Tokoh muslimah ini bernama Salma binti
Qais bin Amr Al-Anshariyah An-Najjariyah atau biasa dipanggil dengan sebutan Ummul Mundzir.
Ummul Mundzir merupakan bibi Rasulullah dari pihak ibu kakek
beliau (Abdul Mutthalib). Ia memiliki dua saudara perempuan yaitu Ummu Sulaim bin Qais dan
Amirah binti Qais. Kedua saudarinya itu masuk Islam dan ikut berbaiat kepada
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Setelah peristiwa Baiat Aqabah pertama, Rasulullah
mengutus da’i pertama dalam Islam ke Madinah, yaitu Mush’ab bin Umair
Radhiyallahu anhu yang telah memperoleh pendidikan langsung oleh Rasulullah di
Makkah. Mush’ab pun berangkat ke Madinah, di sana ia mengajak semua penduduk
Madinah dengan cara hikmah dan mauizhah
yang baik. Maka, para pemilik hati yang bersih dan jernih serta fitrah yang
lurus langsung menerima dakwah Mush’ab tersebut. Mereka mengucapkan kalimat
syahadat yang dengannya mereka memperoleh nikmat iman dan Islam.
Di antara buah dakwah yang penuh berkah itu adalah
masuk Islamnya Ummul Mundzir. Keimanan menyentuh relung hatinya dan dia pun
menjelma sebagai salah satu wanita mulia yang disebutkan oleh Allah dalam
firman-Nya dalam surah At-Taubah, “Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama
(masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik...”
Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah Al-Munawwarah, hati kaum Anshar
pun diliputi oleh kebahagiaan. Ummul Mundzir tidak mau ketinggalan, ia
berangkat bersama sekelompok wanita untuk berbaiat kepada Rasulullah.
Ia berkisah, “Aku mendatangi Rasulullah, lalu aku
berbai’at kepada beliau bersama beberapa wanita Anshar. Beliau mensyaratkan
kepada kami untuk tidak menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan
berzina, tidak akan membunuh anak-anak, tidak akan berdusta yang mereka
ada-adakan di antara tangan dan kaki mereka, dan tidak akan mendurhakai beliau
dalam urusan yang baik. Dan Rasulullah bersabda, ‘Dan kalian tidak menipu
suami-suami kalian.”
“Kami pun menerima syarat-syarat tersebut, kemudian
kami pamit,” kisah
Ummul Mundzir kembali. Di suatu kesempatan, di antara wanita Anshar itu
menanyakan kepada Rasulullah apa yang dimaksud dengan menipu suami. Rasulullah
menjawab, “Engkau mengambil hartanya, lalu engkau lebih cenderung kepada orang
lain.”
Pada peristiwa Baiat Ar-Ridhwan, umat Islam berbaiat
kepada Rasulullah, berjanji setia untuk membela beliau hingga mati. Dan di
antara mereka yang berbai’at di bawah pohon itu adalah Ummul Mundzir. Mereka
inilah yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Allah telah
ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di
bawah pohon...” (QS. Al-Fath: 18). Dan Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk
neraka seorang pun yang berbai’at di bawah pohon.” Dengan
demikian, Ummul Mundzir mengikuti dua kali Baiat. Sebab itulah ia dijuluki
“Wanita dengan dua baiat”.
Kedudukannya
di Sisi Rasulullah
Ummul Mundzir memiliki kedudukan
mulia di mata Rasulullah. Buktinya, Rasulullah sering mengunjunginya dan makan
di rumahnya. Dalam suatu kunjungan beliau kepada Ummul Mundzir, beliau
didampingi Ali bin Abi Thalib. Ketika itu Ali baru sembuh dari sakit.
Rasulullah memberikan isyarat kepada
Ali agar memakan makanan buatan Ummul Mundzir dengan harapan agar fit dari
sakitnya. Ummul Mundzir berkisah, “Datang kepadaku Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersama Ali. Ketika itu aku memiliki dawal muallaqah (tandan
kurma yang digantung).
Beliau memakannya, begitu juga Ali.
Rasulullah bersabda kepada Ali, ‘Berhenti wahai Ali. Sesungguhnya engkau baru
sembuh.’ Ali pun berhenti, sedangkan Nabi terus saja makan. Aku membuatkan
mereka makanan dari sayur hijau (silq) dengan gandum. Rasulullah bersada kepada
Ali, ‘Wahai Ali, makanlah ini karena ini sangat cocok untukmu (yang baru sembuh
dari sakit.’” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Dawud, dan Ahmad).