Rabu, 03 Desember 2014

Tahun Gajah, Kelahiran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

Rasulullah, Muhammad ibn Abdullah shallallahu alaihi wa sallam dilahirkan di Mekah. Ibunya bernama Aminah binti Wahb. Tanda-tanda keistimewaan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam telah nampak ketika masih dalam kandungan. Ibn Hisyam menceritakan dalam sirahnya, mengutip dari Ibn Ishaq bahwa ketika Aminah mengandung Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ia bermimpi didatangi oleh seseorang dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau mengandung pemimpin umat ini………”

Keistimewaan yang lain adalah ketika Aminah mengandung Rasulullah, ia melihat seberkas cahaya keluar dari perutnya dan dengan sinar tersebut ia bisa melihat istana-istana Busra di Syam.[1] Ini merupakan mukjizat sebelum kelahiran Nabi Muhammad, sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab sirah.

Tahun kelahiran Rasulullah dinamakan Tahun Gajah. Orang-orang Arab pada masa itu belum mengenal adanya tahun dalam angka-angka sebagaimana yang ada saat sekarang ini. Mereka biasa mengaitkan kelahiran seseorang dengan kejadian tertentu.

Tidak lama sebelum Nabi Muhammad lahir, terjadi suatu peristiwa besar. Raja Yaman bernama Abrahah bergerak menuju Mekah dengan niat menghancurkan Rumah Allah, Ka’bah. Hal ini dikarenakan, Ka’bah telah menjadi tempat suci bagi orang-orang Arab yang sering diziarahi setiap saat sehingga Mekah menjadi ramai.

Abrahah ingin menyaingi Ka’bah di Mekah dengan membangun bangunan yang lebih indah dari Ka’bah dengan niat untuk mengalihkan perhatian orang-orang Arab ke Yaman, bukan ke Mekah. Ia memabangun bangunan dengan arsitektur indah yang disebut Qullais di Sana’a. Bukannya menarik minat orang-orang untuk mengunjunginya, ia malah dihina. Bahkan, ada seorang yang datang ke tempat tersebut dan buang air di sana.[2] Ini tentu saja adalah penghinaan bagi Abrahah.

Abrahah kemudian mengumpulkan bala tentaranya dengan menunggangi gajah menuju Mekah untuk menghancurkan Ka’bah. Ketika mendekati Kota Mekah, Abrahah meminta kepada seorang utusan untuk mendatangi pemuka masyarakat Mekah bahwa kedatangannya ke Mekah bukan untuk berperang, tetapi untuk menghancurkan Ka’bah. Utusan Abrahah menemui Tokoh Mekah, yang tidak lain adalah Abdul Mutthalib, kakek Nabi Muhammad. Ia menyampaikan pesan dari Abrahah.

“….Sesungguhnya ini adalah rumah Allah yang suci dan rumah kekasih-Nya Ibrahim alaihissalam. Jika Allah melindunginya maka itu adalah kehendak-Nya karna ini adalah rumah-Nya dan tanah-Nya yang suci dan jika Ia menghalangi Abarah maka itu adalah kekuasaan-Nya. Demi Allah kita tidak punya kekuasaan apapun.”[3]

Kata ini diucapkan tokoh Quraisy tersebut dengan sangat tenang. Dia yakin bahwa Allah akan melindungi mereka. Abdul Mutthalib adalah tokoh yang disegani, bahkan disebutkan bahwa ketika Abrahah melihatnya, ia merasa segan dan kagum hingga turun dari gajahnya untuk duduk bersama Abdul Mutthalib untuk menyampaikan keinginannya menghancurkan Ka’bah.




Ketika Abrahah hendak memasuki kota Mekah setelah mendengar pernyataan dari Abdul Mutthalib, gajah yang ditungganginya tersungkur tidak dapat berjalan memasuki kota Mekah. Gajah itu terus mengaung. Anehnya ketika dihadapkan ke arah selain kota Mekah, gajah itu mampu berdiri dan berjalan. Akan tetapi ketika kembali di arahkan ke Mekah, ia kembali tersungkur. Beberapa orang telah menyarankan Abrahah dan pasukannya agar kembali ke Yaman dan membatalkan niatnya untuk menghancurkan rumah Allah itu.

Di saat-saat itulah Allah mengirimkan sekawanan burung yang masing-masing membawa tiga buah batu: dua batu di kedua kaki, dan satu di paruh. Batu-batu berukuran kecil tersebut mereka lemparkan ke arah Abrahah dan pasukannya yang mengakibatkan tubuh pasukan gajah tersebut terpotong-potong sedikit demi sedikit, hati keluar dan dada mereka terbelah.

Ini adalah salah satu peristiwa nyata yang senantiasa tercatat dalam sejarah, menunjukkan kekuasaan Allah. Kisah ini juga tercatat dalam al-Qur’an yang menguatkan kebenarannya.

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”[4]

Pada tahun peristiwa penyerangan gajah inilah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam lahir di hari senin tanggal 12 Rabi’ al-Awwal. Ada yang mengatakan tanggal 9. Sebagian penulis menetapkan bahwa kelahiran Nabi Muhammad adalah bulan April tahun 571 Masehi.[5] Wallahu a’lam.





[1] Lihat Ibn Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah li Ibn Hisyam. Lihat juga Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Al-Rahiq al-Makhtum.
[2] Lihat Ibn al-Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh I, Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1407 H/1987 M) h. 342.
[3] Ibn al-Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, h. 433.
[4] QS. Al-Fiil: 1-5
[5] Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Al-Mausuah al-Muyassarah fi al-Tarikh al-Islamy, terj. Ensiklopedi Sejarah Islam (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2013), h. 7

0 komentar:

Posting Komentar