Kamis, 02 Agustus 2018

Kelompok Pembunuh Assassin




Dalam Islam dikenal dengan Al-Hasyasyin         

Al-Hasyasyin (al-hasyasyun) merupakan salah satu sekte dalam aliran Syiah Ismailiyah. Dalam literatur Barat mereka dikenal dengan Assassin.

Hasyasyin, sebuah sekte ‘assasin’ atau pembunuh yang bermarkas di pegunungan Alamut, selatan Laut Kaspia. Menurut etimologi yang dipercaya selama ini, kata hasyasyin atau assasin diambil dari kebiasaan anggota ini mengonsumsi hasyisy, candu dari tanaman Canabis Indica.

Namun, etimologi lain yang lebih meyakinkan menyatakan bahwa kata tersebut berasal dari ‘hasasin’ atau ‘para pengikut Hasan’. Diambil dari pendiri kelompok ini, Al-Hasan Ash-Shabbah. Hassan Ash-Shabbah lahir di Persia sekitar 1054 M dan biasa dijuluki “Pak Tua dari Gunung”. Ia berkawan dengan penyair Omar Khayyam, penulis Rubaiyat yang terkenal. Ia memeluk doktrin Ismailiyah dan pada 1090 dan kemudian mampu menaklukkan wilayah Alamut di Iran.

Di wilayah tersebut, Hassan menciptakan ordo yang rumit dengan sembilan hierarki, termasuk lassik, fedawi, dan refik. Fedawi menjalankan misi bunuh diri: jika mendapat instruksi untuk membunuh seseorang, mereka akan melakukannya tanpa peduli pengorbanan yang harus dilakukan. Saat memerintahkan sebuah misi pembunuhan kepada para pengikutnya, Hassan mengatakan bahwa apabila berhasil menjalankannya, malaikat akan membawa mereka ke surga.

Kelompok ini biasa melakukan pembunuhan dengan bayonet demi mencapai tujuan politiknya. Anggota kelompok yang menyebar ke seluruh Asia dengan melakukan tugas sebagai misionaris. Anggota kelompok Hasyasyin adalah anak-anak muda yang dipilih karena kekuatan fisik dan keberaniannya. Mereka menerima suatu latihan untuk menggembleng mereka dengan semangat kepatuhan mutlak kepada sang Pemimpin Agung.

Dengan menguasai sejumlah benteng di atas perbukitan yang sulit dicapai lawan di kawasan yang terbentang antara Suriah dan Iran, gerakan ini mampu bertahan sampai hampir dua abad lamanya. Kemunduran baru dirasakan gerakan Hasyasyin setelah Hulagu Khan, keturunan Mongol yang mendirikan Dinasti Ilkhan di Iran, berhasil meluluhlantahkan markas besar mereka di Benteng Alamut pada 1256 M (654 Hijriyah). Setelah itu makin merosot setelah meninggalnya pemimpin mereka, Ruknuddin bin Muhammad yang bergelar Khur Syah.

Kehancuran gerakan ini semakin menjadi setelah para pengikut gerakan ini di Mesir dan Suriah dihabisi oleh pasukan Sultan Az-Zhahir Baybars dari Dinasti Mamluk pada 1272 M (671 Hijriyah). Akibatnya, berakhir pula peran mereka sebagai suatu kekuatan politi yang sebelumnya memiliki dampak besar dalam memicu penyerbuan pasukan Salib dan tentara Mongol ke kawasan Timur Tengah pada Abad Pertengahan.

Setelah benteng pertahanan gerakan ini runtuh para pengikutnya yang berjumlah tidak banyak kemudian berpencar ke berbagai kawasan dunia Islam. Pada abad ke 19 M (13 H), para pengikut gerakan ini mengangkat seorang imam baru dengan gelar Aga Khan.

Miliki Perpustakaan Besar

Para pengikut sekte ini punya perpustakaan luar biasa bernama Perpustakaan Alamut. Pada 1256 Perpustakaan Alamut runtuh bersama dengan benteng yang menaunginya akibat serang pasukan Mongol. Para anggota sekte akhirnya menyerah kepada tentara Mongol.



Sebuah anekdot menceritakan, ketika tentara Mongol memeriksa buku-buku di perpustakaan, alangkah terkejutnya mereka ketika mendapati banyak bunga rampai puisi dan risalah ilmu astronomi selain teks-teks keagamaan. Disebutkan bahwa jumlah buku yang ada di perpustakaan tersebut berjumlah 500 ribu buku. Semua buku itu musnah dibakar.