19.40 -
Kisah,Sejarah Islam
No comments
Turunnya Wahyu Pertama di Gua Hira
Dari
hari ke hari, perbuatan penduduk Makkah semakin memprihatinkan. Berbagai macam
kejahatan telah mereka lakukan. Menyembah berhala, membunuh jiwa, zina merebak,
dan yang kuat menindas yang lemah. Perbuatan-perbuatan hina mereka membuat
Muhammad banyak merenung dan menyendiri ke gua hira.
Dahulu,
sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi ada empat orang di Makkah yang disebut
hanafiyyun (hanif). Mereka menolak untuk menyembah patung-patung yang disembah
masyarakat Arab. Di antara patung yang terkenal di Hijaz adalah Hubal, Lata,
Uzzah, dan Manat.
Dua
dari empat orang itu adalah Waraqah bin Naufal dan Zaid bin Amr. Mereka berdua
berusaha mencari agama yang benar. Waraqah memilih untuk memeluk Kristen
mempelajari kitab agama Kristen yang asli.
Sementara
Zaid bin Amr orang yang menentang keras penyembahan terhadap berhala hingga ia
diusir dari Makkah. Dia mencari agama nenek moyangnya, Nabi Ibrahim, yang telah
dilupakan oleh orang-orang Quraisy. Ia menuju Syam dan Irak untuk bertanya
kepada para pendeta dan rahib tentang agama Ibrahim alaihissalam.
Ketika
meninggalkan Makkah, Zaid berdiri di dekat Ka’bah dan berkata lantang kepada
orang-orang Quraisy yang sedang berdo’a, “Wahai Quraisy, Demi Dia yang
Tangan-Nya lah terletak jiwaku. Tak seorangpun dari kalian mengikuti agama
Ibrahim kecuali aku.” Ia juga berdo’a, “Wahai Rabb, seandainya aku tahu
bagaimana Engkau ingin disembah, begitulah aku akan menyembah-Mu, tetapi aku
benar-benar tidak tahu.”
Setelah
bertanya kepada para pendeta dan rahib di kota yang ia kunjungi dan mereka
mengabarkan bahwa akan ada Nabi yang muncul di Makkah, maka Zaid kembali ke
Makkah. Namun di perbatasan selatan Syiria ia diserang hingga tewas. Dia tidak
pernah berhubungan dengan Nabi Muhammad.
Di Gua Hira
Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tahan melihat kondisi kaumnya yang telah
rusak akhlaknya. Ia memilih banyak menyendiri. Ia menjauh dari pesta-pesta yang
riuh di Makkah. Menghindar dari mabuk-mabukan yang menjadi kebiasaan
orang-orang Quraisy. Kekecewaannya semakin hari semakin bertambah.
Akhirnya
ia memilih menyendiri ke Gua Hira yang jaraknya sekitar dua mil dari Makkah. Di
sanalah ia bisa merenung menghabiskan waktu sendiri tanpa melihat
berhala-berhala yang selalu disembah penduduk Makkah. Setiap tahun selama tiga
tahun berturut-turut, beliau menghabiskan bulan Ramadhan di dalam gua tersebut.
Tidak
ada yang menyangka, di gua itulah malaikat Allah, Jibril ‘alaihissalam turun
dan menyampaikan wahyu kepadanya. “Bacalah!”. Dia akan menjadi manusia utusan
Allah yang akan memperbaiki kondisi penduduk Makkah. Lebih dari itu, ia akan diutus
untuk mengubah kondisi seluruh umat manusia.
0 komentar:
Posting Komentar