01.23 -
Sejarah Islam
No comments
Abu Bakar Ar-Razi, Ilmuwan dan Dokter Kota Bagdad
Namanya Abu Bakar Muhammad bin
Zakariya ar-Razi. Dia adalah dokter Muslim terbesar dan guru besar dalam ilmu
kedokteran di dunia Islam dan Eropa. Ar-Razi lahir di provinsi Rayy, Iran pada
tahun 240 H (854 M). Ar-Razi menguasai masalah-masalah kedokteran dan farmasi.
Dia tidak hanya mempelajari kedokteran Arab dan Yunani seperti para ilmuwan
muslim lainnya, melainkan dia juga menambah pengalamannya dengan mempelajari
kedokteran India. Di samping itu, dia sangat berpengalaman dalam bidang kimia sehingga
memiliki kemampuan khusus dalam bidang kedokteran yang tidak dimiliki oleh
ilmuwan lainnya.
Abu Bakar ar-Razi adalah pelopor
dalam bidang klinik kedokteran dan orang yang pertama kali melakukan eksperimen
pengobatan kepada hewan sebelum dipraktekkan kepada manusia. Metode ini yang
hingga sekarang menjadi pedoman terpenting bagi ekdokteran modern. Dia
menemukan pengaruh alergi atau hipersensitif pada sebagian orang sakit,
sekalipun dalam bukunya dia tidak menggunakan kata “alergi” namun dia menyifatinya
dengan jelas yang menunjukkan pada keadaan seperti itu.
Ar-Razi mampu membedakan antara
penyakit cacar biasa dengan cacar air pada masa sakit pertama yang hampir
serupa pada dua gejala ini. Dia menulis tesis yang sangat berharga dalam hal
ini. Ar-Razi adalah dokter yang pertama kali membedakan antara mulas di usus
kecil dengan gangguan usus besar. Dia juga unggul dalam bidang kedokteran mata.
Dia menulis buku dalam kedokteran mata yang berhubungan dengan anatomi mata dan
pnyakit-pnyakit yang menyerangnya, serta operasi yang harus dilakukan padanya
dengan menggunakan peralatan khusus.
Abu Bakar ar-Razi telah menulis
sekitar 232 buku. Kebanyakan dari buku-buku tersebut ditulis dalam bidang
kedokteran, farmasi, kimia dan filsafat. Di samping itu, buku karangannya yang
lain juga ditulis dalam ilmu astronomi, fisika, matematika, musik, dan ilmu
keagamaan.
Salah satu karyanya yang terkenal
adalah kitab al-Hawi yang merupakan buku ensiklopedia kedokteran yang meliputi
semua ilmu pengetahuan kedokteran Arab, Yunani, India. Dalam ensiklopedia itu,
dia banyak menambah pengetahuan baru sesuai dengan pengalaman dan penemuannya.
Buku ini menjadi rujukan penting bagi dunia kedokteran Islam maupun Eropa
hingga abad ke-18.
Khalifah Abbasiyah al-Mu’tadh ketika
ingin membangun rumah sakit yang terkenal di Baghdad bernama Rumah Sakit
al-Adhadi, dia bermusyawarah dengan para dokter terkemuka tentang rencana
pembangunan dan letaknya. Di antara para dokter itu terdapat Abu Bakar ar-Razi
yang menyarankan meletakkan potongan daging di berbagai tempat yang diusulkan,
kemudian dipilih tempat diltakkannya daging yang paling sedikit busuknya
sebagai tempat dibangunnya rumah sakit itu. Cara yang dilakukan oleh ar-Razi
ini hingga sekarang masih tetap berlaku ketika seseorang ingin memilih tempat
yang paling sedikit tingkat kelembaban dan polusinya.
Ada satu kisah, seorang pemuda
Baghdad datang kepada ar-Razi dan mengeluhkan muntah darah yang dialaminya.
Ar-Razi memeriksa pasien dengan teliti. Sang pasien kemudian mengutarakan
kepercayaannya kepada ar-Razi bahwa apabila ia gagal menyembuhkannya, maka
dokter lainnya tidak akan dapat menyembuhkannya. Ar-Razi merasa iba padanya, ia
lalu mencari air yang diminum oleh sang pasien dalam perjalanannya, karena
barangkali dia meminum air kotor.
Ar-Razi kemudian menyuruh pemuda itu
untuk datang lagi keesokan harinya dan ia akan mengobatinya dengan maksimal.
Ar-Razi memberi syarat agar anak dari laki-laki itu mau menaati apa yang
diperintahkan ar-Razi padanya. Laki-laki Bagdad itupun setuju.
Esoknya, Ar-Razi datang kembali
dengan membawa dua bejana berisi lumut cair. Dia menyuruh pasiennya itu menelan
isi dua bejana itu. Dia pun menelannya cukup banyak. Akan tetapi dia tidak
mampu untuk menghabiskannya. Pada saat itu, ar-Razi menyuruh anak dari pasien itu
untuk meminumkannya dengan paksa. Lalu lumut yang tidak sedap itu mulai
bereaksi di dalam perut sehingga pasien muntah. Ar-Razi kemudian memeriksa
muntahnya dan ternyata dia mendapatkan lintah yang selama ini menjadi biang
penyakit di dalam tubuh pasien itu.
Ketika pemuda itu meminum air yang
keruh, ia tidak tahu bawa di dalam air itu terdapat lintah yang telah masuk ke
dalam perutnya. Lintah itu lengket di rongga perut hingga ada lumut yang masuk,
kmudian mnggantung kepadanya dan keluar bersama muntahan sang pasien. Sang
pasien akhirnya kembali sehat.
Refrensi:
Muhammad Gharib Gaudah, 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013)
Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014)
Heri Ruslan, Khazanah (Jakarta: Penerbit Republika, 2010)
0 komentar:
Posting Komentar