19.17 -
Biografi Tokoh,Sejarah Islam
No comments
Imam Ahmad dan Madzhabnya
Dia adalah seorang imam besar, al-hafizh, ulamanya kota
Baghdad. Sampai hari ini, madzhab fiqihnya banyak diikuti oleh umat Islam di
berbagai negeri.
Namanya adalah Ahmad bin Hanbal bin Asad Adz-Dzuhli
Asy-Syaibani, lahir di Baghdad pada tahun 164 Hijriyah. Ia lebih muda sekitar
14 tahun dari Imam Asy-Syafi’i. Sejak usia 16 tahun Ahmad bin Hanbal telah
berkeliling dari satu negeri ke negeri lainnya untuk menuntut ilmu. Ia telah
melakukan perjalanan ke berbagai kota pusat ilmu pengetahuan seperti di Kufah,
Bashrah, Makkah, Madinah, Yaman, Khurasan, dan Syam.
Dari negeri-negeri yang dikunjunginya itu, Imam Ahmad
belajar kepada ulama-ulama besar. Ia berguru kepada Sufyan bin Uyainah di
Makkah dan Abdurrazzaq Ash-Shan’ani di Yaman. Dan guru yang paling dekat
dengannya, sekaligus menjadi sahabatnya adalah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i.
Tidaklah mengeherankan, setelah pencarian ilmunya ke
berbagai negeri, ia kembali ke Baghdad dan menjadi ulama besar di sana.
Orang-orang ramai mendatangi majelisnya, mengambil manfaat dari ilmu dan
adabnya. Atau hanya sekadar melihat wajahnya yang tenang dan berwibawa.
Imam Asy-Syafi’i pernah memuji ketinggian ilmu Ahmad bin
Hanbal, “Aku melihat seorang pemuda di Baghdad, apabila dia mengatakan
‘haddatsana’ (artinya: telah menceritakan hadits kepada kami), maka orang-orang
mengatakan, ‘Dia benar!’” Dia adalah Ahmad bin Hanbal, kata sang Imam.
Dalam kesempatan yang lain, ketika Imam Asy-Syafi’i
meninggalkan Baghdad dan menetap di Mesir, ia tetap memuji muridnya itu. Ia
mengatakan, “Aku meninggalkan Baghdad. Dan tidaklah aku meninggalkannya seorang
yang lebih takwa dan lebih pandai fiqih dibandingkan Ibnu Hanbal.”
Di masa Khalifah Al-Mu’tashim Al-Abbasi, Imam Ahmad
mendapatkan ujian yang berat. Saat itu, pemikiran Mu’tazilah dianut dan
didukung oleh Khalifah. Mereka, orang-orang Mu’tazilah, menganggap Alqur’an
adalah makhluk. Mereka menguji ummat Islam dengan masalah tersebut. Siapa yang
mengatakan Alqur’an bukan makhluk ia akan dihukum bahkan dibunuh.
Imam Ahmad adalah salah satu yang dipanggil di hadapan
Khalifah Al-Mu’tashim dan ditanyakan masalah tersebut. Imam Ahmad menjawab
bahwa Alqur’an adalah Kalamullah, bukan makhluk. Ia hampir saja dihukum mati.
Tapi akhirnya Khalifah memutuskan agar ia dihukum cambuk. Sang Imam dicambuk
sampai pingsan. Karena peristiwa itulah ia digelari Imam Ahlussunnah wal
Jamaah.
Setelah itu, Imam Ahmad dipenjara sampai Khalifah
Al-Mu’tashim wafat dan digantikan Al-Watsiq. Al-Watsiq tidak sekeras
Al-Mu’tashim. Hanya saja ia melarang Imam Ahmad untuk mengajarkan ilmunya. Ia
dilarang keluar dari rumahnya. Imam Ahmad baru bisa mengajar kembali di masa
Al-Mutawakkil.
Dasar-dasar Madzhab
Pijakan Imam Ahmad bin Hanbal dalam madzhabnya dan
fatwa-fatwanya berlandaskan pada lima dasar. Pertama, Teks dari Alqur’an dan
hadits. Kedua, fatwa para sahabat (ijma’ sahabat) jika tidak ditemukan nash
dari Alqur’an dan hadits.
Ketiga, jika terdapat banyak pendapat para sahabat dalam
satu kasus, maka ia memilih mana yang lebih dekat dengan Alqur’an dan hadits.
Dengan kata lain, ia tidak keluar dari salah satu pendapat ini. Terkadang Imam
Ahmad tawaqquf dari fatwa jika tidak
ditemukan sesuatu yang menguatkan salah satu dari pendapat-pendapat tersebut.
Keempat, mengambil hadits mursal atau dhaif (lemah)
lebih utama baginya dibandingkan qiyas selama tidak ada atsar lain yang
menolaknya, juka tidak ada pendapat para sahabat yang bertentangan dengannya.
Dan kelima, jika ia tidak menemukan sesuatu dari keempat dasar yang disebutkan
sebelumnya, maka ia beralih kepada qiyas. Beliau menggunakan qiyas dalam
keadaan darurat.
Murid-murid Imam
Ahmad
Imam Ahmad memiliki banyak murid. Murid-muridnya itulah yang
menyebarkan madzhab fiqih sang guru. Di antara mereka yang terkenal antara
lain, Abu Bakar Al-Atsram bin Muhammad bin Hani Al-Khurasani Al-Baghdadi. Ia
termasuk seorang fuqaha, ulama, dan penghafal hadits (al-hafizh). Karyanya
adalah “Kitab As-Sunan fi Al-Fiqh ‘Ala Madzhab Ahmad wa Syawahiduhu min
Al-Hadits”.
Lalu, Ahmad bin Muhammad bin Al-Hujjaj Al-Maruzi, wafat pada
tahun 275 H. Ia termasuk salah satu murid Imam Ahmad yang paling mulia, seorang
imam dalam fiqih dan haidits serta memiliki banyak karya.
Kemudian, Ibrahim Al-Harbi Abu Isqah, wafat pada tahun 285
H. Ia belajar fiqih kepada Imam Ahmad sehingga menjadi salah satu pemimpin para
ulama. Ia banyak menulis kitab khususnya dalam bidang hadits. Dan masih banyak
lagi murid beliau yang lainnya.