21.06 -
Biografi Tokoh,Sejarah Islam
No comments
Sang Halilintar Anatolia
Turki pernah mengalami masa kejayaan ketika
berada di bawah Dinasti Utsmaniyah selama ratusan tahun. Pemimpin mereka
dikenal sebagai sultan-sultan pemberani yang ditakuti oleh raja-raja Eropa.
Di antara sultan Utsmani yang disegani musuh
adalah Sultan Bayazid (Bayazid I). Bayazid adalah keempat dalam silsilah
Dinasti Utsmaniyah, ayahnya adalah Sultan Murad, dan kakeknya adalah Sultan
Orkhan, putra dari Sultan Utsman, pendiri Daulah Utsmaniyah.
Bayazid dikenal sebagai seorang pemberani dan
gemar berjihad fi sabilillah, sebagaimana para pendahulunya. Kehebatannya di
medan pertempuran dan kecepatannya dalam menghadapi musuh membuat orang-orang
memberinya julukan “Yildirim”, yang berarti Halilintar. Jika nama itu disebut,
orang-orang Eropa, khususnya Konstantinopel, akan merinding mendengarnya.
Begitulah para pemimpin Islam dahulu, disegani musuh-musuh Allah.
Bayazid
menjadi sultan menggantikan ayahnya, Sultan Murad yang syahid dalam
pertempuran Kosovo pada 1389 M melawan orang-orang Salib Serbia. Ia ditikam
oleh seorang pasukan Serbia dengan menggunakan pisau beracun.
Sultan Bayazid semenjak menduduki jabatannya
sebagai sultan Utsmani, mampu memimpin negerinya dengan baik. Dalam waktu yang
tidak terlalu lama, ia berhasil menguasai Bulgaria, salah satu negara penting
di Balkan. Hal ini tentu saja membuat khawatir pasukan Salib Eropa, sehingga
mereka bersatu menggabungkan kekuatan menghadapi Sultan Bayazid.
Eropa yang dipimpin Raja Hungaria, Sigismund,
berhasil menggabungkan kekuatan mereka yang terdiri dari berbagai negeri:
Prancis, Jerman, Inggris, Swiss, dan yang lainnya. Jumlah pasukan mereka
mencapai 120.000 pasukan. Pasukan besar ini bertemu dengan 100.000 pasukan
Utsmani yang dipimpin Sultan Bayazid di Nikopolis. Perang pun tak terelakkan,
atas izin Allah, pasukan Islam berhasil meraih kemenangan.
Kekalahan pasukan Salib pada Perang Nikopolis
membuat orang-orang Eropa khawatir. Mereka menganggap kekalahan itu sebagai
bencana yang besar. Tidak lama lagi, orang-orang Turki Utsmani akan menguasai
negeri-negeri mereka dengan mudah. Sementara bagi Sultan Bayazid, kemenangan di
Nikopolis melambungkan namanya. Beritanya tersebar di seluruh negeri Islam,
hingga Khalifah Abbasiyah di Kairo memberinya gelar “Sultan Romawi”, dan
mendukung perjuangan jihadnya melawan pasukan Salib Eropa.
Setelah kemenangan yang gemilang ini, banyak
kaum muslimin yang hijrah ke Anatolia, ibu kota pemerintahan Dinasti
Utsmaniyah. Mereka semua mendukung perjuangan dan jihad Sultan Bayazid I. Tapi,
tidak sedikit juga di antara mereka yang datang karena lari dari serbuan
Timurlenk, pemimpin bangsa Mongol. Sultan Bayazid telah mengepung
Konstantinopel, ibukota kekaisaran Romawi Timur. Bahkan disebutkan, di dalam
kota itu telah dibangun masjid atas permintaan Sultan Bayazid. Penaklukkan
Konstantinopel memang menjadi target utama sang Sultan. Hanya saja, rencananya
terhenti akibat serangan dari Timurlenk.
Pasukan
Timurlenk
Ketika Sultan Bayazid berkuasa, di Samarkand,
salah satu wilayah Khurasan, telah berdiri pemerintahan kuat yang dipimpin oleh
Timurlenk, salah satu keturunan Mongol. Ia memang telah masuk Islam, tapi
sifat-sifat leluhurnya yang bengis masih melekat pada dirinya. Timurlenk
memiliki wilayah kekuasaan yang luas, mulai dari India, Damaskus, Transaxonia,
dan wilayah Rusia.
Kehadiran Timurlenk membuat senang para
pemimpin Eropa. Adanya Timurlenk membuat kerja mereka menghadapi Sultan Bayazid
menjadi lebih ringan. Pada tahun 1402, terjadilah pertempuran antara Sultan
Bayazid menghadapi pasukan Timurlenk yang berjumlah 800 ribu pasukan. Sementara
pasukan Sultan Bayazid hanya 120.000 pasukan.
Perbedaan jumlah pasukan yang sangat jauh itu
memberi kekalahan telak pada pihak Utsmani. Banyak dari tentara Bayazid yang
mati kehausan karena kekurangan air, terlebih pada waktu itu musim kemarau
sedang berlangsung. Sultan Bayazid pun ditangkap dan menjadi tawanan Timurlenk.
Kematian
Sultan Bayazid
Setelah delapan bulan menjadi tawanan
Timurlenk, pada tahun 1403 (805 Hijriyah), Sultan Bayazid I meninggal dunia. Ia
meninggal masih dalam kondisi terbelenggu. Kekalahan Turki Utsmani, dan
kematian Sultan Bayazid membuat senang orang-orang Eropa. Mereka mengirimkan
ucapan selamat kepada Timurlenk atas keberhasilannya mengalahkan pasukan Turki
Utsmani.
Ketika Sultan Bayazid meninggal, Timurlenk
memperkenankan anaknya, Sultan Amir Musa mengambil mayat ayahnya. Ia
dipulangkan ke Anatolia dan dimakamkan di sana, tidak jauh dari masjid di
Anatolia. Sampai saat ini makamnya masih sering dikunjungi para peziarah.
Sultan Bayazid meninggal dunia dalam usia 44 tahun.
Kematiannya memberikan luka yang mendalam bagi
ummat Islam. Sementara itu, terjadi konflik di antara putra-putra Sultan yang
berlangsung selama sepuluh tahun. Selama masa itu, seakan-akan pemerintahan
Utsmaniyah telah runtuh sampai Sultan Muhammad Jalabi, putra Sultan Bayazid
tampil dan memimpin kembali kesultanan Utsmani pada tahun 1379 M.