15.42 -
Biografi Tokoh
1 comment
Ath-Thabari Syaikhnya Ahli Tafsir
Tokoh kali
ini disebut-sebut sebagai Syaikh Al-Mufassirin, gurunya para ahli tafsir.
Sekalipun ia dikenal sebagai ahli tafsir, ia juga memiliki karya besar lainnya
dalam bidang sejarah, hadits, fiqih dan ushul fiqh.
Imam
Ath-Thabari bernama lengkap Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir, bin
Ghalib. Adapun nama kuniyahnya adalah Abu Ja’far. Sebab itulah ia dikenal
dengan Abu Ja’far Ath-Thabari. Sejak kecil Muhammad bin Jarir Ath-Thabari telah
senang menuntut ilmu. Pada usia tujuh tahun ia telah menghafal Alqur’an. Ia
telah menjadi imam shalat di usia delapan tahun. Dan telah menulis hadits saat
usianya masih sembilan tahun.
Ath-Thabari
memang dikenal memiiki kecerdasan di atas rata-rata dan sangat kuat hafalannya.
Kecerdasan inilah yang dilihat oleh ayah dari Abu Ja’far Ath-Thabari. Sang ayah
lalu mendukungnya untuk menuntut ilmu ke berbagai negeri sejak usia belia. Ia selalu
mengirimkan uang sebagai biaya bagi puteranya untuk menuntut ilmu.
Pertama-tama
ia pergi belajar ke Rayy. Salah seorang gurunya di sana adalah Muhammad bin
Humaid Ar-Razi, sejarawan besar pada masa itu. Dari sana ia pergi ke Baghdad,
pusat peradaban Islam. di Baghdad, ia hendak menimba ilmu dari Imam Ahmad bin
Hanbal, seorang ulama besar dan paling masyhur saat itu.
Akan
tetapi, Imam Ahmad telah meninggal dunia sebelum Ath-Thabari sampai ke kota
itu. Kemudian, ia menuju ke Basrah lalu ke Kufah dimana ia menimba sekitar
100.000 hadits dari Syaikh Abu Kurayb. Tidak lama setelah itu, ia kembali lagi
ke Baghdad dan menetap di sana untuk jangka waktu yang cukup lama. Setelah itu,
pada tahun 876 M, ia pergi ke Fustath, Mesir. Tetapi ia singgah dulu di Syam
untuk menuntut ilmu hadits. Setelah lama tinggal di Mesir, ia kembali lagi ke
Baghdad dan menetap di sana hingga meninggal dunia pada tahun 310 Hijriyah (923
M).
Di antara
kecerdasan Ath-Thabari disebutkan dalam sebuah kisah bahwa ketika ia berada di
Mesir. Ketika itu banyak yang datang kepadanya untuk belajar dan menanyakan
berbagai masalah dalam berbagai bidang ilmu. Suatu hari ada yang datang
kepadanya dan bertanya tentang permasalahan dalam ilmu Arudh (ilmu yang mempelajar tentang syair), ilmu yang belum
dikuasai oleh Ath-Thabari. Lalu Ath-Thabari meminjam kitab Al-Arudh kepada
temannya dan dipelajarinya selama satu hari. Esoknya, ia telah ahli dalam
masalah Arudh.
Sejak usia
12 tahun, Ath-Thabari telah akrab dengan buku-buku, kitab-kitab para ulama, dan
menghabiskan waktu dengannya. Ia juga tidak berhenti menulis ilmu yang
didapatkannya. Kecintaannya kepada ilmu, kesibukannya belajar dan menulis
membuatnya lupa untuk menikah. Karena itu, hingga wafat, Ath-Thabari tidak menikah.
Sifat Zuhud
Muhammad
bin Jarir Ath-Thabari adalah seorang ulama yang zuhud dan wara’. Ia tidak
menginginkan sedikitpun dari harta dunia. Padahal dengan ilmunya yang tinggi,
ia bisa mendapatkan semua itu dengan mudah. Khalifah Al-Muqtadir dari Dinasti
Abbasiyah pernah meminta untuk dituliskan kitab tentang wakaf, yang
syarat-syaratnya disepakati di antara para ulama.
Maka
orang-orang menyarankan kepadanya untuk memerintahkan Abu Ja’far Ath-Thabari
menulis kitab tersebut. Khalifah Al-Muqtadir kemudian memanggil Ath-Thabari ke
istana. Setelah ia menyanggupi permintaan Khalifah, Khalifah pun ingin agar
Ath-Thabari meminta sesuatu darinya, biasanya jika diminta seperti itu, yang
dimaksud adalah dinar dan dirham.
Namun,
tidak seperti orang lain yang tidak segan meminta kepada Khalifah, Ath-Thabari
malah tidak meminta apa-apa. Ia tidak mengharapkan apa pun sebagai imbalan apa
yang dikerjakannya. Tapi Khalifah tetap memaksanya. “Engkau harus meminta
keperluan atau sesuatu kepadaku,” kata Khalifah Al-Muqtadir. Dengan terpaksa
Ath-Thabari pun meminta sesuatu. “Aku meminta kepada Amirul Mukminin agar memerintahkan
kepada polisi agar menghalangi para peminta-minta pada hari Jum’at memasuki
areal masjid,” Khalifah pun mengabulkannya.
Karya-karya Ath-Thabari
Imam
Ath-Thabari melahirkan banyak karya dalam berbagai disiplin ilmu. yang paling
popular adalah “Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Alqur’an” atau lebih dikenal dengan “Tafsir
Ath-Thabari”. Sedangkan karya sejarahnya yang paling terkenal adalah “Tarikh
Al-Umam wa Al-Muluk” (Sejarah Bangsa-bangsa dan Raja-Raja) atau “Tarikh
Ar-Rusul wa Al-Muluk wa Al-Khulafa”. Kitabnya dalam bidang sejarah ini dikenal
juga dengan nama Tarikh Ath-Thabari.
Karena
karyanya inilah ia dikenal sebagai ahli sejarah dan ahli tafsir. Para ulama di
masanya maupun sesudahnya banyak memuji karyanya tersebut dan menjadikannya
rujukan utama dalam bidang sejarah dan tafsir.
Selain
kedua kitab itu masih banyak lagi kitab-kitab karya Ath-Thabari yang lain. Di
antaranya Adab Al-Qudhah, Ikhtilaf Ulama Al-Amshar fi Ahkam Syara’i Al-Islam,
Tahdzib Al-Atsar wa Tafshil Ats-Tsabit an Rasulillah min Al-Akhbar, Ar-Radd ala
Dzi Al-Asfar, Ar-Risalah fi Ushul Al-Fiqh, Al-Adad wa At-Tanzil, Musnad Ibni
Abbas, dan masih banyak lagi.