Senin, 23 Juli 2018

Orang-orang Beriman yang Dibakar dalam Parit



Kisah Ashabul Ukhdud

Allah Ta’ala berfirman, “Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit (ashabul ukhdud), yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar.” (QS. Al-Buruj: 4-5)

“Ketika mereka duduk di sekitarnya sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji...” (QS. Al-Buruj: 6-8)

Ayat di atas menggambarkan kekejaman seorang penguasa yang menyuruh menggali parit, lalu memasukkan orang-orang beriman ke dalamnya. Padahal, di dalam parit itu ada api menyala-nyala yang siap membakar tubuh orang-orang beriman itu.

Ada pendapat yang menyebutkan bahwa peristiwa ini terjadi sekitar 75 tahun sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lahir. Para ulama sepakat bahwa surah Al-Buruj di atas mengisahkan tentang Raja Himyar, di daerah Najran-Yaman yang bernama Dzu Nuwas. Ia memerintahkan kepada tentaranya untuk membakar hidup-hidup orang-orang yang tidak mengakuinya sebagai tuhan.

Secara bahasa, kata al-ukhdud diambil dari kata al-khadd dan al-khaddah, yang berarti galian yang digali dengan bentuk memanjang. Jamaknya adalah akhaadiid. Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam Tafsirnya, “Yang demikian itu merupakan pemberitahuan tentang satu kaum dari orang-orang kafir yang menindas orang-orang beriman kepada Allah yang hidup di tengah-tengah mereka. Mereka memaksa dan menghendaki agar orang-orang beriman itu keluar dari agama yang mereka yakini, namun orang-orang beriman menolak ajakan itu sehingga orang-orang kafir itu membuat parit di bumi.

Di dalam parit itu mereka menyalakan api dan menyiapkan bagi mereka bahan bakar agar api itu tetap menyala. Kemudian mereka bersikeras meminta orang-orang beriman kembali kepada mereka, tetapi oang-orang beriman menolak sehingga mereka dilemparkan ke dalam parit tersebut.”

Raja Dzu Nuwas adalah seorang Yahudi, dia selalu menindas kaum Nasrani yang ada di Najran. Dia memberi dua pilihan kepada mereka, yaitu keluar dari agama mereka dan masuk ke dalam agama Yahudi, atau mereka dibakar hidup-hidup jika tetap pada keyakinannya. Orang-orang Nasrani pengikut Isa Alaihissalam itu menolak untuk berpindah keyakinan sehingga mereka dimasukkan di dalam parit yang menyala-nyala.

Jumlah korban yang dimasukkan ke dalam parit oleh Dzu Nuwas sebanyak 20.000 orang, termasuk seorang perempuan bersama bayi dalam gendongannya. Bayi itu berkata kepada ibunya, “Bersabarlah wahai ibuku, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.”

Satu Orang yang Selamat

Dalam peristiwa itu ada satu orang yang selamat. Ia berhasil melarikan diri dan pergi menghadap kaisar Romawi yang beragama Nasrani. Kaisar menulis surat kepada Raja Najasy di Habasyah. Maka Najasy segera mengirimkan tentara Nasrani ke Yaman dan menghancurkan mereka. Di masa sebelum Rasulullah lahir, orang-orang Habasyah inilah yang menguasai Yaman, di bawah kepimpinan Abrahah.

Diturunkannya ayat ini kepada Rasulullah dan kaum muslimin di Mekah, untuk memperkuat keyakinan kaum muslimin terhadap setiap ujian dan cobaan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik Quraisy. Penyiksaan yang mereka lakukan terhadap Bilal bin Rabah belum seberapa jika dibandingkan dengan penyiksaan Ashabul Ukhdud ini kepada orang-orang beriman di masa itu.

Bersabar Hadapi Ujian

Ayat ini juga sebagai tarbiyah bagi para sahabat yang ketika itu mendapatkan berbagai macam ujian oleh orang-orang kafir Quraisy di Makkah. Karena terlalu banyak dan beratnya ujian yang mereka hadapi, sebagian dari mereka hampir saja putus asa akan pertolongan Allah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Khabbab bin Al-Aratt, dia berkata, “Kami mengadu kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau berbantal dengan burdah miliknya di bawah naungan Ka’bah seraya bertutur kepadanya, ‘Tidakkah engkau meminta pertolongan untuk kami? Tidakkah engkau berdoa untuk kami?’

Lalu beliau menjawab, ‘Dulu ada orang sebelum kalian yang pernah digalikan lobang untuknya di tanah, lalu ia dibenamkan di situ, lalu dihadirkan gergaji yang membelah kepalanya hingga terpotong menjadi dua, kemudian daging dan tulangnya disisir dengan sisir yang terbuat dari besi namun hal itu semua tidak sedikit pun membuatnya berpaling dari agamanya.

Demi Allah, sungguh Dia akan menyempurnakan urusan ini (Islam) hingga kelak ada orang yang melakukan perjalanan dari Shan’a menuju Hadramaut dalam kondisi tidak takut kecuali kepada Allah dan seperti takutnya terhadap srigala yang ingin memangsa ternak kambingnya, namun kalian ini terlalu terburu-buru.’” 

0 komentar:

Posting Komentar