00.23 -
Kisah
No comments
Beda Pakar dan Awam
Renaisans di Eropa ditandai dengan munculnya para
seniman-seniman hebat di utara Italia, Florence. Barangkali yg paling populer
adalah Leonardo Da Vinci dgn lukisannya semisal: Mona Lisa dan The Last Supper.
Dua lukisan paling terkenal yg lahir dari tangan Da Vinci. Wajarlah kemudian
orang2 Barat sangat menghargai seni sebab ia satu bentuk perlawanan terhadap
tradisi Abad Tengah yg kaku didominasi oleh gereja.
Renaisans berlalu, masuk zaman pencerahan, lalu
romantisisme dan sampailah ke zaman modern. Kita temukan pembagian zaman ini
dalam sejarah peradaban Barat. Tiap zaman, berbeda pula gaya dan corak para
seniman seniman kanvas. Aliran aliran baru mulai muncul.
Menjelang-sampai awal abad modern
muncul banyak seniman dgn berbagai gaya baru. Semisal Van Gogh & Munch dgn
impresionisnya, Picasso dgn kubisme-nya, atau Mondrian dgn seni abstraknya.
Kalau mau jujur, tiap tatap lukisan2 mereka, saya yg
awam seni, yg hanya bisa gambar pemandangan sawah dan gunung serta matahari dan
awan di atasnya, merasa lukisan mereka seperti lukisan anak kecil yg baru
belajar lukis. Atau lukisan asal jadi. Lihatlah lukisan Paul Klee "Cat
& Bird", lukisan terkenal The Screamnya pelukis Norwegia, Edvard
Munch, lukisan corak kubiknya Picasso, atau Tree Graynya Piet Mondrian. Asal
gambar sy bilang. Tidak ada menarik-menariknya.
Barangkali kalau sy bilang seperti itu di depan para
seniman, atau di depan murid-muridnya Affandi atau minimal mahasiswa IKJ
jurusan seni lukis, sy kan ditertawakan. Tau apa orang awam soal lukisan.
Sentuh kuas lukis saja tidak pernah, bedakan cat minyak sama cat air saja tidak
bisa. Kira kira begitu pendapatnya. Begitulah, kita hanya orang awam yg cuma
tau kulit luar. Ngintip juga tidak pernah mungkin.
Penonton bola paling tau itu. Kita biasa paling jago
mengkritik pemain pro yg bertanding di lapangan. Padahal kita sendiri tidak
rutin latihan, tidak pernah dilatih coach pro, bahkan tidak punya bola di
rumah.
______________________________
______________________________
Sebenarnya, sama, dalam kondisi kita sekarang ini.
Para dokter menyuruh kita banyakan tinggal di rumah, pakai masker kalau keluar,
tidak berkerumun, untuk mencegah tersebarnya virus mematikan. Mereka bukan
menghalangi kesenangan kita. Tapi semata mata untuk kebaikan orang banyak.
Karena mereka ilmui itu. Kita barangkali yg awam masalah kedokteran, virus
virusan, baiknya ikut saja tanpa banyak tanya.
Begitu pula para alim ulama, menyuruh kita untuk
sementara tidak berjamaah dulu di mesjid bahkan jumat ditiadakan dulu untuk
sementara waktu, bukan niat menghalangi kita dari rumah Allah. Tapi dengan ilmu
yg mereka miliki menasihati kita para awam ini untuk kebaikan kita. Kita
barangkali beragama lebih dengan perasaan daripada ilmu, tapi mereka dengan
ilmu mendalam yg mereka punya.
Dan ilmu itu tidak datang lewat mimpi melainkan mereka
dapat dengan belajar, mengurangi jatah tidur, melakukan perjalanan lintas
benua, bahkan dengan habiskan harta yg mereka punya semata2 untuk dapatkan ilmu
warisan para nabi tersebut. Dan menghargai ilmu yg mereka punya ada hal yg baik
untuk kita kerjakan. Bukankah ulama pewaris para Nabi?