Rabu, 03 Desember 2014

Kisah Sungai Nil dan Khalifah Umar ibn Al-Khatthab

Mesir dapat ditaklukkan oleh umat Islam pada tahun 20 Hijriyah, di masa pemerintahan Khalifah Umar ibn al-Khattab -Radhiyallahu anhu-. Ia mengutus Amr ibn Ash -Radhiyallahu anhu- sebagai pemimpin pasukan ke negeri Fir’aun tersebut.

Ada satu kisah yang menakjubkan terjadi pada saat itu. Suatu saat penduduk Mesir datang menemui ‘Amr ibn al-Ash. Pada saat itu telah masuk bulan yang dianggap sakral oleh mereka. Di bulan itu sungai Nil mengering sementara Nil adalah sumber kehidupan mereka.

“Wahai gubernur, sesungguhnya Nil ini memiliki kebiasaan dimana dia tidak mengalir kecuali dengan tradisi tersebut”

“Tradisi apakah itu?” ‘Amr ibn al-Ash bertanya.

“Jika masuk tanggal sebelas bulan ini, kami akan mencari seorang perawan ke rumah orang tua mereka. Lalu kami minta kedua orang tuanya untuk memberikan perawan itu kepada kami dengan suka rela. Kami hiasi perawan itu dengan baju dan hiasan yang paling indah, kemudian kami lemparkan dia ke sungai Nil ini.”

“Ini tidak mungkin untuk dilakukan di dalam Islam. karena sesungguhnya Islam menghapus tradisi lama.” Kata Amr ibn al-Ash.

Lalu mereka melaksanakan apa yang dikatakan oleh Amr ibn al-Ash. Ternyata sungai Nil mengering dan tidak mengalirkan air sedikit pun hingga kebanyakan penduduk berencana berhijrah, keluar dari Mesir.

Melihat kondisi tersebut, Amr ibn al-Ash mrasa khawatir, terlebih orang-orang Mesir belum lama memeluk agama Islam pasca penaklukkan. Akhirnya ia mengirim surat kepada Khalifah Umar ibn al-Khatab di Madinah. Ia menceritakan keadaan yang terjadi di Mesir mengenai mengeringnya sungai Nil.

Ketika sampai kabar tersebut kepada Umar, ia membalas surat gubernurnya itu. Dia berpesan jika telah sampai kepadanya, maka lemparkanlah surat itu ke sungai Nil.

Surat itupun diterima oleh Amr ibn al-Ash. Ia membukanya, ternyata di dalamnya berisi tulisan tangan Umar ibn al-Khattab:

Dari hamba Allah, Amir al-Mukminin, Umar ibn al-Khattab. Amma ba’du.
Jika kau mengalir karena dirimu sendiri maka janganlah kau mengalir. Namun jika yang mengalirkan airmu adalah Allah, maka mintalah kepada Allah Yang Mahakuasa untuk mengalirkanmu kembali.”

Amr ibn al-Ash kemudian melemparkan surat tersebut ke sungai Nil. Dengan izin Allah Nil mengalir kembali. Dengan begitu, Allah telah menghancurkan tradisi jahiliyyah dari penduduk Mesir hingga hari ini.

Sumber bacaan:

Jalaluddin al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa (edisi terjemahan) (Cet.10; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2013), h. 146-147.

0 komentar:

Posting Komentar