02.18 -
Sejarah Islam
No comments
Martir Cordova
Pada
tahun 850, seorang pendeta di Cordova dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Tinggi
Cordova atas tindakannya menghina dan melecehkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Kematian
sang pendeta bernama Perfectus itu rupanya memberikan dampak yang cukup besar
bagi komunitas Kristen di ibukota pemerintahan Bani Umayyah.
Orang-orang
Kristen yang taat maupun awam datang ke pengadilan tinggi Cordova dan mencela
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Oleh pemerintah, pelecehan terhadap Nabi Muhammad adalah sebuah pelanggaran dan
pelakunya akan dikenakan sangsi yang berat sehingga dalam waktu sekitar empat
bulan saja, terhitung lima puluh orang dikenakan hukuman mati. Namun, di
kalangan Kristen, mereka dikenang sebagai pejuang Kristus. Mereka adalah “Martir
Cordova” yang rela mati dan membela ajaran Kristen.
Fenomena
Martir Cordova ini terjadi di masa pemerintahan amir Abdurrahman II. Salah satu faktornya disebabkan oleh orang-orang
Kristen taat merasa tidak nyaman melihat kondisi saudara-saudara mereka
penduduk asli Andalusia hanyut dan tenggelam dalam budaya umat Islam di
Andalusia.
Sedikit
kembali ke belakang, di tahun 711 M, ketika panglima gagah berani Thariq bin
Ziyad tiba di Andalusia. Ia membebaskan penduduk Andalusia dari penindasan
Bangsa Visigoth. Sebelum Islam datang,
masyarakat Andalusia berada di bawah kekuasaan kerajaan Kristen Visigoth. Pihak
kerajaan menetapkan pajak yang tinggi bagi masyarakat kalangan bawah demi
kesejahteraan para bangsawan dan pihak gereja. Selain itu, orang-orang yang
memeluk agama selain Kristen Katolik dipaksa untuk meninggalkan agama mereka. Jika
enggan, mereka akan dihukum bahkan dibunuh. Mereka adalah para penganut Kristen
Arian dan Yahudi yang minoritas.
Dalam
waktu tiga tahun saja, Thariq bin Ziyad dan pasukannya didukung oleh Musa bin
Nushair berhasil menaklukkan Semenanjung Iberia (baca: Andalusia). Seluruh
kawasan berhasil dikuasai kecuali wilayah kecil di bagian utara yang menjadi
cikal bakal Kerajaan Kristen yang tangguh di kemudian hari.
Sejak
penaklukkan, Islam berevolusi di Andalusia dalam berbagai bidang. Di antaranya
dalam bidang kebudayaan dan pendidikan. Umat Kristen Andalusia terpengaruh oleh
budaya Arab-Islam dalam kehidupan sehari-hari. Maka muncul orang-orang Kristen
yang mengikuti gaya hidup umat Islam. Mereka mengikuti gaya hidup umat Islam
mulai dari cara berpakaian, cara makan, tidak memakan babi, menyembelih hewan,
berkhitan, para wanita mengenakan pakaian tertutup. Mereka ini dikenal dengan
sebutan Kristen Mozarab atau Musta’ribah
dalam versi bahasa Arab.
Orang-orang
Mozarab adalah salah satu fenomena unik di Andalusia. Mereka orang-orang
Kristen yang ter-arabkan. Sebagian besar dari kalangan Mozarab bahkan lupa
bahasa ibu mereka (Latin) dan lebih memilih bahasa Arab sebagai bahasa
sehari-hari.
Beberapa
orang Kristen taat merasa prihatin melihat fenomena yang terjadi.
Saudara-saudara mereka yang ter-arabkan telah kehilangan identitas sebagai
seorang Kristen. Rasa prihatin ditambah lagi dengan banyaknya saudara mereka
yang konversi menjadi muslim. Terhitung pada masa amir Abdurrahman I (756-788) atau hanya sekitar 50 tahun setelah
penaklukkan Thariq, 40 persen penduduk Andalusia berpindah agama menjadi
muslim. Lewis dalam God Crucible: Islam
and The Making of Europe mencatat bahwa pada akhir abad ke-10, jumlah
penduduk muslim di Andalusia meningkat menjadi 70 persen dari total populasi.
Islam menjadi mayoritas di Andalusia.
Keprihatinan
para pendeta dan biarawan terhadap saudara mereka sesama Kristen pada akhirnya
menimbulkan rasa kebencian terhadap Islam. Maka terjadilah peristiwa “Martir Cordova”
di masa Abdurrahman II. Fenomena Martir Cordova menunjukkan kuatnya arus budaya
Arab-Islam yang menerjang penduduk Andalusia.
Dalam
bidang pendidikan, umat Islam Andalusia melesat lebih jauh melampaui
negeri-negeri Eropa lainnya. Banyak didirikan sekolah dan universitas di
kota-kota besar seperti Cordova, Sevilla, Toledo, dan Malaga. Universitas
Cordova yang paling populer dan menjadi tujuan para pelajar dari dunia Islam
maupun Eropa. Dikabarkan bahwa Paus Sylvestre III pernah menimba ilmu di
universitas yang dibangun amir
Abdurrahman III ini sebelum menjadi Paus.
Para
pelajar yang pernah menimba ilmu di Andalusia, ketika kembali ke negerinya,
mereka mendirikan sekolah dan universitas untuk mendistribusikan ilmu yang mereka
dapatkan. Para pelajar inilah yang membangun peradaban Barat sehingga melahirkan
zaman Renaissance (Rebirth)di Eropa.