Selasa, 08 Mei 2018

Pertempuran Sengit di Laut Mediteran


Perang Dzatu Ash-Shawari      
         
Perang Dzatu Ash-Shawari merupakan pertempuran laut terkenal dalam sejarah Islam. Ia merupakan pertempuran pertama ummat Islam melawan pasukan Romawi di lautan.



Orang-orang Arab hidup di tengah padang pasir yang tandus. Di padang pasir itulah mereka biasa berperang. Sementara lautan, tidak begitu akrab bagi mereka. Di masa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan dua khalifah pertama Radhiyallahu Anhuma belum ada peperangan ummat Islam yang dilaksanakan di lautan.


Barulah pada masa Khalifah Utsman bin Affan, ummat Islam melakukan pertempuran di lautan setelah membangun armada laut yang tangguh untuk pertama kali. Pertempuran Dzatu Ash-Shawari adalah pertempuran sengit pertama di lautan antara pasukan Islam dan pasukan Byzantium Romawi yang berlangsung pada tahun 34 Hijriyah (654 M).

Sebelum perang ini terjadi, pada 28 Hijriyah (648 M) pasukan Islam telah berhasil membangun industri kapal perang di Acre dan Alexandria. Keberhasilan itulah yang membuat mereka mulai mencoba melawan hegemoni angkatan laut Byzantium yang sejak lama telah menguasai Laut Tengah, dengan menyerang Siprus, Creta, Sisilia, Malta, dan Sardinia.

Seiring munculnya lawan yang membahayakan tersebut, angkatan laut Byzantium pun memblokade pasokan kayu dari Anatolia bagi industri perkapalan kaum Muslimin untuk meredam gerak maju industri perkapalan tersebut. Akibatnya pecahlah pertempuran Dzatu Ash-Shawari. Faktor lain yang mendorong terjadinya perang Dzatu Ash-Shawari adalah ambisi kekaisaran Byzantium untuk merebut kembali wilayah Alexandria yang dikuasai ummat Islam.

Dalam pertempuran yang terjadi di sebuah tempat di Asia Kecil ini, Lycia, pasukan Romawi Byzantium berkekuatan 500 sampai 700 kapal, di bawah komando Konstantin II, putra Kaisar Heraklius, kaisar Byzantium saat itu. Sementara angkatan laut kaum Muslimin terdiri atas 200 kapal dan bertolak dari Phoenicus, sebuah tempat di Suriah. Pasukan Islam dipimpin oleh Abdullah bin Sa’ad bin Abu Sarh, walikota Mesir saat itu.

Pertempuran berakhir dengan kemenangan pasukan kaum Muslimin. Akibat kekalahan dalam pertempuran ini, pasukan kekaisaran Byzantium yang tersisa mengundurkan diri ke Sisilia dengan tujuan untuk mempertahankan kawasan Kekaisaran Byzantium di Italia, Sisilia, dan Afrika Utara.

Dampak Pertempuran

Beberapa sejarawan menganggap pertempuran Dzatu Ash-Shawari pertempuran laut terbesar di Laut Mediterania (Laut Tengah) sejak pertempuran Laut Actium tahun 31 M. Perang Dzatu Shawari juga disebut-sebut Perang Yarmuk kedua atas kekaisaran Romawi Byzantium. Dampak dari pertempuran ini antara lain mengakhiri pengaruh dan kekuasaan armada laut kekaisaran Byzantium atas wilayah utara Laut Tengah.


Mereka mulai menyadari bahwa usaha apa pun yang mereka lakukan untuk merebut kembali Mesir dan Syam dari tangan ummat Islam baik di darat maupun di laut akan sia-sia. Dengan begitu, berakhirlah berbagai upaya yang mereka lakukan untuk merebut kembali daerah koloni mereka sebelumnya.

Sedangkan bagi ummat Islam, kemenangan ini semakin meningkatkan kepercayaan diri untuk menguasai wilayah Laut Tengah. Mereka juga berhasil memperoleh ghanimah (harta rampasan perang) berupa kapal-kapal perang Byzantium beserta isinya.

Peran Muawiyah bin Abi Sufyan

Sahabat yang mulia Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu Anhu memiliki jasa besar dalam membangun armada laut kaum Muslimin. Pantaslah dia disebut sebagai Bapak Angkatan Laut Islam. Setelah melihat beratnya perjuangan kaum Muslimin dalam menaklukkan wilayah-wilayah pesisir karena tidak memiliki angkatan laut, Muawiyah mengusulkan kepada Khalifah Umar bin Khatthab untuk membangun armada laut. Tapi khalifah menolaknya.

Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, Muawiyah kembali mengusulkan ide tersebut, tapi kembali ditolak. Barulah pada tahun 25 Hijriyah, setelah pasukan Byzantium Romawi menyerang melalui laut untuk merebut kembali Alexandria, khalifah mengizinkan Muawiyah membangun armada laut.

Sejak itu dimulailah penaklukan-penaklukan dari lautan. Kota-kota di wilayah Laut Tengah seperti Sisilia, Siprus, Sardinia, berhasil dikuasai pasukan laut Islam.

0 komentar:

Posting Komentar