Senin, 13 Januari 2020

1947, Ucapan Selamat Dari Mesir



MERDEKA!!

Jumat, 17 Agustus 1945 atau bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364, hari di mana Soekarno membacakan Teks Proklamasi di hadapan rakyat Jakarta, rakyat Indonesia, yang isinya “Menyatakan kemerdekaan Indonesia”.

Namun, berita Indonesia dari tangan penjajah tidak serta merta langsung tersiar ke luar negeri.  Dulu, radio milik rakyat gelombang luar negerinya disegel oleh penjajah. Butuh waktu yang tidak singkat serta perjuangan hidup dan mati juga, agar berita kemerdekaan ini sampai ke luar negeri.

Berkat Pemancar Radio Malabar Bandung, berita ini akhirnya sampai ke luar negeri. Pertama kali didengar oleh mahasiswa Indonesia di Bagdad, Irak. Lalu menyebar ke Mesir dan negara lainnya.

Datanglah ucapan selamat dan pengakuan dari berbagai negara atas kemerdekaan Indonesia. Pertama datang dari Mesir pada Maret 1947 diikuti negara lainnya seperti Lebanon, Suriah, Irak, Afganistan, Arab Saudi di tahun yang sama. Dua tahun setelah pembacaan teks proklamasi oleh Presiden Soekarno.

Di tahun itu, semua ucapan selamat dan pengakuan tersebut rata-rata datang dari negara-negara Timur Tengah. Tidak ada satu pun yang datang dari negeri penjajah apalagi negeri komunis. Menariknya, pengakuan negara NKRI dari negeri yang pernah menjajah Indonesia, Kerajaan Belanda, datang pada Hari Kemerdekaan RI ke-60.

Bukan kata saya, kata sejarawan Prof Ahmad Mansur Suryanegara dalam Api Sejarah-nya Jilid Kedua.

Merdeka!!

Turunnya Wahyu Pertama di Gua Hira



Dari hari ke hari, perbuatan penduduk Makkah semakin memprihatinkan. Berbagai macam kejahatan telah mereka lakukan. Menyembah berhala, membunuh jiwa, zina merebak, dan yang kuat menindas yang lemah. Perbuatan-perbuatan hina mereka membuat Muhammad banyak merenung dan menyendiri ke gua hira.

Dahulu, sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi ada empat orang di Makkah yang disebut hanafiyyun (hanif). Mereka menolak untuk menyembah patung-patung yang disembah masyarakat Arab. Di antara patung yang terkenal di Hijaz adalah Hubal, Lata, Uzzah, dan Manat.

Dua dari empat orang itu adalah Waraqah bin Naufal dan Zaid bin Amr. Mereka berdua berusaha mencari agama yang benar. Waraqah memilih untuk memeluk Kristen mempelajari kitab agama Kristen yang asli.

Sementara Zaid bin Amr orang yang menentang keras penyembahan terhadap berhala hingga ia diusir dari Makkah. Dia mencari agama nenek moyangnya, Nabi Ibrahim, yang telah dilupakan oleh orang-orang Quraisy. Ia menuju Syam dan Irak untuk bertanya kepada para pendeta dan rahib tentang agama Ibrahim alaihissalam.

Ketika meninggalkan Makkah, Zaid berdiri di dekat Ka’bah dan berkata lantang kepada orang-orang Quraisy yang sedang berdo’a, “Wahai Quraisy, Demi Dia yang Tangan-Nya lah terletak jiwaku. Tak seorangpun dari kalian mengikuti agama Ibrahim kecuali aku.” Ia juga berdo’a, “Wahai Rabb, seandainya aku tahu bagaimana Engkau ingin disembah, begitulah aku akan menyembah-Mu, tetapi aku benar-benar tidak tahu.”

Setelah bertanya kepada para pendeta dan rahib di kota yang ia kunjungi dan mereka mengabarkan bahwa akan ada Nabi yang muncul di Makkah, maka Zaid kembali ke Makkah. Namun di perbatasan selatan Syiria ia diserang hingga tewas. Dia tidak pernah berhubungan dengan Nabi Muhammad.

Di Gua Hira

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tahan melihat kondisi kaumnya yang telah rusak akhlaknya. Ia memilih banyak menyendiri. Ia menjauh dari pesta-pesta yang riuh di Makkah. Menghindar dari mabuk-mabukan yang menjadi kebiasaan orang-orang Quraisy. Kekecewaannya semakin hari semakin bertambah.

Akhirnya ia memilih menyendiri ke Gua Hira yang jaraknya sekitar dua mil dari Makkah. Di sanalah ia bisa merenung menghabiskan waktu sendiri tanpa melihat berhala-berhala yang selalu disembah penduduk Makkah. Setiap tahun selama tiga tahun berturut-turut, beliau menghabiskan bulan Ramadhan di dalam gua tersebut.

Tidak ada yang menyangka, di gua itulah malaikat Allah, Jibril ‘alaihissalam turun dan menyampaikan wahyu kepadanya. “Bacalah!”. Dia akan menjadi manusia utusan Allah yang akan memperbaiki kondisi penduduk Makkah. Lebih dari itu, ia akan diutus untuk mengubah kondisi seluruh umat manusia.