Jumat, 28 Juli 2017

Kopi Minuman dari Negeri Islam

Berasal dari Yaman pada abad ke-10


Kopi (inggris: coffee) adalah salah satu minuman yang paling digemari di dunia saat ini. Berbagai kafe dan warung kopi tumbuh dan menjamur di mana-mana. Tapi, mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa kopi adalah minuman warisan masyarakat muslim era keemasan.

Kata ‘kopi’ dalam bahasa Arab adalah "qahwa" kemudian diserap menjadi kahve dalam bahasa Turki. Orang Italia kemudian menyebutkan dengan caffe. Sementara orang Inggris menyebutnya coffee. 

Kopi pertama kali ditemukan masyarakat Muslim di Yaman pada abad ke-10. Di Yaman, kopi diracik sebagai minuman bernama Al-Qahwa. Konon, minuman ini dibuat oleh kelompok sufi agar mereka dapat tetap beribadah serta berdzikir sepanjang malam. Kopi lalu menyebar ke seluruh negeri muslim melalui para pelancong, jamaah haji dan para pedagang.

Salah satu kisah populer tentang penemuan biji kopi adalah kisah tentang penggembala kambing/domba asal Ethiopia yang menemukan biji pahit namun menyegarkan. Alkisah, penggembala tersebut menggiring kawanan dombanya untuk mencari makan. Dia tiba-tiba menyadari kalau domba-dombanya menjadi semakin aktif setelah memakan sejenis buah mirip bery liar. Dia kemudian mengumpulkan buah tersebut dan merebusnya untuk membuat kopi pertama dalam sejarah. Namun, catatan yang lebih shahih menyatakan bahwa kopi diekspor dari Yaman ke Ethiopia.

Pada penghujung abad ke-15, biji kopi telah sampai di Makkah dan Turki. Sedangkan masyarakat Mesir baru mencicipi kopi pada abad ke-16 M. Dari Turki, kopi kemudian menyebar hingga ke Venezia (Italia) pada tahun 1645. Biji kopi akhirnya dibawa ke Inggris pada tahun 1650 oleh seorang Turki bernama Pasqua Rosee, ada yang menyebutkan Pasqua orang Yunani.

Konon, karena kopi ini berasal dari dunia Islam, pihak gereja di Eropa pernah mengeluarkan larangan minum kopi bagi ummat Kristen di Eropa. Namun, apa mau dikata, pengaruh kopi tidak dapat dibendung oleh institusi gereja dan lembaga kerajaan Eropa. Dan hingga kini, kopi sebagai salah satu produk racikan ummat muslim telah begitu terkenal dan sangat digemari di seluruh dunia.

Warung Kopi Pertama

 Masyarakat Eropa baru menikmati kopi pada abad ke-17 M, tepatnya di salah satu kota Italia yang terkenal, Venezia. Hubungan perdagangan antara Venezia dengan Afrika Utara, khususnya Mesir menjadi pintu masuknya kopi ke Eropa. Dan untuk pertama kalinya, kedai kopi dibuka di Venezia pada tahun 1645. Sejak itu, kopi menjadi minuman yang selalu hadir setiap sarapan masyarakat Venezia. Tak heran, pada tahun 1763 telah berdiri sekitar 218 kedai kopi di wilayah itu.

Kedai kopi pertama muncul di Inggris pada tahun 1650, diperkenalkan oleh seorang saudagar Turki bernama Pasqua Rosee. Pasqua yang pertama kali membuka kedai kopi di Lombard Streed, London. Pada tahun 1658, ia juga membuka kedai kopi bernama Sultanees Head di Cornhill. Pada tahun 1700, di London telah berdiri 500 kedai kopi.

Sementara di Prancis, kopi mulai dikenal pada tahun 1644 yang dibawa oleh orang-orang Marseilles yang kembali dari Istanbul, Turki. Mereka tidak hanya membawa kopi, namun juga teknik meracik dan peralatan untuk membuat minuman kopi. Pertama kali kedai kopi dibuka di Marseille pada tahun 1671 M.

Bacaan: 

Heri Ruslan, Khazanah Menelisik Warisan Peradaban Islam, Penerbit Rebuplika, 2010.

Buku: Pesona Andalusia

Sejarah Islam di Andalusia Masa Bani Umayyah

Andalusia negeri Islam yang hilang, menyimpan sejarah dan sejuta cerita tentang kejayaan Islam di masa silam. Umat Islam datang ke sana membawa agama, budaya, serta peradaban yang tidak hanya mengubah wajah Andalusia yang bobrok, tetapi juga mengubah Eropa secara umum. Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad adalah dua tokoh yang berperan penting dalam masuknya Islam di negeri bekas jajahan bangsa Vandal tersebut.

Islam masuk ke Andalusia membebaskan penduduknya dari penindasan dan perlakuan semena-mena oleh bangsa Visigoth di bawah pimpinan Raja Roderick. Islam datang menghapus semua bentuk penindasan golongan bangsawan dan para pemuka gereja terhadap golongan miskin dan minoritas Yahudi.

Pada masa-masa berikutnya, di bawah kendali para pemimpin Bani Umayyah yang berpusat di Cordova, Andalusia menjadi negeri makmur , maju, dan berpe-radaban tinggi. Andalusia berubah menjadi pusat ilmu pengetahuan dengan Cordova sebagai central utamanya. Namun, pemerintahan Bani Umayyah mulai melemah dan akhirnya runtuh pada tahun 1031.

Buku ini hadir untuk mengingatkan kembali kepada umat Islam tentang sejarah Islam di Andalusia sejak masa penaklukkan, kemudia ketika berada di bawah pemerintahan Bani Umayyah hingga berakhirnya pada tahun 1031.



Judul Buku : Pesona Andalusia

Penulis : Mahardy Purnama

Cetakan : ke-1, Oktober 2016

Penerbit : Panrita Global Media

Tebal : 152 Halaman

Kemajuan Ilmu Botani di Dunia Islam

Berkembang di Andalusia Abad Pertengahan


Perkembangan pesat dalam ilmu biologi di era kejayaan Islam abad pertengahan melahirkan ilmuwan-ilmuwan muslim yang ahli dalam ilmu botani, ilmu tentang tanaman-tanaman.

Para ilmuwan muslim memiliki andil besar dalam perkembangan ilmu biologi atau ilmu hayat sejak abad pertengahan, terutama dalm bidang botani hingga mencapai taraf yang mencengangkan. Botani merupakan salah satu bidang kajian dalam biologi yang mempelajari seluruh aspek biologi tumbuh-tumbuhan.

Ilmu ini mulai berkembang dan mencapai puncak kejayaannya di Andalusia (Spanyol), negeri Islam yang hilang. Para ahli tumbuh-tumbuhan muslim dari Andalusia adalah orang-orang muslim pertama yang berkontribusi paling besar dalam perkembangan ilmu botani dunia. Pada abad pertengahan, mereka telah melakukan pengamatan secara teliti dan menemukan perbedaan jenis kelamin pada tanam-tanaman. 

Demi mengumpulkan spesies tanaman-tanaman herbal yang langka, para ilmuwan tersebut rela menjelajahi kawasan pesisir pantai, dataran tinggi, dan pegunungan, serta ke negeri-negeri yang jauh yang mungkin belum pernah dipetakan. Ketertarikan para ahli botani muslim terhadap tumbuh-tumbuhan telah membawa mereka menjelajahi bagian dunia Islam yang luas dengan mengarungi ganasnya samudera.

Mereka datang ke suatu wilayah untuk mengeksplorasi pegunungan dan menjelajahi luasnya gurun pasir untuk menemukan tumbuh-tumbuhan langka. Para ilmuwan itu mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan yang mereka kumpulkan berdasarkan habitat tumbuh dan proses perkembangbiakannya. Dengan begitu, mekanisme tumbuhnya tanaman-tanaman itu dapat diketahui.

Pada era kejayaan Islam itu para ahli botani muslim telah berhasil menemukan beragam cara perkembangbiakan tanaman. Ada yang berkembang dengan pembenihan atau pembibitan, pemotongan tangkai, ada juga tanaman yang tumbuh dengan proses alami atau pembelahan sel sendiri seperti rumput liar. Para ilmuwan muslim Andalusia mampu mengembangkan ilmu botani jauh sebelum Barat melakukannya. Saat itu memang Barat sedang berada dalam keterpurukan yang kita kenal dengan Zaman Kegelapan (The Dark Age).

Bila dibandingkan dengan pencapaian ilmu botani zaman Yunani kuno, pengetahuan ahli botani muslim Andalusia jauh melampaui pencapaian para ilmuwan Yunani. Mereka juga menambahkan sekitar 2000 kajian tanaman dari kajian tanaman yang telah dilakukan oleh bangsa Yunani kuno. Sebagai buktinya, taman-taman botani pernah bertebaran di kota-kota besar Islam seperti di Cordova, Granada, Baghdad, Fez, dan Kairo. Baik itu berfungsi sebagai taman maupun ‘kuliah alam terbuka’. Beberapa taman itu seperti Generalife di Granada dan Taman Air di Afrika Utara, termasuk taman-taman paling indah di dunia.

Howard R. Turner dalam “Science Medieval Islam”, mengungkapkan sebagian besar penelitian botani yang dilakukan ummat Islam memberikan manfaat langsung bagi farmakologi dan farmasi yang berkembang di seluruh dunia Islam secara tak terduga. Bapak Sejarah Sains Barat, George Santon, menyatakan bahwa perkembangan pertanian dan hortikultura merupakan salah satu harta warisan paling berharga dari ummat Islam di bidang botani.

Ahli Botani Era Kekhalifahan

Salah seorang tokoh botani muslim yang paling terkenal adalah Al-Ghafiqi (wafat 1165) berasal dari Cordova, Andalusia. Al-Ghafiqi mengumpulkan sekaligus memberikan penjelasan mengenai berbagai jenis tanaman dari daratan Andalusia dan Afrika. George Santon mengatakan bahwa Al-Ghafiqi merupakan ilmuwan paling hebat pada masanya. Penjelasannya mengenai tanam-tanaman merupakan risalah paling penting di dunia Islam. ia memberikan nama-nama dari masing-masing tumbuhan tersebut ke dalam bahasa Arab, Latin, dan Berber. Karya fenomenal Al-Ghafiqi berjudul Al-Adwiyah Al-Mufradah menginspirasi Ibnu Baitar untuk meneliti tumbuh-tumbuhan dengan cara sederhana seperti yang dilakukan oleh Al-Ghafiqi.

Ahli botani muslim lainnya masih dari Andalusia, tepatnya dari kota Sevilla bernama Abu Zakariya Yahya bin Muhammad bin Al-Awwan. Karyanya yang terpenting dalam ilmu botani berjudul “Al-Filahah”. Dalam karyanya itu, ia menguraikan hasil penelitiannya terhadap 585 jenis tanaman. Di dalamnya juga menerangkan gejala-gejala, nama penyakit tanaman serta cara mengatasi penyakit itu agar tanaman tumbuh dengan sehat.

Ilmuwan botani Andalusia yang paling terkenal adalah Abdullah bin Ahmad bin Al-Baitar, lebih dikenal dengan Ibnu Al-Baitar. Ia merupakan ahli botani sekaligus pakar obat-obatan terhebat di Andalusia pada abad pertengahan. Ia mengoleksi dan memberi catatan atas 1.400 jenis tanaman obat yang diperolehnya setelah menjelajahi daerah pesisir Mediterania dari Andalusia ke Suriah. salah satu karyanya yang paling fenomenal berjudul “Al-Mughani fi Al-Adwiyah Al-Mufradah”.

Taman Botani Andalusia

Di Andalusia, sederet taman-taman indah terdapat di kota Sevilla, Cordova, dan Valencia. Amir pertama Andalusia, Abdurrahman Ad-Dakhil membuat taman yang dinamainya dengan Ar-Rushafa. Taman itu diisinya dengan tanaman-tanaman yang ia datangkan dari Timur (dunia Islam). Disebutkan bahwa dialah yang pertama membawa dan menanam pohon kurma di Andalusia.

Di abad ke-10, taman keemiran di Cordova telah digunakan menjadi semacam kebun raya untuk eksperimen pengembangan tanaman dengan biji, stek, dan akar. Sebuah manuskrip geografi mencatat bahwa Al-Mu’tashim, penguasa Andalusia masa At-Thawaif, menanam banyak tanaman langka di Almeria, seperti pisang dan tebu.


Taman Huerta del Rey di Toledo bahkan telah memiliki ahli-ahli botani khusus untuk merawatnya, yakni Ibnu Bassal dan Ibnu Wafid yang banyak melakukan percobaan pertanian dan menulis buku-buku penting tentang pertanian. Beberapa abad kemudian, barulah taman-taman mulai bermunculan di Eropa.

Sejarah Islam di Thailand Selatan

Ummat Islam Melayu di Patani


Jika disebutkan satu negara Budha di Asia Tenggara maka otomatis kita akan mengingat Thailand. Padahal di negara yang terletak di Thailand bagian selatan ini pernah berdiri kerajaan Islam, Kerajaan Patani.

Berdasarkan catatan Tome Pires dan Laksamana Cheng Ho, Kerajaan Patani didirikan sekitar abad ke-14 dan abad ke-15 M. Menurut Hikayat Patani, Kerajaan Melayu Patani awalnya berpusat di Kota Mahligai dan diperintah oleh Phya Tu Kerab Mahayana.

Karena terlalu jauh dari pusat perdagangan yang ramai didatangi orang-orang, anak dari Phya Tu Kerab Mahayana bernama Phya Tu Antara memindahkan pusat kerajaannya ke sebuah kota pelabuhan bernama Patani yang terletak di Kampong Grisek. Pada masa silam ibukota pemerintahan biasanya terletak di kota pelabuhan yang ramai didatangi kapal-kapal luar negeri.

Karena letaknya yang strategis, Patani menjadi cepat berkembang. Para pedagang muslim telah mendatangi negeri ini untuk berdagang dan tentu saja berdakwah menyebarkan risalah Islam. Karena dakwah para da’i dan pedagang muslim itulah Pya Tu Antara sang penguasa Patani masuk Islam.

Pya Tu Antara memeluk Islam melalui seorang ulama dari Pasai (Sumatera) bernama Syaikh Said. Setelah masuk Islam Pya Tu Antara bergelar Sultan Ismail Syah Zilulllah fil Alam. Sejak itu, agama Islam mempengaruhi budaya dan kehidupan keagamaan rakyat Patani.

Kerajaan Melayu Patani mengalami masa kejayaannya pada masa pemerintahan raja-raja perempuan antara tahun 1584 sampai tahun 1624. Pengaruh Patani meluas sampai ke wilayah Semenanjung seperti Kedah, Perlis, Kelantan, dan Trengganu. Beberapa keli terjadi percobaan penyerangan oleh Kerajaan Siam terhadap Kerajaan Patani tapi dapat digagalkan.

Kerajaan ini mulai merosot pada masa akhir pemerintahan Raja Kuning yang berkuasa tahun 1635 sampai 1688 M. Kemerosotan itu disebabkan konflik perebutan kekuasaan antara sesame pewaris kerajaan. Perang saudara yang terjadi kerap menimbulkan rasa tidak aman sehingga Patani tidak lagi menjadi tumpuan perdagangan. Hal ini terus berlanjut hingga abad ke-18.


Pada tahun 1785 Kerajaan Siam yang dipimpin Phraya Chakri menyerang dan berhasil menundukkan Patani. Sultan Muhammad pemimpin Patani saat itu beserta ribuan rakyatnya syahid dalam pertempuran. Sebagian lagi ditawan dan dibawa ke Bangkok. Meskipun kalah dalam pertempuran itu, Kerajaan Patani tidak runtuh. Selalu saja ada pemimpin Patani yang melakukan perlawanan terhadap Kerajaan Siam. 

Berdirinya Negara Thailand

Selama berada di bawah kekuasaan Kerajaan Siam, banyak peraturan yang merugikan ummat Islam Patani. Banyak terjadi pemberontakan sebagai wujud ketidakpuasan atas kebijakan yang diterapkan oleh Kerajaan Siam. Di antara pemberontakan itu adalah yang terjadi pada tahun 1923 di Belukar Semak. Pemberontakan ini muncul akibat pemaksaan Akta Pelajaran 1921 yang memaksa anak-anak Melayu Patani memasuki Pendidikan Kebangsaan Siam yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Siam.

Pada masa pemerintahan Pibul Songgram, diterapkan program Rathaniyom. Program ini bertujuan membentuk Negara Siam sejati berdasarkan satu agama, bangsa, bahasa, dan kebudayaan Siam. Seluruh program dituangkan dalam tujuh dektrit. Pada masa inilah diganti istilah Siam menjadi Thailand.

Bagi masyarakat Melayu Patani, program Rathaniyom 1939 adalah musibah besar, karena tidak lagi dibenarkan menggunakan nama Melayu, berpakaian Melayu, berbahasa dan menulis dalam bahasa melayu, bahkan tidak boleh lagi mempelajari agama Islam. Pada 1944, jabatan Kadi (Qadhi) dihapuskan dan masalah yang berkaitan dengan perkawinan dan harta warisan diurus berdasarkan undang-undang sipil, bukan syariat.

Islam di Thailand


1
11. Masyarakat muslim Thailand terdiri atas muslim pendatang dan muslim asli Thailand.

22. Muslim pendatang biasanya berada di Bangkok dan Chiang Mai (Thailand Utara dan Tengah).

33. Muslim penduduk asli biasanya berada di Patani, Thailand Selatan.

44. Pada tahun 1990 total penduduk muslim di Thailand berjumlah 4,5 juta jiwa dari total 57 juta penduduk Thailand.

55. Di Bangkok terdapat sekitar 8 persen penduduk muslim dari seluruh jumlah penduduk Bangkok. Kebanyakan mereka adalah pendatang (imigran).

Bahan Bacaan:

Dr. H. Saifullah, SA. MA., Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Benteng Qait Bey di Alexandria

Peninggalan Dinasti Mamluk


Mesir merupakan negeri bersejarah yang memiliki banyak peninggalan sejarah. Mulai dari masa Fir’aun, masa Alexander The Great, masa Romawi, sampai masa kekuasaan Islam. Di antara peninggalan Islam di sana adalah Benteng Qait Bey.

Benteng Qait Bey (Qait Bay) adalah benteng megah yang berdiri kokoh di Alexandria, Mesir, di tepi Laut Mediterania. Benteng ini didirikan di atas reruntuhan Mercusuar Pharos (Pharos Lighthouse).

Mercusuar itu tetap berfungsi hingga kedatangan kaum muslimin di Mesir. Pada abad ketiga Hijriyah, mercusuar itu dipugar Ahmad bin Thulun, pendiri Dinasti Thuluniyah yang pernah berkuasa di Mesir. Namun, pada abad ketujuh Hijriyah gempa hebat menghancurkan mercusuar itu.

Di atas fondasi mercusuar itu kemudian dibangun sebuah masjid kecil. Tapi, lagi-lagi gempa datang menghancurkan bangunan itu pada abad kedelapan Hijriyah (abad ke-14 Masehi). Sehingga, pada tahun 1477, Sultan Al-Asyraf Qait Bey memerintahkan pembangunan benteng di atas lokasi mercusuar tersebut.

Benteng yang terletak di sisi timur ujung utara Pulau Pharos dan di Pelabuhan Alexandria bagian timur itu merupakan bagian penting sistem perbentengan Alexandria pada abad ke-15 dan sebagai bentuk perlindungan diri Dinasti Mamluk dari kemungkinan serangan musuh.

Qait Bey, pendiri benteng ini adalah seorang sultan dari Dinasti Mamluk Burji yang pernah menguasai Mesir dan Suriah. ia bergelar Al-Malik Al-Asyraf Abu Nashr Saifudin Al-Mahmudi Azh-Zhahiri, memerintah antara 837 sampai 902 Hijriyah (1468-1496 M).

Qait Bey adalah mantan budak yang naik takhta menggantikan Azh-Zhahir Temirbugha, sultan Dinasti Mamluk sebelumnya. Ketika naikh takhta, Qait Bey dihadapkan pada dua tantangan besar. Pertama, menghadang gerak maju pasukan Dinasti Utsmaniya yang ingin menguasai Mesir. Dan kedua, mengatasi masalah ekonomi yang memburuk akibat ditemukannya Tanjung Harapan oleh para petualang Eropa yang sedang memburu kekayaan alam di Asia, khusunya Indonesia.

Qait Bey berhasil memperbaiki kondisi ekonomi di negerinya, namun ia tidak kuasa menahan serangan Dinasti Utsmaniyah sehingga pada 1491, terjadi perjanjian damai antara dirinya dengan Dinasti asal Turki tersebut. Selepas Qait Bey wafat, sekitar satu setengah dekade kemudian Turki Utsmani berhasil mengambil alih Mesir dan memasukkannya menjadi wilayah kekuasaannya.


Selepas Dinasti Utsmaniyah menguasai Mesir, Benteng Qait Bey tetap berfungsi dengan baik. Juga ketika Mesir memasuki masa modern, di bawah pimpinan Muhammad Ali. Namun, bentung itu mengalami kerusakan parah ketika pasukan Inggris melakukan pengeboman atas Kota Alexandria pada 1883 M. Benteng Qait Bey baru dipugar kembali semenjak 1997, oleh pemerintah Mesir bekerja sama dengan UNESCO.

Dinasti Mamluk

Mamluk adalah dinasti para penguasa muslim yang berkuasa di Mesir antara 1250 hingga 1517 M dan di Suriah antara 1260 hingga 1516 M. Dinasti ini tegak setelah menggantikan Dinasti Ayyubiyah yang dibangun oleh Shalahuddin Al-Ayyubi, yang melemah akibat gempuran pasukan Frank di bawah pimpinan Louis IX di satu sisi dan invasi pasukan Mongol di sisi lain.

Para penguasa Dinasti Mamluk dibedakan antara para sultan Mamluk Bahri, yang berkuasa dari 1250 hingga 1382 M, dan para sultan Mamluk Burji, yang berkuasa 1382 hingga 1517 M. Pemilihan nama itu berpangkal dari barak-barak yang digunakan berbagai resimen. Yang pertama berasal dari barak yang berlokasi di Pulau Raudhah di lingkungan Sungai Nil (bahr). Sementara itu, yang terakhir berasal dari pasukan yang menjaga dan menetap di sekitar benteng (burj).