Selasa, 30 Januari 2018

Resensi: Sejarah Hidup Nabi Muhammad

Kisah hidup Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak akan pernah habis untuk dibahas. Sejak abad awal hijriyah perjalanan hidupnya telah dicatat oleh para sejarawan semisal Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam yang sampai saat ini masih bisa dibaca bukunya yang telah berusia lebih dari seribu tahun.

Yang menjadi luar biasa adalah sejarah maupun biografi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak hanya ditulis oleh ilmuwan dan sejarawan Muslim tapi juga oleh para sarjana Barat. Satu di antara mereka adalah Martin Lings, yang kemudian setelah masuk Islam ia mengubah namanya menjadi Abu Bakr Sirajuddin.


Lings menulis satu buku mengenai Nabi seluruh ummat itu yang diberinya judul “Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources.” Dalam bukunya, Lings mencatat kisah-kisah hidup Nabi dengan detail serta merujuk kepada sumber-sumber klasik yang terpercaya sehingga nilai ilmiahnya tetap terjaga.



Nilai lebih dari karya Lings adalah gaya bahasanya yang sangat menarik dan tidak bosan untuk dibaca. Pembaca akan dibuat penasaran sehingga makin bersemangat untuk membuka dari halaman satu ke halaman berikutnya. Gaya bahasa yang indah sarat nilai sastra tidak lepas dari latar belakang Lings yang juga seorang sastrawan.

Seperti ketika Lings mengisahkan burung-burung yang menyerang tentara bergajah Abrahah:
“Tetapi, mereka telah terlambat: langit di ufuk barat menghitam pekat, dan suara-suara gemuruh terdengar; dengan suara yang makin menggelegar, muncul gelombang kegelapan yang menyapu dari arah laut dan menutupi langit di atas mereka. Sejauh jangkauan pandangan mereka, langit dipenuhi beribu-ribu burung, tak terhingga jumlahnya. Orang-orang yang berhasil selamat menceritakan bahwa burung-burung itu terbang secepat burung layang-layang dan masing-masing membawa tiga batu kecil yang membara, satu di paruhnya, dan yang lain dijepit dengan cakar di kedua belah kakinya….” (hal. 31).

Sirah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam karya Lings ini telah diterjemahkan ke dalam 10 bahasa dunia seperti Prancis, Italia, Spanyol, Turki, Arab, Jerman, Urdu, termasuk ke dalam bahasa Indonesia.


Martin Lings (Abu Bakr Sirajuddin)

Buku ini juga mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi, di antaranya terpilih sebagai buku biografi Nabi terbaik dalam bahasa Inggris pada Konferensi Sirah Nasional di Islamabad pada tahun 1983.

Judul Buku          : Muhammad Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik
Penulis                : Martin Lings (Abu Bakr Sirajuddin)
Tebal                  : 555 halaman
Penerbit             : PT Serambi Ilmu Semesta
               


Kamis, 25 Januari 2018

Granada Benteng Terakhir Islam di Andalusia

Ummat Islam pernah berkuasa di Eropa, tepatnya di Spanyol yang dahulu dikenal dengan Andalusia. Namun, satu demi satu kota-kota yang dikuasai ummat Islam direbut kembali oleh kaum Salib. Kota yang terakhir runtuh adalah Granada.

Istana Alhamra peninggalan Bani Ahmar di Granada

Setelah Sevilla berhasil dikuasai oleh ummat Nasrani pada tahun 1248, maka tidak ada kota Islam yang tersisa kecuali Granada. Ia merupakan ibu kota wilayah tenggara Andalusia yang terletak di daerah puncak yang subur. Granada di bawah pemerintahan Bani Ahmar tetap bertahan sekitar 200 tahun setelah kota-kota lain di Andalusia dikuasai oleh kaum Nasrani.

Granada terkenal dengan istana Alhamra-nya yang indah, dibangun oleh Muhammad bin Ahmar pada tahun 1238. Sampai hari ini, istana ini masih berdiri dengan kokoh dan banyak dikunjungi wisatawan.
Kejatuhan Granada terjadi pada tahun 1492. Kerajaan Kristen bersatu, ditandai dengan pernikahan Raja Ferdinand dari Aragon dan Ratu Isabella dari Kastilia pada tahun 1470. Kerajaan Kristen semakin kuat sedangkan pemerintahan Islam di Granada semakin melemah. Terlebih dengan diangkatnya Raja Granada bernama Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Sa’ad yang bergelar Al-Ghalib Billah yang masih kecil. Ia sering juga disebut Abu Abdillah Ash-Shaghir (Si Kecil). Darinyalah keruntuhan Granada dimulai.

Ketika itu, terjadi konflik dalam internal ummat Islam. Antara satu pemimpin saling berperang dengan pemimpin lainnya. Bahkan, di antara mereka ada yang meminta bantuan kepada kerajaan Kristen untuk melawan saudaranya sesama muslim. Inilah yang mengakibatkan Islam mudah dikuasai musuh.

Pada 2 Januari 1492, pihak Granada diwakili Menteri Abul Qasim Abdul Malik menandatangani perjanjian damai dengan pihak Kristen. Dalam proses penandatanganan ini, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella memasuki ruangan Istana Alhamra. Pada tahun itu juga, Ferdinand dan Isabella menerima kunci kota Granada secara resmi. Para pendeta Kristen kemudian tinggal di Masjid Agung kota yang sejak hari itu juga diubah menjadi gereja.

Raja kecil Abu Abdillah angkat kaki dari istananya. Ia harus meninggalkan istana dan kejayaan yang telah diwariskan para pemimpin muslim sebelumnya selama berabad-abad. Air matanya menetes memandang Granada dari kejauhan. Saat itulah ibunya, bernama Aisyah berteriak kepadanya, “Menangislah, menangislah, menangislah. Kamu menangis seperti perempuan. Raja yang tidak bisa mempertahankan sesuatu selayaknya laki-laki.” Demikianlah akhir kisah Granada, kota indah yang pernah ada, pusat peradaban dan ilmu pengetahuan.

Ummat Islam meninggalkan Granada

Sejumlah kaum muslimin menetap di Granada dan sejumlah kota di Andalusia, namun mereka dianiaya. Ummat Islam dilarang beribadah di masjid, dilarang shalat dan ritual keagamaan Islam lainnya, dilarang berbahasa Arab, bahkan di tahun-tahun berikutnya mereka dipaksa masuk Kristen. Jika tidak, mereka akan dihukum mati oleh Dewan Inquisisi.

Kolam air mancur dengan 12 patung singa dalam Alhamra

Hal ini mengakibatkan banyak ummat Islam yang mengungsi keluar dari Andalusia yang bukan lagi menjadi negeri Islam dan tidak bisa menjamin keamanan bagi nyawa, agama, dan harta mereka. Di antara mereka terdapat ulama, seperti Ibnul Khathib yang hijrah ke Maghrib, dan Ibnul Azraq yang hijrah ke Aljazair. Sementara itu, Raja Kecil Abu Abdillah menuju kota Fez, dan menetap di sana hingga wafat tahun 924.

Sebab Jatuhnya Granada

➤Para pemimpin Islam sibuk berkonflik dan berselisih sesama mereka demi kekuasaan dan jabatan.

➤Sementara itu, musuh bersatu untuk menghancurkan Islam.

➤Diserahkannya satu per satu benteng ke tangan musuh.

➤Munculnya pemimpin-pemimpin pengkhianat.

➤Pemimpin-pemimpin itu meminta bantuan kepada pihak Kristen untuk melawan saudara mereka sesama muslim.


Sabtu, 13 Januari 2018

Makkah Kota Tertua

Makkah kota yang penuh keberkahan. Di dalamnya terdapat Baitullah yang tidak henti dikunjungi ummat Islam dari berbagai penjuru dunia.

Kota Makkah telah ada sejak zaman Nabi Adam Alaihisssalam. Ia disebut juga dengan Ummul Qura, induk atau ibu dari negeri. Hal itu disebutkan sebanyak dua kali di dalam Alqur’an. Allah berfirman, “Dan ini (Alqur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi, membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Alqur’an) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.” (QS. Al-An’am: 92).

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman, “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.” (QS. Asy-Syuura: 7).

Ka'bah Rumah Ibadah Tertua di Dunia
Allah menunjuk kota mulia ini untuk didirikan rumah-Nya (Ka’bah) untuk dijadikan tempat ibadah ummat manusia. Ialah tempat ibadah tertua di dunia sebagaimana diterangkan Allah dalam Alqur’an surah Ali Imran ayat 96, “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani dalam bukunya “Sejarah Kota Makkah” memaparkan ada empat pendapat mengapa Makkah dinamakan Ummul Qura. Pertama, sebab bumi dibentangkan dari bahwahnya. Dengan demikian, dia menjadi pusat bumi dan merupakan pusat dunia. Artinya, tanah yang berada di muka bumi ini dibagi di sekitar Makkah dengan cara yang sangat bertaut dan Makkah menjadi pusat dari tanah daratan. Dalam penelitian ilmiah, secara falaki ditemukan bahwa Ka’bah adalah pusat bumi dan dia dibangun di jantung Makkah.

Kedua, sebab Makkah merupakan kota tertua dan terlama. Ketiga, Makkah merupakan kiblat semua manusia yang menghadap kea rah Makkah. Keempat, Makkah merupakan kota yang sangat agung kedudukannya dibandingkan kota lainnya di dunia.

Selain Ummul Qura, Makkah memiliki berbagai julukan. Ia dijuluki Al-Mukarramah, karena ia merupakan kota yang dimuliakan oleh Allah. Julukan lainnya Haramun Amin atau kota suci yang aman (Surah Al-Qashash: 57) dan Al-Balad Al-Amin, negeri yang aman (Surah At-Tin: 4). Ia juga diberi nama kota Haram (suci) karena di sini terdapat tapal batas yang melingkari Makkah. Dengan pembatas ini, orang kafir tidak diperkenankan memasuki kawasan Tanah Haram ini.


Kemuliaan dan Keutamaan Kota Makkah

Di antara banyak kota di dunia, Allah telah memilih Makkah sebagai tempat bangunan rumah-Nya (Ka’bah), di mana Dia mewajibkan kepada ummat manusia untuk mendatangi tempat itu guna melaksanakan ibadah haji.  Maka, tidaklah seorang memasukinya kecuali dia berada dalam keadaan tawadhu, khusyu’, merendahkan diri, serta menanggalkan pakaian kebesaran dunia dan hanya memakai kain putih tak berjahit.

Selain sebagai tempat berdirinya Baitullah, Makkah juga dipilih menjadi kota kelahiran manusia termulia, penutup para nabi, Muhammad Shallallahu Alaihi wa sallam. Di sana pula Alqur’an pertama kali diturunkan kepada beliau, menjadi tempat bertemunya Adam dan Hawa setelah lama berpisah sejak diturunkan dari surga, serta adanya sumur Zamzam yang telah ada sejak zaman Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Alaihimassalam.

Di akhir zaman kelak, Makkah menjadi satu di antara dua kota yang tidak dimasuki oleh Dajjal. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Aku akan keluar dan menelusuri muka bumi. Tidaklah aku membiarkan suatu daerah kecuali pasti aku singgahi dalam masa empat puluh malam selain Makkah dan Thaybah (Madinah Munawwarah). Kedua kota tersebut diharamkan bagiku. Tatkala aku ingin memasuki salah satu dari dua kota tersebut, malaikat menemuiku dan menghadangku dengan pedangnya yang mengkilap. Dan di setiap jalan bukit ada malaikat yang menjaganya. (HR. Muslim)


Kota Tua Lainnya

1. Gaziantep, Turki (3650 SM).
2. Jerusalem (3000 SM)
3. Giza, Mesir (2568 SM).
4. Xi’an, China (2205 SM).
5. Zurich, Swiss (3000 SM).
6. Luxor, Mesir (2160 SM).
7. Lisbon, Portugal (2000 SM).

Cordoba, Pusat Peradaban Islam Spanyol

Cordoba Ibu Kota Andalusia

Pada abad pertengahan, Islam pernah berkuasa di Eropa yakni Andalusia. Di negeri yang sekarang menjadi Spanyol dan Portugal itu ummat Islam membangun peradaban maju yang berpusat di Cordoba.

Cordoba atau Cordova adalah sebuah kota di Spanyol yang terletak di atas Sungai Guadalquivir, di dataran luas dan subur di kaki Gunung Sierra Morena. Sebelum ummat Islam berkuasa, kota ini dan Andalusia secara umumnya di kuasai oleh bangsa Goth. Bangsa Goth menjadikan Toledo sebagai ibu kota pemerintahannya.

Barulah setelah ummat Islam berkuasa, Cordoba dijadikan ibu kota pemerintahan oleh penguasa muslim bernama Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I. Abdurrahman Ad-Dakhil bernama lengkap Abdurrahman bin Muawiyah. Ia merupakan keturunan dari Hisyam bin Abdul Malik, khalifah Bani Umayyah yang pernah berkuasa di Damaskus.

Sejak Abdurrahman memimpin Andalusia, Cordoba terus mengalami kemajuan. Di sana ummat Islam hidup rukun dengan orang-orang asli Andalusia yang beragama Nasrani serta orang-orang Yahudi. Abdurrahman Ad-Dakhil membangun Masjid Agung Cordoba (Le Mezquita) dan menjadikannya sebagai pusat pendidikan. Di masa Abdurrahman Ad-Dakhil jumlah masjid di Cordoba mencapai 490 buah kemudian bertambah menjadi 3.837. Rumah rakyat berjumlah 213.007 buah. Kalangan petinggi 60.300 buah. Tempat usaha sebanyak 80.455 buah dan jumlah pemandian umum 900 buah.

Cordoba mencapai masa kejayaan di masa khalifah Abdurrahman an-Nashir. Di masa Khalifah An-Nashir, Cordoba menyaingi Konstantinopel ibu kota Byzantium dan Baghdad ibu kota Daulah Abbasiyah hingga orang-orang barat menyebut kota ini sebagai Permata Dunia.

Pembangunan Cordoba mengalami peningkatan di masa Khalifah an-Nashir. Di masanya jumlah penduduk Cordoba mencapai 500.000 jiwa. Cordoba menjadi kota dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia setelah Baghdad dengan jumlah 2 juta jiwa. Sementara saat itu warga Paris, Prancis, baru berjumlah sekitar 38.000 jiwa. Perbedaan yang sangat jauh.

Seorang saudagar Mosul datang ke Cordoba tahun 961 M. ketika menggambarkannya ia mengatakan: “Kota di Andalusia yang paling besar adalah Cordoba. Di kawasan barat (Eropa) tidak ada kota yang serupa dengannya dari banyaknya penduduk dan luas daerah. Dikatakan bahwa Cordoba seperti salah satu sisi Baghdad. Jika tidak seperti itu, maka ia mirip dengannya. Kota Cordoba dibentengi dengan pagar tembok yang berbahan batu. Pintu masuknya ada dua melalui pagar tersebut.”

“Bangunan-bangunannya padat yang meliputinya dari arah timur, utara, barat, dan selatan. Kota ini mengarah ke lembahnya. Dan di atas lembah ini terdapat tempat yang sangat ramai dengan pasar dan aktivitas ekonomi. Adapun tempat tinggal masyarakat umum berada di daerah yang ditanami banyak pohon. Secara umum penduduknya orang-orang yang berharta dan pengusaha.”

Masjid Agung Cordoba

Masjid Cordoba atau Mezquita didirikan di atas reruntuhan Gereja Katolik peninggalan Kerajaan Goth. Pada tahun 786, Abdurrahman I lalu membeli lahan termasuk gerejanya lalu mendirikan masjid Cordoba di atas reruntuhan gereja Goth. Abdurrahman I menjadikan Masjid Agung Cordoba sebagai masjid terbaik di dunia. Tidak ada yang menyerupainya kemegahan dan keindahannya.

Interior Masjid Cordoba
Jumlah tiang yang menopang bangunan masjid sebanyak 1.293 tiang. Ribuan tiang tersebut dihubungkan dengan lengkungan-lengkungan tapal kuda yang bermotif geometris berwarna merah putih selang seling.

Masjid ini semakin diperbesar dan diperluas setelah masa Abdurrahman I. Abdurrahman II membangun menara di sebelah utara. Kemudian di masa Al-Hakam II, bangunan masjid diperbesar dan ditambahkan mihrab. Sayangnya, setelah kejatuhan umat Islam Andalusia, masjid ini beralih fungsi menjadi gereja Kathedral.

Universitas Terbaik di Eropa

Masjid Cordoba yang menjadi tempat kegiatan intelektual, juga difungsikan menjadi Universitas Cordoba di masa Khalifah Abdurrahman An-Nashir. Di Universitas Cordoba semua cabang ilmu pengetahuan diajarkan. Pengajar-pengajarnya merupakan para pakar dalam bidangnya.

Pada masa Al-Hakam II Universitas Cordova berkembang dan meraih keunggulan di antara lembaga-lembaga pendidikan di dunia. Ia melebihi Al-Azhar Kairo dan Nizhamiyah di Baghdad. Universitas ini menarik minat para pelajar Muslim dan Kristen tidak hanya dari Spanyol tetapi juga dari wilayah-wilayah lain di Eropa, Afrika, dan Asia.


Karena universitas inilah Cordoba menjadi terkenal di mata dunia sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan. Orang-orang Eropa banyak yang datang ke Spanyol untuk belajar di berbagai universitas yang tersebar di Spanyol.