05.44 -
Buku-Referensi,Sejarah Islam
2 comments
Banten Abad XV-XXI Pencapaian Gemilang Penorehan Menjelang (Buku Karya Prof. Uka Tjandrasasmita)
Banten merupakan salah satu pusat perkembangan kepudayaan pada masa
silam, khususnya pada masa penyebaran agama Islam. pelabuhan Banten merupakan
salah satu pelabuhan yang paling penting di antara pelabuhan-pelabuhan lainnya
di lingkungan Kerajaan Sunda. Ia telah berhubungan dengan jalur pelayaran dan
perdagangan Internasional.
Di antara buku yang membahas tentang sejarah Banten adalah buku
“Banten Abad XV-XXI Pencapaian Gemilang Penorehan Menjelang” karya Uka
Tjandrasasmita. Buku ini merupakan kumpulan tulisan atau makalah karya Uka
Tjandrasasmita mengenai Banten. Uka Tjandrasasmita adalah salah satu pionir
arkeologi Indonesia, karena itu banyak di dapat dalam buku ini pembahasan
mengenai peninggalan-peninggalan fisik di Banten masa lampau seperti masjid, menara,
kraton, makam, dan lain-lain.
1.
Sumber
Dalam buku ini, Penulis membahas tentang sumber sejarah sebagai
jejak arkeologis yang dapat berupa artefak terutama benda-benda bergerak dan
benda tak bergerak yang disebut feature. Jejak-jejak arkeologis yang diyakini
tersebut kemudian diinventarisasi dan didokumentasikan. Jejak arkeologis Banten
yang pernah dilacak dan diinventarisir serta didokumentasikan dapat diteliti
atau dibaca antara lain dalam:
1.
Inventaris
der Hindoe-oudheden ROD, 1914, Bat. Gen. van Kun Wetschpn. Batavia –‘s-
Gravenhage, 1915, halaman 1-15, 20. Lalu Residentie Bantam Afdeeling Serang,
Pandeglang, Lebak dan Afdeeling Tanggerang Residentie Batavia.
2.
Jejak-jejak
arkeologis setelah tahun 1915 dari daerah Propinsi Banten masih banyak terdapat
pada catatan-catatan yang terhimpun di lembaga yang mengurusi peninggalan
sejarah dan purbakala atau benda cagar budaya baik di pusat maupun di daerah
bersangkutan.
3.
Benda-benda
yang khusus berasal dari masa prasejarah, seperti alat-alat kapak batu, pahat, beliung,
dan lainnya dari periode Neolitikum/ masa bercocok tanam juga pada masa
Hindia-Belanda telah banyak ditemukan dari beberapa tempat daerah Provinsi
Banten kini, antara lain dari Serpong, Cihuni, Ciledug, Pandeglang dan
lain-lain. Alat-alat batu tersebut telah diinventarisasikan dan tersimpan di
museum hasil karya A.N.J Th. Van der Hoop, dalam Catalogus der Praehistorische
Verzameling Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 1941. Selain
jejak arkeologis berupa alat-alat dari masa Batu baru termasuk alat-alat dari
tanah liat berupa gerabah atau periuk belanga dari daerah Serpong. Demikian
juga dengan jejak arkeologis dari zaman Perunggu dan zaman besi.
4.
Untuk
mencari jejak arkeologis masa Kesultanan Banten dari awal abad ke-16 sampai
akhir abad ke-19 diperoleh dari sumber-sumber seperti naskah-naskah kuno:
Sejarah Banten, Hikayat Hasanuddin, Babad Cirebon, Babad Tanah jawi, Carita
Purwaka Caruban nagari, dan lain sebagainya.
2.
Fakta sejarah
Uka Tjandrasasmita menuliskan banyak fakta yang tertuang dalam buku
“Banten Abad XV-XXI” ini. Di antaranya:
1.
Berdasarkan
jejak-jejak arkeologis yang telah ditemukan maupun dari puing-puing yang
sebagian telah dipugar menandakan bahwa Banten (Surasowan) merupakan kota
bersejarah yang amat penting dan sebagai pusat perdagangan internasional yang
mencapai puncaknya pada abad ke-17 M. data historis berupa berita-berita
Portugis, Inggris, Belanda, Prancis, Inggris, juga naskah-naskah kuno baik
berisi sejarah maupun keagamaan sangat menunjang keberadaan Banten dengan
ibukotanya sebagai kesultanan yang mempunyai peranan sejarah nasional maupun
internasional.[1]
2.
Surosowan
adalah pusat kerajaan Islam Banten ketika itu yang bertempat di Banten Lama
dekat pantai. Dan sultan Hasanuddin, putra sunan Gunung Jati menjadi Sultan
Banten pertama. Sultan Hasanuddin menikah dengan putrid Sultan Trenggana dan
dinobatkan menjadi Raja Banten pada tahun 1522.[2]
3.
Pada
abad ke-16 telah terjadi transaksi di pasar Banten dengan menggunakan mata uang
sebagai alat pembayaran. Tomes Pires (1513) ketika mengunjungi beberapa
pelabuhan di Pulau Jawa, mata uang yang dipakai sebagai alat tukar adalah mata
uang Cina yaitu cash. Juga terdapat mata uang lain yang disebut Tumdaya, namun
dapat disebutkan bahwa pada abad ke-16 cash merupakan uang yang paling utama
sebagai alat tukar yang digunakan dalam perdagangan di Banten.[3]
4.
Dengan
adanya bukti di atas, menandakan bahwa pada abad ke-16 kota Surosowan Banten
sudah mendapat perhatian pedagang Internasional dan kelompok di sekitar Banten
bukan hanya terdiri atas penduduk setempat saja tetapi juga orang-orang asing.
5.
Pada
abad ke 16, Banten telah mendapat kemajuan bidang ekonomi dan perdagangan.
Serta banyak orang asing terutama orang Asia melakukan hubungan dagang dengan
Kerajaan Banten. Dari catatan tahun 1616 didapat keterangan bahwa orang Gujarat
merupakan penghubung dengan pedagang asing dan penguasa kerajaan. Di Banten
terdapat barang-barang mewah yang diperdagangka, yang menandakan tingkat
konsumsi dari masyarakat Banten cukup tinggi. Barang-barang seperti permata dan
obat-obatan menjadi komoditas perdagangan orang Persia dan orang-orang Arab.
6.
Tiap
tahun banyak perahu Cina yang berlabuh di Banten. Pada umumnya mereka
mengadakan hubungan perdagangan barter dengan lada yaebagai bahan utama.
Joudain mencatan bahwa tahun 1614 di Banten ada empat perahu Cina yang
rata-rata berukuran 300 ton. Selain sebagai pedagang, orang Cinta banyak yang
datang sebagai imigran. Mereka kemudian bermukim di sekitar pelabuhan Banten
Lama, sekarang masih terdapat kampung yang disebut kampung Pacinan.
3.
Hal yang baru
Semua informasi dalam buku “Banten Abad
XV-XXI Pencapaian Gemilang Penorehan Menjelang” karya Uka Tjandrasasmita ini,
kecuali Sultan Ageng Tirtayasa, adalah baru bagi saya. Baik itu sebelum
informasi atau jejak-jeka peninggalan sejarah Banten sebelum abad ke XV, maupun
setelahnya. Informasi mengenai Banten sebagai pusat perdagangan internasional
dengan ibukotanya adalah Surosowan. Surosowan juga sebagai pusat kesultanan
Banten dan Sultan Hasanuddin sebagai sultan Banten Pertama. Pada tahun 1526 ia
menikah dengan putrid Sultan Trenggana.
-
Pada
abad ke-16 telah digunakan mata uang sebagai alat pembayaran di pasar Banten.
Dan yang digunakan adalah mata uang Cina.
-
Terhitung
ada 22 raja/sultan yang memerintah di Banten sejak tahun 1525 hingga 1813.[4]
Dan kesultanan Banten mencapai masa kejayaannya pada masa Sultan Ageng
Tirtayasa yang memerintah pada tahun 1651
-
Keraton
Surosowan sebagai pusat kesultanan Banten dihancurleburkan oleh Belanda pada
masa pemerintahan Deandels. Ketika itu yang menjadi Sultan adalah sultan
Muhammad Rafi’udin yang belum dewasa dan masih diasuh oleh Ratu Aisyah.
Penyerbuan Belanda itu berlangsung lama pada tahun 1813 hingga 1832.
Gedung-gedung dihancurkan dan ubin-ubinnya dipindahkan ke pemerintahan Belanda
di Serang.[5]
Setelah kejadian penghangcuran itu, keratin tersebut tidak pernah dibangun
kembali yang tersisa adalah tembok benteng yang mengelilingi dengan sisi
bangunannya.
-
Banten
masuk jaringan “jalan sutra”. Pada masa lampau Banten melimpah dengan beras dan
buah-buahannya. Berdasarkan berita dari Tome Pires yang ditulis antara tahun
1512-1515 menandakan bahwa Bandar Banten sangat penting untuk menjadi perhatian
bagi pelayaran dan perdagangan internasional.
-
Pada
masa sultan Ageng Tirtayasa pelabuhan Banten makin ramai dikunjungi para
pedagang asing dari Persia, India, Arab, Cinta, jepang, Filipina, Melayu, juga
dari bangsa-bangsa Eropa seperti Inggris, Prancis, Denmark. Hubungan
persahabatan dan perdagangan dengan Inggris pada 10 November 1681 dengan
menggunakan kapal Inggris dikirimkan utusan Sultan ke Inggris di bawah pimpinan
Jaya Sadana.[6]
2 komentar:
permisi,
mas didalam buku ini terdapat gambar/ilustrasi tentang tentara kerajaan banten ga ya? dan harga buku ini berapa?
maaf baru dibalas, mas. Di dalamnya seingat sy g ada gambarnya. harga bukunya juga sy g tau krn blum pernah liat di toko2 buku. mgkn g dicetak lagi. dulu sy dapat buku ini wkt masih kuliah. dikasih langsung sm dosen sy untuk dibaca.
Posting Komentar