00.37 -
Buku-Referensi
No comments
Resensi: Alazhi Perawan Xinjiang
Alazhi, gadis Muslimah Uyghur harus menerima kenyataan bahwa
kedua adiknya, Gulina dan Aisha meninggalkan rumah mereka di Kasygar, Provinsi
Xinjiang demi mengejar mimpi mereka di Guangzhou, kota yang jauh lebih maju dan
modern.
Kepergian Gulina dan Aisha membuat Alazhi berpikir untuk
menyusul kedua adiknya untuk menjalani kehidupan dan karir yang lebih baik di
Guangzhou. Terlebih setelah mendengar kata-kata Gulina dan Aisha kepadanya beberapa
waktu lalu
“Apa yang dijanjikan kota ini untuk kita? Tidak ada. Kita
hanya sibuk menabung untuk membeli perbekalan jika muslim dingin datang.
Seperti bajing saja,” kata Gulina.
“Benar, Gulina, padahal kita semua sarjana. Tapi, gaji kita
hanya cukup untuk membantu Ana
menghidupkan tungku. Tapi, terutama aku sudah bosan dengan suasananya. Coba kau
lihat majalah-majalah itu. Dunia luar begitu menawan. Kita bisa berkembang!”
kata Aisha.
Namun, siapakah yang akan menjaga Dada dan Ana menjalani
sisa hidupnya di rumah yang sederhana mereka? Sementara saudaranya yang tersisa
hanyalah Yasen, adik laki-laki satu-satunya.
Terlebih lagi mereka, sebagai orang Uyghur, etnis minoritas
di Cina selalu mendapat perlakukan tidak adil dari pemerintah. Mereka menjadi
terpinggirkan di kampung sendiri. Untuk urusan ibadah pun mereka tidak bebas
melaksanakannya.
Akhirnya, setelah berbulan-bulan mempertimbangkan, Alazhi
pun meninggalkan rumahnya yang sederhana
di Kasygar menuju kota modern, Guangzhou. Namun, bekerja di sana pun tidak
mudah. Ia harus rela melepaskan hijabnya, yang menjadi identitasnya sebagai
Muslimah selama ini. Ia rela meninggalkan Ana,
Dada, dan Yasen, tanpa pamit pada
mereka. Betapa besar rasa malu yang ditanggung Dada sebagai tokoh agama di Kasygar, saat orang-orang mengatakan
putrinya lari dari rumah.
Tapi, sekalipun Alazhi telah melepaskan hijabnya, ia
tetaplah seorang Uyghur. Etnis Muslim keturunan Turki yang lebih mirip orang
Eropa ketimbang orang Cina asli yang bermata sipit. Dan karena itu ia tidak
akan pernah lepas dari celaan mereka.
Setelah menjalani hidup di Guangzhou, Alazhi merasa rindu
pada kampungnya. Rindu suasana rumahnya yang sederhana tapi sangat akrab dan
harmonis. Tapi, malu telah menghinggapinya. Ia malu telah lari dari rumah dan
meninggalkan Dada dan Ana begitu saja.
Alazhi perawan Xinjiang, novel menarik dan menguras
perasaan. Novel yng menceritakan perjuangan Muslimah Uyghur yang memilih
berkarir ke Guangzhou dan hidup modern di tengah gemerlapnya kota. Meskipun
begitu, dia tidak merasa puas. Jiwanya sebagai muslimah Uyghur tetap ada dalam
hatinya. Dan ingin kembali ke kota kelahirannya.
Nathayla Anwar, sang penulis dengan serius berkunjung
langsung ke Xinjiang, dan bertemu dengan Alazhi, Muslimah Uyghur yang
dijadikannya tokoh utama dalam novel ini.
Judul :
Alazhi Perawan Xinjiang Perjalanan Cinta Gadis Muslim Uyghur
Penulis :
Nathayla Anwar
Penerbit :
Qanita
Tebal :
440 halaman