18.09 -
Sejarah Islam
No comments
Pertempuran Sengit di Laut Mediteran
Perang
Dzatu Ash-Shawari
Perang Dzatu Ash-Shawari merupakan
pertempuran laut terkenal dalam sejarah Islam. Ia merupakan pertempuran pertama
ummat Islam melawan pasukan Romawi di lautan.
Orang-orang Arab hidup di tengah padang
pasir yang tandus. Di padang pasir itulah mereka biasa berperang. Sementara
lautan, tidak begitu akrab bagi mereka. Di masa Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam dan dua khalifah pertama Radhiyallahu Anhuma belum ada peperangan
ummat Islam yang dilaksanakan di lautan.
Barulah pada masa Khalifah Utsman bin
Affan, ummat Islam melakukan pertempuran di lautan setelah membangun armada
laut yang tangguh untuk pertama kali. Pertempuran Dzatu Ash-Shawari adalah
pertempuran sengit pertama di lautan antara pasukan Islam dan pasukan Byzantium
Romawi yang berlangsung pada tahun 34 Hijriyah (654 M).
Sebelum perang ini terjadi, pada 28
Hijriyah (648 M) pasukan Islam telah berhasil membangun industri kapal perang
di Acre dan Alexandria. Keberhasilan itulah yang membuat mereka mulai mencoba
melawan hegemoni angkatan laut Byzantium yang sejak lama telah menguasai Laut
Tengah, dengan menyerang Siprus, Creta, Sisilia, Malta, dan Sardinia.
Seiring munculnya lawan yang membahayakan
tersebut, angkatan laut Byzantium pun memblokade pasokan kayu dari Anatolia
bagi industri perkapalan kaum Muslimin untuk meredam gerak maju industri
perkapalan tersebut. Akibatnya pecahlah pertempuran Dzatu Ash-Shawari. Faktor lain
yang mendorong terjadinya perang Dzatu Ash-Shawari adalah ambisi kekaisaran
Byzantium untuk merebut kembali wilayah Alexandria yang dikuasai ummat Islam.
Dalam pertempuran yang terjadi di sebuah
tempat di Asia Kecil ini, Lycia, pasukan Romawi Byzantium berkekuatan 500
sampai 700 kapal, di bawah komando Konstantin II, putra Kaisar Heraklius,
kaisar Byzantium saat itu. Sementara angkatan laut kaum Muslimin terdiri atas
200 kapal dan bertolak dari Phoenicus, sebuah tempat di Suriah. Pasukan Islam
dipimpin oleh Abdullah bin Sa’ad bin Abu Sarh, walikota Mesir saat itu.
Pertempuran berakhir dengan kemenangan
pasukan kaum Muslimin. Akibat kekalahan dalam pertempuran ini, pasukan
kekaisaran Byzantium yang tersisa mengundurkan diri ke Sisilia dengan tujuan
untuk mempertahankan kawasan Kekaisaran Byzantium di Italia, Sisilia, dan
Afrika Utara.
Dampak
Pertempuran
Beberapa sejarawan menganggap pertempuran
Dzatu Ash-Shawari pertempuran laut terbesar di Laut Mediterania (Laut Tengah)
sejak pertempuran Laut Actium tahun 31 M. Perang Dzatu Shawari juga
disebut-sebut Perang Yarmuk kedua atas kekaisaran Romawi Byzantium. Dampak dari
pertempuran ini antara lain mengakhiri pengaruh dan kekuasaan armada laut
kekaisaran Byzantium atas wilayah utara Laut Tengah.
Mereka mulai menyadari bahwa usaha apa pun
yang mereka lakukan untuk merebut kembali Mesir dan Syam dari tangan ummat
Islam baik di darat maupun di laut akan sia-sia. Dengan begitu, berakhirlah
berbagai upaya yang mereka lakukan untuk merebut kembali daerah koloni mereka
sebelumnya.
Sedangkan bagi ummat Islam, kemenangan ini
semakin meningkatkan kepercayaan diri untuk menguasai wilayah Laut Tengah.
Mereka juga berhasil memperoleh ghanimah (harta rampasan perang) berupa
kapal-kapal perang Byzantium beserta isinya.
Peran
Muawiyah bin Abi Sufyan
Sahabat yang mulia Muawiyah bin Abi Sufyan
Radhiyallahu Anhu memiliki jasa besar dalam membangun armada laut kaum
Muslimin. Pantaslah dia disebut sebagai Bapak Angkatan Laut Islam. Setelah
melihat beratnya perjuangan kaum Muslimin dalam menaklukkan wilayah-wilayah
pesisir karena tidak memiliki angkatan laut, Muawiyah mengusulkan kepada
Khalifah Umar bin Khatthab untuk membangun armada laut. Tapi khalifah
menolaknya.
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan,
Muawiyah kembali mengusulkan ide tersebut, tapi kembali ditolak. Barulah pada
tahun 25 Hijriyah, setelah pasukan Byzantium Romawi menyerang melalui laut
untuk merebut kembali Alexandria, khalifah mengizinkan Muawiyah membangun
armada laut.
Sejak itu dimulailah penaklukan-penaklukan
dari lautan. Kota-kota di wilayah Laut Tengah seperti Sisilia, Siprus,
Sardinia, berhasil dikuasai pasukan laut Islam.