Senin, 13 April 2020

Beda Pakar dan Awam

Renaisans di Eropa ditandai dengan munculnya para seniman-seniman hebat di utara Italia, Florence. Barangkali yg paling populer adalah Leonardo Da Vinci dgn lukisannya semisal: Mona Lisa dan The Last Supper. Dua lukisan paling terkenal yg lahir dari tangan Da Vinci. Wajarlah kemudian orang2 Barat sangat menghargai seni sebab ia satu bentuk perlawanan terhadap tradisi Abad Tengah yg kaku didominasi oleh gereja.
Renaisans berlalu, masuk zaman pencerahan, lalu romantisisme dan sampailah ke zaman modern. Kita temukan pembagian zaman ini dalam sejarah peradaban Barat. Tiap zaman, berbeda pula gaya dan corak para seniman seniman kanvas. Aliran aliran baru mulai muncul.
Menjelang-sampai awal abad modern muncul banyak seniman dgn berbagai gaya baru. Semisal Van Gogh & Munch dgn impresionisnya, Picasso dgn kubisme-nya, atau Mondrian dgn seni abstraknya.
Kalau mau jujur, tiap tatap lukisan2 mereka, saya yg awam seni, yg hanya bisa gambar pemandangan sawah dan gunung serta matahari dan awan di atasnya, merasa lukisan mereka seperti lukisan anak kecil yg baru belajar lukis. Atau lukisan asal jadi. Lihatlah lukisan Paul Klee "Cat & Bird", lukisan terkenal The Screamnya pelukis Norwegia, Edvard Munch, lukisan corak kubiknya Picasso, atau Tree Graynya Piet Mondrian. Asal gambar sy bilang. Tidak ada menarik-menariknya.




Barangkali kalau sy bilang seperti itu di depan para seniman, atau di depan murid-muridnya Affandi atau minimal mahasiswa IKJ jurusan seni lukis, sy kan ditertawakan. Tau apa orang awam soal lukisan. Sentuh kuas lukis saja tidak pernah, bedakan cat minyak sama cat air saja tidak bisa. Kira kira begitu pendapatnya. Begitulah, kita hanya orang awam yg cuma tau kulit luar. Ngintip juga tidak pernah mungkin.
Penonton bola paling tau itu. Kita biasa paling jago mengkritik pemain pro yg bertanding di lapangan. Padahal kita sendiri tidak rutin latihan, tidak pernah dilatih coach pro, bahkan tidak punya bola di rumah.
______________________________
Sebenarnya, sama, dalam kondisi kita sekarang ini. Para dokter menyuruh kita banyakan tinggal di rumah, pakai masker kalau keluar, tidak berkerumun, untuk mencegah tersebarnya virus mematikan. Mereka bukan menghalangi kesenangan kita. Tapi semata mata untuk kebaikan orang banyak. Karena mereka ilmui itu. Kita barangkali yg awam masalah kedokteran, virus virusan, baiknya ikut saja tanpa banyak tanya.
Begitu pula para alim ulama, menyuruh kita untuk sementara tidak berjamaah dulu di mesjid bahkan jumat ditiadakan dulu untuk sementara waktu, bukan niat menghalangi kita dari rumah Allah. Tapi dengan ilmu yg mereka miliki menasihati kita para awam ini untuk kebaikan kita. Kita barangkali beragama lebih dengan perasaan daripada ilmu, tapi mereka dengan ilmu mendalam yg mereka punya.
Dan ilmu itu tidak datang lewat mimpi melainkan mereka dapat dengan belajar, mengurangi jatah tidur, melakukan perjalanan lintas benua, bahkan dengan habiskan harta yg mereka punya semata2 untuk dapatkan ilmu warisan para nabi tersebut. Dan menghargai ilmu yg mereka punya ada hal yg baik untuk kita kerjakan. Bukankah ulama pewaris para Nabi?