05.59 -
1 comment
Pengaruh Peradaban Islam terhadap Eropa
Sebelum zaman Renaissance, Eropa berada dalam
kegelapan (dark age). Dark age ini adalah zaman masyarakat
Eropa menghadapi kemunduran intelektual dan ilmu pengetahuan. Kegelapan juga
berarti tidak ada prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Situasi ini ada
karena tindakan dan cengkraman kuat pihak berkuasa agama yaitu Gereja Kristen
yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengongkong pemikiran
masyarakat.
Gereja berhak untuk
menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya banyak
kaum cendikiawan yang terdiri dari ahli-ahli sains mereka ditekan dan
dikontrol. Pemikiran mereka juga ditolak dan bagi yang mengeluarkan teori
bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan dihukum, bahkan
dibunuh. Golongan cendikiawan senantiasa memberontak terhadap gereja.
Pada kurun kedua belas,
gerakan intelektual telah mulai berjalan. Cerdik pandai Eropa mulai bersikap
lebih berminat untuk tahu dan lebih gairah terhadap kebudayaan bangsa Timur
yang telah lama maju.
Kubah Masjid Cordoba, Spanyol. |
Sementara itu, beberapa
kota besar di Timur Tengah telah menjadi kota ilmu pengetahuan, seperti
Iskandariah, Harran, dan Baghdad. Diskusi akademis yang melibatkan judul besar
seperti metafisika, kedokteran, astronomi, detik, politik, fisika, dan
sejenisnya dibahas secara terbuka dan ilmiah. Ini berarti saat dunia Islam
sudah menikmati kemajuan dan peradaban yang tinggi, Eropa masih diselimuti
dengan kegelapan dan kemunduran. Dunia telah diperlihatkan tentang hebatnya
perkembangan intelektual dan ilmu pengetahuan di dunia Islam antara abad ke-9
hingga ke-12.
Di masa pemerintahan
khalifah-khalifah Abbasiyah yang masyhur: al-Mansur (754-75), Harun al-Rasyid
(786-809), dan al-Makmun (813-833) wilayah-wilayah Islam khususnya di Baghdad
telah disuburkan dengan munculnya ahli-ahli pemikir besar seperti al-Kindi,
al-Farabi, Ibnu Sina, al-Biruni, Ibn Miskawayh, al-Razi, al-Khawarizmi, Ibn
Haitsam, Ibn Rusyd, dan Ibn Khaldun. Mereka menjadi pemikir dalam bidang-bidang
falsafah, metafisika, fisika, matematika, etik, politik, psikologi, kedokteran,
geografi, astronomi, kimia, optik, dan musik.
Kemajuan Peradaban
Islam di Spanyol (Andalusia) dan Pengaruhnya bagi Dunia Barat.
Spanyol adalah negeri
terpenting bagi Eropa untuk menyerap peradaban Islam. Ketika negeri ini berada
di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah, ia mengalami perkembangan pesat dari segi
ilmu pengetahuan. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol yang
berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara Eropa lainnya
dalam pemikiran, sains, dan pembangunan.[1]
Dari Spanyol pemikiran
ilmiah dan pemikiran filsafat Islam ditransmisikan ke Eropa. Dengan penaklukkan
Toledo tahun 1085 dan penaklukkan Saragossa pada 1118, kultur Islam menjadi
sangat berpengaruh dalam pola kehidupan umat Kristen. Kalangan bangsawan dan
dewan gereja Eropa membangun rumah-rumah mereka dengan meniru motif-motif
kultur Islam Hispanik untuk keilmuan mereka. Mereka berpakaian dengan tradisi
Arab dan sejumlah kepustakaan bangsa Muslim diterjemahkan ke dalam bahasa
latin.[2]
Di antara tokoh Islam
Spanyol yang paling berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran di Eropa adalah
Ibnu Rusyd (1120-1198 M), yang dikenal dengan Averroes oleh orang-orang Eropa.
Pengaruh Ibnu Rusyd atau Averroes ini sangat besar di Eropa sehingga muncul
gerakan Averroisme yang menuntut kebebasan berpikir menentang pemikiran gereja
yang dogmatis ketika itu.
Dari gerakan Averroisme
inilah di Eropa lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad
ke-17 M.[3]
Beberapa karya Ibnu Rusyd dicetak di Venesia, Italia tahun 1481, 1482, 1483,
1489, dan 1500 M. juga di Napoli, Bologna, Lyon, dan Strasbourg, Prancis pada
abad ke-16. Lalu di Jenewa di awal abad ke-17.
Pengaruh peradaban
Islam termasuk di dalamnya pemikir Ibnu Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya
pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di berbagai Universitas Islam di
Spanyol, speerti Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada. Selama
belajar, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Setelah
pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama.[4] Di
antaranya adalah Universitas Paris tahun 1231 M, kemudian di akhir zaman
pertengahan Eropa berdiri 18 universitas. Di dalam universitas-universitas
tersebut, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam
diajarkan, seperti ilmu kedokteran dan ilmu filsafat. Pemikiran filsafat yang
paling banyak dipelajari adalah pemikiran al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd.[5]
Pengaruh ilmu
pengetahuan Islam atas Eropa sejak abad ke-12 itu menimbulkan gerakan
kebangkitan kembali (Renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M.
Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa ini adalah melalui buku-buku terjemahan
arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.
Ilmu pengetahuan
tentang aljabar telah disebarkan ke Barat melalui terjemahan latin oleh Adelard
dari Bath, John dari Seville, dan Robert dari Chester. Geometri mencapai Eropa
melalui terjemahan bahasa Arab.[6]
Kitab al-Manazir karya Ibnu al-Haitsam yang menguraikan tentang optik, telah
diterjemahkan ke bahasa latin oleh Gerard dari Cremona.[7]
Demikian pula dengan ilmu trigonometri, astronomi, ilmu kimia, kedokteran, dan
lain-lain.
Demikian juga dengan
bahasa Arab berpengaruh besar di Eropa. Selama Islam berkuasa di Spanyol,
banyak nama-nama benda yang dikenal di Barat berasal dari bahasa Arab. Tidak
kurang dari 7.000 kata spanyol berasal dari bahasa Arab.[8] Di
antara kata-kata bahasa Arab yang masuk ke dalam suku kata bahasa Eropa:
Spanyol dan Inggris, misalnya kata al-sukkar menjadi azukar dalam bahasa
Spanyol, dan sugar dalam bahasa Inggris. Syarab (minuman cair), menjadi syirup
dalam bahasa Inggris.
Oleh: Mahardy Purnama
[1] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Cet.2, Jakarta:
Amzah, 2010), h.177.
[2] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam bagian kesatu dan
dua (Cet.1, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1999), h.593.
[3] S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban
Modern (Cet.1, Jakarta P3M, 1997), h.67.
[4] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam., h. 178.
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Cet.VII,
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998), h.109.
[6] Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual
Barat (Cet.II, Yogyakarta: Risalah Gusti, 2003), h.271.
[7] Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual
Barat, h.272.
[8] Abdullah Salim, Sumbangan Andalusia Kepada Dunia Barat (Cet.I,
Semarang: Unissula Press, 1999), h.61.
1 komentar:
Assalamu alaikum
Terimakasih Ilmunya pak, membuat gelora mempelajari Sejarah peradaban Islam semakin mumuncak.
misi pak,.. kira-kira dari berbagai buku rujukannya masih ada cetak gak ? dimana kiranya bisa saya beli ?
Makasih :)
Posting Komentar