18.26 -
Kisah
No comments
Orang-orang Beriman yang Dibakar dalam Parit
Kisah Ashabul Ukhdud
Allah Ta’ala berfirman,
“Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit (ashabul ukhdud), yang
berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar.” (QS. Al-Buruj: 4-5)
“Ketika mereka duduk di sekitarnya sedang mereka menyaksikan apa yang
mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa
orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji...” (QS. Al-Buruj: 6-8)
Ayat di atas menggambarkan
kekejaman seorang penguasa yang menyuruh menggali parit, lalu memasukkan
orang-orang beriman ke dalamnya. Padahal, di dalam parit itu ada api
menyala-nyala yang siap membakar tubuh orang-orang beriman itu.
Ada pendapat yang menyebutkan
bahwa peristiwa ini terjadi sekitar 75 tahun sebelum Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam lahir. Para ulama sepakat bahwa surah Al-Buruj
di atas mengisahkan tentang Raja Himyar, di daerah Najran-Yaman yang bernama
Dzu Nuwas. Ia memerintahkan kepada tentaranya untuk membakar hidup-hidup
orang-orang yang tidak mengakuinya sebagai tuhan.
Secara bahasa, kata al-ukhdud diambil dari kata al-khadd dan al-khaddah, yang berarti galian yang digali dengan bentuk
memanjang. Jamaknya adalah akhaadiid.
Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam Tafsirnya, “Yang demikian itu merupakan
pemberitahuan tentang satu kaum dari orang-orang kafir yang menindas
orang-orang beriman kepada Allah yang hidup di tengah-tengah mereka. Mereka
memaksa dan menghendaki agar orang-orang beriman itu keluar dari agama yang
mereka yakini, namun orang-orang beriman menolak ajakan itu sehingga
orang-orang kafir itu membuat parit di bumi.
Di dalam parit itu mereka
menyalakan api dan menyiapkan bagi mereka bahan bakar agar api itu tetap
menyala. Kemudian mereka bersikeras meminta orang-orang beriman kembali kepada
mereka, tetapi oang-orang beriman menolak sehingga mereka dilemparkan ke dalam
parit tersebut.”
Raja Dzu Nuwas adalah seorang
Yahudi, dia selalu menindas kaum Nasrani yang ada di Najran. Dia memberi dua
pilihan kepada mereka, yaitu keluar dari agama mereka dan masuk ke dalam agama
Yahudi, atau mereka dibakar hidup-hidup jika tetap pada keyakinannya.
Orang-orang Nasrani pengikut Isa Alaihissalam itu menolak
untuk berpindah keyakinan sehingga mereka dimasukkan di dalam parit yang
menyala-nyala.
Jumlah korban yang dimasukkan
ke dalam parit oleh Dzu Nuwas sebanyak 20.000 orang, termasuk seorang perempuan
bersama bayi dalam gendongannya. Bayi itu berkata kepada ibunya, “Bersabarlah
wahai ibuku, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.”
Satu Orang yang Selamat
Dalam peristiwa itu ada satu
orang yang selamat. Ia berhasil melarikan diri dan pergi menghadap kaisar
Romawi yang beragama Nasrani. Kaisar menulis surat kepada Raja Najasy di
Habasyah. Maka Najasy segera mengirimkan tentara Nasrani ke Yaman dan menghancurkan
mereka. Di masa sebelum Rasulullah lahir, orang-orang Habasyah inilah yang
menguasai Yaman, di bawah kepimpinan Abrahah.
Diturunkannya ayat ini kepada
Rasulullah dan kaum muslimin di Mekah, untuk memperkuat keyakinan kaum muslimin
terhadap setiap ujian dan cobaan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik
Quraisy. Penyiksaan yang mereka lakukan terhadap Bilal bin Rabah belum seberapa
jika dibandingkan dengan penyiksaan Ashabul Ukhdud ini kepada orang-orang
beriman di masa itu.
Bersabar Hadapi Ujian
Ayat ini juga sebagai
tarbiyah bagi para sahabat yang ketika itu mendapatkan berbagai macam ujian
oleh orang-orang kafir Quraisy di Makkah. Karena terlalu banyak dan beratnya
ujian yang mereka hadapi, sebagian dari mereka hampir saja putus asa akan
pertolongan Allah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Khabbab bin Al-Aratt, dia
berkata, “Kami mengadu kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau berbantal
dengan burdah miliknya di bawah naungan Ka’bah
seraya bertutur kepadanya, ‘Tidakkah engkau meminta pertolongan untuk kami?
Tidakkah engkau berdoa untuk kami?’
Lalu beliau menjawab, ‘Dulu
ada orang sebelum kalian yang pernah digalikan lobang untuknya di tanah, lalu
ia dibenamkan di situ, lalu dihadirkan gergaji yang membelah kepalanya hingga
terpotong menjadi dua, kemudian daging dan tulangnya disisir dengan sisir yang
terbuat dari besi namun hal itu semua tidak sedikit pun membuatnya berpaling
dari agamanya.
Demi
Allah, sungguh Dia akan menyempurnakan urusan ini (Islam) hingga kelak ada
orang yang melakukan perjalanan dari Shan’a menuju Hadramaut dalam kondisi
tidak takut kecuali kepada Allah dan seperti takutnya terhadap srigala yang
ingin memangsa ternak kambingnya, namun kalian ini terlalu terburu-buru.’”
0 komentar:
Posting Komentar