah Shahih Bukhari yang
ditulis oleh Abu Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari atau yang lebih
dikenal dengan Imam Al-Bukhari. Ia adalah ulama hadits asal kota Bukhara, wafat
pada 256 Hijriyah.
Sebenarnya, Shahih Bukhari diberi nama oleh penulisnya
dengan nama “Al-Jami’ Al-Musnad Ash-Shahih Al-Mukhtashar min Umur Rasulillah wa
Sunanihi wa Ayyamihi.” Jumlah hadits dalam kitab ini, disebutkan Al-Hafizh Ibnu
Ash-Shalah dalam Ulum Al-Hadits, adalah 7.275 hadits termasuk hadits-hadits
yang berulang. Sedangkan jika tanpa pengulangan, maka jumlahnya 4.000 hadits.
Kitab hadits kedua, adalah Shahih Muslim yang ditulis oleh Abu
Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi atau yang lebih dikenal dengan Imam
Muslim. Ulama asal kota Naisabur, wafat tahun 261 Hijriyah. Penulisnya memberi
nama kitabnya ini “Al-Musnad Ash-Shahih”.
Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa jumlah hadits dalam Shahih
Muslim sekitar 4.000 hadits dengan membuang hadits yang berulang. Dan Al-Hafizh
Al-‘Iraqi menyebutkan jumlahnya 12.000 hadits mencakup hadits yang berulang.
Kitab hadits ketiga dalam jajaran Al-Kutub As-Sittah adalah
Sunan Abu Dawud, karya Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sijistani. Ia
adalah ahli haditsnya kota Basrah, wafat pada 275 Hijriyah. Imam Abu Dawud
menamakan kitabnya ini dengan “As-Sunan”.
Kitab hadits yang keempat adalah Jami’ At-Tirmidzi yang
dikarang oleh Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, ulama yang wafat pada 279
Hijriyah. Tirmidz adalah kota tempat ia tumbuh besar, sebelah utara Iran.
Kitabnya ini juga dikenal dengan nama “Al-Jami’ Ash-Shahih,” dan “Sunan
At-Tirmidzi.”
Yang kelima adalah Sunan An-Nasa’i, yang disusun oleh Abu
Abdirrahman Ahmad bin Syuaib An-Nasa’i. Ia adalah ulama hadits kelahiran Nasa’,
nama sebuah daerah di Khurasan. Imam An-Nasa’i wafat pada tahun 303 Hijriyah.
Imam An-Nasa’i menamakan kitabnya dengan nama “As-Sunan Al-Kubra”.
Dan kitab hadits yang keenam dalam jajaran Al-Kutub
As-Sittah adalah Sunan Ibnu Majah, yang ditulis oleh Abu Abdillah Muhammad bin
Yazid bin Majah. Ia adalah seorang ulama dan ahli haditsnya daerah Qazwin, wafat
pada tahun 272 Hijriyah.
Perhatian Para Ulama
Terhadap Al-Kutub As-Sittah
Para ulama telah mencurahkan perhatian mereka terhadap
Al-Kutub As-Sittah, terlebih lagi terhadap Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Tidak pernah mereka mencurahkan perhatian mereka kepada sebuah kitab, setelah
Alqur’an, sebagaimana perhatian mereka terhadap Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim. Para ulama sejak dahulu hingga hari ini telah menulis berbagai syarah,
ta’liq, ringkasan, dan lainnya mengenai Al-Kutub As-Sittah.
Di antara kitab-kitab Syarah Shahih Bukhari yang terkenal
adalah Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al-Atsqalani dan Umdatul Qari karya
Al-‘Aini. Sedangkan kitab Syarah Shahih Muslim yang paling penting antara lain
Al-Minhaj fi Syarh Shahih Muslim ibn Al-Hajjaj karya An-Nawawi dan Syarh Shahih
Muslim karya Abu Amr bin Utsman bin Ash-Shalah.
Kitab-kitab Syarah Sunan Abu Dawud antara lain Mirqah
Ash-Shu’ud Ila Sunan Abi Dawud, karya As-Suyuthi dan Aunul Ma’bud Syarh Sunan
Abi Dawud karya Syams Al-Haq Al-‘Azhim Abadi. Kitab-kitab Syarah Jami’
At-Tirmidzi yang terpenting antara lain, Tuhfah Al-Ahwadzi karya Abdurrahman
Al-Mubarakfuri dan ‘Aridhah Al-Ahwadzi karya Abu Bakar bin Al-Arabi Al-Maliki.
Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Pujian Para Ulama
Para penulis Al-Kutub As-Sittah adalah orang-orang yang
telah diakui keilmuan dan keshalihannya baik oleh para ulama di zamannya,
maupun oleh ulama setelahnya. Karya mereka tidak perlu diragukan lagi, menjadi
rujukan para kaum Muslimin hingga hari ini.
Abdulah bin Abdurrahman Ad-Darimi, penulis Sunan Ad-Darimi,
mengatakan, “Aku melihat para ulama di Al-Haramain, Hijaz, Syam, dan Irak, tapi
aku tidak pernah melihat di antara mereka ada yang lebih mumpuni daripada
Muhammad bin Ismail (Al-Bukhari).” Dia juga mengatakan, “Dia adalah orang yang
paling berilmu, paling faqih, dan paling banyak menuntut ilmu di antara kami.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata, “Muslim
memperoleh dalam kitabnya keberuntungan yang besar, yang belum pernah seorang
pun memperoleh seperti itu, sehingga sebagian orang lebih mengutamakannya
daripada kitab Shahih Muhammad bin Ismail (Al-Bukhari).
1 komentar:
berapa harga total hadits yg 6 tersebut
Posting Komentar