18.13 -
Sejarah Islam
No comments
1492 dan Berakhirnya Islam di Andalusia
Andalusia, bagi orang awam mungkin nama ini terdengar asing.
Namun, jika disebutkan Spanyol dan Portugal, pasti semua tahu. Spanyol negara
dua klub sepakbola raksasa berasal: Real Madrid dan Barcelona. Lalu Portugal, negeri
kelahiran pemain terbaik dunia: Cristiano Ronaldo. Nah, wilayah Andalusia
dahulu mencakup dua negeri Eropa Barat tersebut. Luas bukan?
Saya akan memulai pembahasan dari belakang, tahun 1492, bukan
di tahun 711 ketika Thariq ibn Ziyad pertama kali menyeberang dari Afrika Utara
ke Pesisir Andalus. Kita kesampingkan dulu Cordova, ibu kota Andalusia di bawah
pemerintahan Bani Umayyah yang takluk pada 1238. Tunda dulu pembahasan kota bersejarah
Toledo yang jatuh pada 1085. Simpan dulu az-Zahra, kota megah yang dibangun
khalifah ‘Abdurrahman III.
1492, Granada, kota tempat istana al-Hamra’ berada, jatuh dan
dikuasai oleh orang-orang Salib. Ia merupakan benteng pertahanan terakhir umat
Islam di Andalusia. Konon, sejarah april mob dari sanalah bermula. Pembohongan
terhadap umat Islam di Granada.
Sejak tahun 1492, orang-orang Moor -sebutan bagi umat Islam di Andulusia- keluar
(dikeluarkan) meninggalkan Granada. Kebanyakan dari mereka lari ke Afrika
Utara, sebagian menuju Timur Tengah. Perlahan-lahan orang-orang mulai melupakan
kejayaan Islam di Andalusia. Tersisa hanyalah kenangan-kenangan indah yang
dikisahkan dari mulut ke mulut orang-orang terusir. Orang-orang Eropa pun seakan
menutup mulut dan mengunci rapat-rapat sejarah panjang Islam di Andalusia yang
pernah hadir selama hampir 800 tahun hingga pada awal abad ke-17, al-Maqqari sejarawan
Maroko menulis ensiklopedia sejarah Islam di Andalusia: Nafh at-Thib min
Ghusn al-Andalus ar-Rathib. Sejarah yang sempat terkubur itu mulai kembali
diperbincangkan dan tidak sedikit yang meneliti.
Para pakar telah banyak menyebutkan sebab-sebab kebangkitan
dan kejatuhan suatu peradaban. Jika ia pernah jaya, suatu saat akan datang masa
lemah dan keruntuhannya. Peradaban Yunani, Peradaban Romawi, Persia, Peradaban
Mesir, China, dan Mongol menjadi contoh nyata peradaban besar yang pernah
mewarnai jagad raya.
Islam di Andalusia pun demikian adanya. Pernah mencapai masa
kejayaannya. Peradaban Islam di sana dibangun dengan dilandaskan ilmu. Tidak
cukup dengan ilmu, ia juga ditopang dengan nilai-nilai tauhid. Pernah, sebuah
sumber menyebutkan bahwa di 300 tahun pertama, sebelum Andalusia terpecah pasca
runtuhnya kekhalifahan Umawiyah, ketika subuh, lantunan ayat-ayat al-Qur’an
menggema di setiap rumah-rumah umat Islam. Mereka sibuk mempelajari dan tak
lelah mengamalkannya. Al-Qur’an hidup dalam keseharian mereka. Kemudian masa
itu berlalu dan datang masa 400 tahun setelahnya, suara-suara indah itu tak
terdengar lagi dari rumah-rumah umat Islam di subuh hari. Hingga kota demi kota
Islam lenyap dikuasai orang-orang Salib. Mulai dari Toledo, Sevilla, Cordova,
dan terakhir, Granada.
Jika di sekitar kita melihat orang-orang tidak tertarik dengan
al-Qur’an, ia hanya dijadikan pajangan dan tersentuh hingga berdebu, tak
usahlah membicarakan peradaban apa yang akan dibangun, karena peradaban islam sejalan
dengan nilai-nilai di dalamnya. Di saat umat islam dekat dengan al-Qur’an, ia
dijadikan pedoman hidup, dipelajari, kemudian diamalkan, saat itulah peradaban
islam akan bangkit.
Wallahu a’lam