06.07 -
Sejarah Islam
No comments
Kelompok Pembunuh Assassin
Dalam Islam dikenal
dengan Al-Hasyasyin
Al-Hasyasyin (al-hasyasyun) merupakan salah satu sekte dalam
aliran Syiah Ismailiyah. Dalam literatur Barat mereka dikenal dengan Assassin.
Hasyasyin, sebuah sekte ‘assasin’ atau pembunuh yang
bermarkas di pegunungan Alamut, selatan Laut Kaspia. Menurut etimologi yang
dipercaya selama ini, kata hasyasyin
atau assasin diambil dari kebiasaan
anggota ini mengonsumsi hasyisy, candu dari tanaman Canabis Indica.
Namun, etimologi lain yang lebih meyakinkan menyatakan bahwa
kata tersebut berasal dari ‘hasasin’ atau ‘para pengikut Hasan’. Diambil dari
pendiri kelompok ini, Al-Hasan Ash-Shabbah. Hassan Ash-Shabbah lahir di Persia
sekitar 1054 M dan biasa dijuluki “Pak Tua dari Gunung”. Ia berkawan dengan
penyair Omar Khayyam, penulis Rubaiyat
yang terkenal. Ia memeluk doktrin Ismailiyah dan pada 1090 dan kemudian mampu
menaklukkan wilayah Alamut di Iran.
Di wilayah tersebut, Hassan menciptakan ordo yang rumit
dengan sembilan hierarki, termasuk lassik,
fedawi, dan refik. Fedawi menjalankan misi bunuh diri: jika mendapat instruksi
untuk membunuh seseorang, mereka akan melakukannya tanpa peduli pengorbanan
yang harus dilakukan. Saat memerintahkan sebuah misi pembunuhan kepada para
pengikutnya, Hassan mengatakan bahwa apabila berhasil menjalankannya, malaikat
akan membawa mereka ke surga.
Kelompok ini biasa melakukan pembunuhan dengan bayonet demi mencapai
tujuan politiknya. Anggota kelompok yang menyebar ke seluruh Asia dengan
melakukan tugas sebagai misionaris. Anggota kelompok Hasyasyin adalah anak-anak
muda yang dipilih karena kekuatan fisik dan keberaniannya. Mereka menerima
suatu latihan untuk menggembleng mereka dengan semangat kepatuhan mutlak kepada
sang Pemimpin Agung.
Dengan menguasai sejumlah benteng di atas perbukitan yang
sulit dicapai lawan di kawasan yang terbentang antara Suriah dan Iran, gerakan
ini mampu bertahan sampai hampir dua abad lamanya. Kemunduran baru dirasakan
gerakan Hasyasyin setelah Hulagu Khan, keturunan Mongol yang mendirikan Dinasti
Ilkhan di Iran, berhasil meluluhlantahkan markas besar mereka di Benteng Alamut
pada 1256 M (654 Hijriyah). Setelah itu makin merosot setelah meninggalnya
pemimpin mereka, Ruknuddin bin Muhammad yang bergelar Khur Syah.
Kehancuran gerakan ini semakin menjadi setelah para pengikut
gerakan ini di Mesir dan Suriah dihabisi oleh pasukan Sultan Az-Zhahir Baybars
dari Dinasti Mamluk pada 1272 M (671 Hijriyah). Akibatnya, berakhir pula peran
mereka sebagai suatu kekuatan politi yang sebelumnya memiliki dampak besar
dalam memicu penyerbuan pasukan Salib dan tentara Mongol ke kawasan Timur
Tengah pada Abad Pertengahan.
Setelah benteng pertahanan gerakan ini runtuh para
pengikutnya yang berjumlah tidak banyak kemudian berpencar ke berbagai kawasan
dunia Islam. Pada abad ke 19 M (13 H), para pengikut gerakan ini mengangkat
seorang imam baru dengan gelar Aga Khan.
Miliki Perpustakaan
Besar
Para pengikut sekte ini punya perpustakaan luar biasa
bernama Perpustakaan Alamut. Pada 1256 Perpustakaan Alamut runtuh bersama
dengan benteng yang menaunginya akibat serang pasukan Mongol. Para anggota
sekte akhirnya menyerah kepada tentara Mongol.
Sebuah anekdot menceritakan, ketika tentara Mongol memeriksa
buku-buku di perpustakaan, alangkah terkejutnya mereka ketika mendapati banyak
bunga rampai puisi dan risalah ilmu astronomi selain teks-teks keagamaan.
Disebutkan bahwa jumlah buku yang ada di perpustakaan tersebut berjumlah 500
ribu buku. Semua buku itu musnah dibakar.