Senin, 04 Mei 2015

1492 dan Berakhirnya Islam di Andalusia

Andalusia, bagi orang awam mungkin nama ini terdengar asing. Namun, jika disebutkan Spanyol dan Portugal, pasti semua tahu. Spanyol negara dua klub sepakbola raksasa berasal: Real Madrid dan Barcelona. Lalu Portugal, negeri kelahiran pemain terbaik dunia: Cristiano Ronaldo. Nah, wilayah Andalusia dahulu mencakup dua negeri Eropa Barat tersebut. Luas bukan?

Saya akan memulai pembahasan dari belakang, tahun 1492, bukan di tahun 711 ketika Thariq ibn Ziyad pertama kali menyeberang dari Afrika Utara ke Pesisir Andalus. Kita kesampingkan dulu Cordova, ibu kota Andalusia di bawah pemerintahan Bani Umayyah yang takluk pada 1238. Tunda dulu pembahasan kota bersejarah Toledo yang jatuh pada 1085. Simpan dulu az-Zahra, kota megah yang dibangun khalifah ‘Abdurrahman III.

1492, Granada, kota tempat istana al-Hamra’ berada, jatuh dan dikuasai oleh orang-orang Salib. Ia merupakan benteng pertahanan terakhir umat Islam di Andalusia. Konon, sejarah april mob dari sanalah bermula. Pembohongan terhadap umat Islam di Granada.

Sejak tahun 1492, orang-orang Moor  -sebutan bagi umat Islam di Andulusia- keluar (dikeluarkan) meninggalkan Granada. Kebanyakan dari mereka lari ke Afrika Utara, sebagian menuju Timur Tengah. Perlahan-lahan orang-orang mulai melupakan kejayaan Islam di Andalusia. Tersisa hanyalah kenangan-kenangan indah yang dikisahkan dari mulut ke mulut orang-orang terusir. Orang-orang Eropa pun seakan menutup mulut dan mengunci rapat-rapat sejarah panjang Islam di Andalusia yang pernah hadir selama hampir 800 tahun hingga pada awal abad ke-17, al-Maqqari sejarawan Maroko menulis ensiklopedia sejarah Islam di Andalusia: Nafh at-Thib min Ghusn al-Andalus ar-Rathib. Sejarah yang sempat terkubur itu mulai kembali diperbincangkan dan tidak sedikit yang meneliti.

Para pakar telah banyak menyebutkan sebab-sebab kebangkitan dan kejatuhan suatu peradaban. Jika ia pernah jaya, suatu saat akan datang masa lemah dan keruntuhannya. Peradaban Yunani, Peradaban Romawi, Persia, Peradaban Mesir, China, dan Mongol menjadi contoh nyata peradaban besar yang pernah mewarnai jagad raya.

Islam di Andalusia pun demikian adanya. Pernah mencapai masa kejayaannya. Peradaban Islam di sana dibangun dengan dilandaskan ilmu. Tidak cukup dengan ilmu, ia juga ditopang dengan nilai-nilai tauhid. Pernah, sebuah sumber menyebutkan bahwa di 300 tahun pertama, sebelum Andalusia terpecah pasca runtuhnya kekhalifahan Umawiyah, ketika subuh, lantunan ayat-ayat al-Qur’an menggema di setiap rumah-rumah umat Islam. Mereka sibuk mempelajari dan tak lelah mengamalkannya. Al-Qur’an hidup dalam keseharian mereka. Kemudian masa itu berlalu dan datang masa 400 tahun setelahnya, suara-suara indah itu tak terdengar lagi dari rumah-rumah umat Islam di subuh hari. Hingga kota demi kota Islam lenyap dikuasai orang-orang Salib. Mulai dari Toledo, Sevilla, Cordova, dan terakhir, Granada.


Jika di sekitar kita melihat orang-orang tidak tertarik dengan al-Qur’an, ia hanya dijadikan pajangan dan tersentuh hingga berdebu, tak usahlah membicarakan peradaban apa yang akan dibangun, karena peradaban islam sejalan dengan nilai-nilai di dalamnya. Di saat umat islam dekat dengan al-Qur’an, ia dijadikan pedoman hidup, dipelajari, kemudian diamalkan, saat itulah peradaban islam akan bangkit. 

Wallahu a’lam