Kamis, 01 Oktober 2015

Abu Bakar Ar-Razi, Ilmuwan dan Dokter Kota Bagdad

Namanya Abu Bakar Muhammad bin Zakariya ar-Razi. Dia adalah dokter Muslim terbesar dan guru besar dalam ilmu kedokteran di dunia Islam dan Eropa. Ar-Razi lahir di provinsi Rayy, Iran pada tahun 240 H (854 M). Ar-Razi menguasai masalah-masalah kedokteran dan farmasi. Dia tidak hanya mempelajari kedokteran Arab dan Yunani seperti para ilmuwan muslim lainnya, melainkan dia juga menambah pengalamannya dengan mempelajari kedokteran India. Di samping itu, dia sangat berpengalaman dalam bidang kimia sehingga memiliki kemampuan khusus dalam bidang kedokteran yang tidak dimiliki oleh ilmuwan lainnya.

Abu Bakar ar-Razi adalah pelopor dalam bidang klinik kedokteran dan orang yang pertama kali melakukan eksperimen pengobatan kepada hewan sebelum dipraktekkan kepada manusia. Metode ini yang hingga sekarang menjadi pedoman terpenting bagi ekdokteran modern. Dia menemukan pengaruh alergi atau hipersensitif pada sebagian orang sakit, sekalipun dalam bukunya dia tidak menggunakan kata “alergi” namun dia menyifatinya dengan jelas yang menunjukkan pada keadaan seperti itu.

Ar-Razi mampu membedakan antara penyakit cacar biasa dengan cacar air pada masa sakit pertama yang hampir serupa pada dua gejala ini. Dia menulis tesis yang sangat berharga dalam hal ini. Ar-Razi adalah dokter yang pertama kali membedakan antara mulas di usus kecil dengan gangguan usus besar. Dia juga unggul dalam bidang kedokteran mata. Dia menulis buku dalam kedokteran mata yang berhubungan dengan anatomi mata dan pnyakit-pnyakit yang menyerangnya, serta operasi yang harus dilakukan padanya dengan menggunakan peralatan khusus.

Abu Bakar ar-Razi telah menulis sekitar 232 buku. Kebanyakan dari buku-buku tersebut ditulis dalam bidang kedokteran, farmasi, kimia dan filsafat. Di samping itu, buku karangannya yang lain juga ditulis dalam ilmu astronomi, fisika, matematika, musik, dan ilmu keagamaan.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah kitab al-Hawi yang merupakan buku ensiklopedia kedokteran yang meliputi semua ilmu pengetahuan kedokteran Arab, Yunani, India. Dalam ensiklopedia itu, dia banyak menambah pengetahuan baru sesuai dengan pengalaman dan penemuannya. Buku ini menjadi rujukan penting bagi dunia kedokteran Islam maupun Eropa hingga abad ke-18.

Khalifah Abbasiyah al-Mu’tadh ketika ingin membangun rumah sakit yang terkenal di Baghdad bernama Rumah Sakit al-Adhadi, dia bermusyawarah dengan para dokter terkemuka tentang rencana pembangunan dan letaknya. Di antara para dokter itu terdapat Abu Bakar ar-Razi yang menyarankan meletakkan potongan daging di berbagai tempat yang diusulkan, kemudian dipilih tempat diltakkannya daging yang paling sedikit busuknya sebagai tempat dibangunnya rumah sakit itu. Cara yang dilakukan oleh ar-Razi ini hingga sekarang masih tetap berlaku ketika seseorang ingin memilih tempat yang paling sedikit tingkat kelembaban dan polusinya.

Ada satu kisah, seorang pemuda Baghdad datang kepada ar-Razi dan mengeluhkan muntah darah yang dialaminya. Ar-Razi memeriksa pasien dengan teliti. Sang pasien kemudian mengutarakan kepercayaannya kepada ar-Razi bahwa apabila ia gagal menyembuhkannya, maka dokter lainnya tidak akan dapat menyembuhkannya. Ar-Razi merasa iba padanya, ia lalu mencari air yang diminum oleh sang pasien dalam perjalanannya, karena barangkali dia meminum air kotor.

Ar-Razi kemudian menyuruh pemuda itu untuk datang lagi keesokan harinya dan ia akan mengobatinya dengan maksimal. Ar-Razi memberi syarat agar anak dari laki-laki itu mau menaati apa yang diperintahkan ar-Razi padanya. Laki-laki Bagdad itupun setuju.

Esoknya, Ar-Razi datang kembali dengan membawa dua bejana berisi lumut cair. Dia menyuruh pasiennya itu menelan isi dua bejana itu. Dia pun menelannya cukup banyak. Akan tetapi dia tidak mampu untuk menghabiskannya. Pada saat itu, ar-Razi menyuruh anak dari pasien itu untuk meminumkannya dengan paksa. Lalu lumut yang tidak sedap itu mulai bereaksi di dalam perut sehingga pasien muntah. Ar-Razi kemudian memeriksa muntahnya dan ternyata dia mendapatkan lintah yang selama ini menjadi biang penyakit di dalam tubuh pasien itu.


Ketika pemuda itu meminum air yang keruh, ia tidak tahu bawa di dalam air itu terdapat lintah yang telah masuk ke dalam perutnya. Lintah itu lengket di rongga perut hingga ada lumut yang masuk, kmudian mnggantung kepadanya dan keluar bersama muntahan sang pasien. Sang pasien akhirnya kembali sehat.

Refrensi: 
Muhammad Gharib Gaudah, 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013)
Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014)
Heri Ruslan, Khazanah (Jakarta: Penerbit Republika, 2010)

0 komentar:

Posting Komentar