Pada abad pertengahan, ada satu lembaga pendidikan atau
madrasah yang terkenal di Baghdad. Madrasah tersebut menjadi tujuan para
penuntut ilmu. Namanya Madrasah Nizhamiyah.
Nizhamiyah adalah lembaga pendidikan terkemuka di Baghdad
pada abad pertengahan. Didirikan oleh Nizhamul Mulk, seorang perdana menteri dalam
pemerintahan Dinasti Saljuk pada tahun 440 Hijriyah (1048 M). Madrasah
Nizhamiyah pada mulanya hanya ada di kota Baghdad, ibu kota pemerintahan Islam
pada masa Dinasti Abbasiyah. Nizhamiyah didirikan di dekat Sungai Dajlah, di
tengah-tengah pasar di Baghdad.
Madrasah ini kemudian menjadi terkenal dengan sangat cepat
sehingga Nizhamul Mulk mengembangkan madrasah tersebut dengan membuka dan
mendirikan madrasah serupa di berbagai kota kekuasaan Islam. Didirikanlah
madrasah serupa di Balkh, Naisabur, Isfahan, Mosul, Bashrah, dan Tibristan.
Kota-kota itu kemudian menjadi pusat-pusat studi keilmuan dan menjadi terkenal
di dunia Islam pada masa itu.
Di antara tujuan didirikannya lembaga ini antar lain untuk
menangkal penyebaran Syiah yang dilancarkan Dinasti Fathimiyah di Mesir, yang
kala itu dilaksanakan lewat pendirian Perguruan Al-Azhar di Kairo. Nizhamul
Mulk menjadikan Nizhamiyah sebagai lembaga pendidikan Islam pertama yang
menerapkan sistem pendidikan yang dikenal sekarang. Kurikulumnya berpusat pada
Alqur’an, sastra Arab, Sirah Nabawiyah, dan ilmu hitung, dan menitik beratkan
pada madzhab Syafi’iyyah dan sistem teologi Asy’ariyah.
Seorang tenaga pengajar di Nizhamiyah selalu dibantu oleh
dua orang pelajar yang bertugas membaca dan menerangkan kembali kuliah yang
telah diberikan kepada mahasiswa yang ketinggalan. Sistem belajar di Madrasah
Nizhamiyah yaitu, tenaga pengajar berdiri di depan ruang kelas menyajikan
materi-materi kuliah, sementara para pelajar duduk dan mendengarkan materi.
Kemudian dilanjutkan dengan dialog atau tanya jawab antara pengajar dan para
pelajar mengenai materi yang disajikan.
Dari perguruan yang menjadi model perguruan tinggi pada
kemudian hari ini telah lahir banyak cendekiawan dalam berbagai disiplin ilmu.
Di antara mereka adalah Al-Zamakhsyari dan Al-Qusyairi, pakar di bidang tafsir
Alqur’an dan ilmu kalam, Al-Ghazali di bidang ilmu kalam dan tasawuf, dan Umar
Khayyam di bidang astronomi.
Keberhasilan pengajaran madrasah-madrasah Nizhamiyah bisa
diketahui dari laporan Abu Ishaq Asy-Syirazi yang menyatakan bahwa selama
melakukan perjalanan dari Khurasan sampai Baghdad, ia menemukan semua
murid-muridnya sudah menduduki jabatan-jabatan penting seperti qadhi, mufti,
atau khatib.
Perpustakaan yang
Lengkap
Pada tahun 458
Hijriyah (1065 M), perguruan Nizhamiyah dilengkapi dengan sebuah perpustakaan.
Sebagian besar koleksi perpustakaan ini diperoleh melalui sumbangan. Misalnya,
Muhibuddin bin Al-Najjar Al-Baghdadi mewakafkan sejumlah koleksi besar
pribadinya senilai 1000 dinar kepada perpustakaan ini.
Kemudian, An-Nashir yang menyumbangkan beribu buku dari
koleksi kerajaannya. Menurut Ibnu Inabah dalam karyanya “Umdah At-Thalib”,
perpustakaan ini memiliki koleksi sebanyak 80.000 buku dan mempekerjakan
pustakawan-pustakawan tetap sebagai staf, yang menerima gaji besar.
Beberapa pustakawan terkemuka yang bekerja di perpustakaan
Nizhamiyah adalah Abu Zakariya At-Tabrisi dan Ya’qub bin Sulaiman Al-‘Askari. Pada
tahun 510 Hijriyah (1116 M), perpustakaan ini mengalami kebakaran hebat
sehingga sebuah bangunan baru pun didirikan di bawah perintah An-Nashir.
Nizhamul Mulk
Nizhamul Mulk adalah seorang perdana menteri Dinasti Saljuk
pada masa pemerintahan Sultan Alp Arselan dan Sultan Malik Syah. Nama aslinya
adalah Abu Ali Hasan bin Ali bin Ishaq At-Thusi. Dia pernah belajar dari para
ulama madzhab Syafi’i, di antaranya Hibatullah Al-Muwaffaq.
Ayahnya adalah seorang pegawai pemerintahan Ghaznawi di
Thus, Khurasan. Hubungan Nizhamul Mulk dengan Khalifah Abbasiyah juga dijalin
dengan baik sehingga ia mendapat penghargaan dari Khalifah Al-Qa’im dari
Abbasiyah.
Dalam Al-Kamil fi At-Tarikh, karya Ibnul Atsir, disebutkan
bahwa Nizhamul Mulk adalah seorang alim, agamawan, dermawan, adil, penyantun,
dan suka memaafkan orang yang bersalah, banyak diam, majelisnya ramai didatangi
para qari, faqih, ulama, dan orang-orang yang suka kebaikan dan kebajikan.
Dikatakan pula ia senang menjamu dan menghibur orang-orang fakir miskin. Ia
meningkatkan sarana dan prasarana bagi mereka yang menunaikan ibadah haji ke
Makkah.
Pengajar-pengajar Nizhamiyyah
Abu Ishaq Asy-Syirazi.
Abu Nasr As-Sabbagh.
Abu Muhammad Asy-Syirazi.
At-Tibrizi
Al-Qazwini.
Al-Fairuzabadi.
Imam Haramain Al-Juwaini.
Imam Abu Hamid Al-Ghazali.