02.35 -
Sejarah Islam
No comments
Panglima Perang Mu’tah (2)
Khalid bin Walid
adalah tokoh kunci kemenangan kaum musyrikin Makkah atas pasukan kaum Muslimin
pada Perang Uhud. Namun, ketika hidayah Islam menyapanya, ia berbalik menjadi
pejuang Islam yang tak terkalahkan.
Seperti dikisahkan
sebelumnya, Khalid bin Walid berhasil memenangkan pasukan Islam atas pasukan
Romawi pada perang Mu’tah padahal sebelumnya umat Islam hampir saja menderita
kekalahan dan tiga panglima, Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan
Abdullah bin Rawwahah, telah syahid. karena itulah ia dijuluki Pedang Allah
yang Terhunus oleh Rasulullah.
Kehebatan Khalid
tidak hanya pada Perang Mu’tah saja. Setelah itu ia selalu ikut berperang
bersama pasukan Islam di barisan paling depan pada Perang Tabuk dan Perang
Hunain. Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat, banyak kabilah Arab yang murtad dan bergabung melakukan
pemberotakan terhadap ummat Islam di bawah
kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Beberapa kabilah
yang ikut dalam pemberontakan adalah kabilah Asad, Ghatfan, Abbas, Dzubyan,
Thaik, Bani Amir, Hawazin, Salim dan Bani Tamim. Mereka berhasil menghimpun kekuatan
besar dengan jumlah puluhan ribu pasukan. Selain mereka penduduk Bahrain dan
Oman juga ikut bergabung.
Pemberontakan
tersebut semakin hari semakin membahayakan. Akhirnya Khalifah mengirim pasukan
untuk memerangi mereka. Ia membagi pasukan menjadi 11 pasukan. Setiap pasukan
diberi tugas masing-masing dan Khalid bin Walid terpilih sebagai panglima
besar. Saat memberikan bendera kepada Khalid, Khalifah Abu Bakar berkata, “Aku
pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sebaik-baik hamba Allah dan kawan
sepergaulan adalah Khalid bin Walid. Dia adalah sebilah pedang dari
pedang-pendang Allah yang dihunus untuk memerangi orang-orang kafir dan
munafik.”
Perang Riddah atau
perang melawan orang-orang murtad adalah salah satu perang tersengit dalam
sejarah. Saat itu, Musailamah
sang nabi palsu
menghimpun kekuatan bersama kabilah-kabilah lainnya di Yamamah. Beberapa kali
pasukan Islam berhadapan dengan pasukannya namun belum dapat dikalahkan.
Lalu tiba giliran
Khalid bersama pasukannya bertempur melawan nabi palsu itu. Dua pasukan saling
menyerang dan banyak korban yang berjatuhan dari kubu muslimin. Semangat
pasukan Islam semakin kendur karena serangan pasukan Musailamah. Namun, khalid
berhasil mengembalikan kekuatan dan menyemangati pasukan.
Ia naik ke atas
bukit dan mencari titik kelemahan pasukan Islam agar dapat dibenahi. Ia
memanggil semua pasukan dan menyusun kembali strategi. Ia menyuruh setiap
kabilah membentuk regu tersendiri. Dari Muhajirin satu regu dan Anshar juga
satu regu. Dengan gema takbir dan tahlil pasukan bergerak menyerang. Dalam
sekejap arah pertempuran berbalik. Ribuan pasukan Musailamah berjatuhan dan
umat Islam akhirnya meraih kemenangan.
Wafatnya Sang Pedang Allah
Khalid bin Walid
telah mengikuti banyak perang bersama umat Islam baik sebagai pemimpin maupun
prajurit. Di badannya terdapat banyak bekas tusukan tombak dan pedang. Namun
Allah berkehendak lain, ia memilih hambanya itu meninggal di atas ranjangnya.
Saat ajal hendak
menjemputnya, ia menangis. Menangis bukan karena takut kematian. Melainkan
menangis karena kerinduannya untuk syahid di medan pertempuran sebagaimana para sahabat nabi lainnya seperti
Mush’ab bin Umair, Ikrimah, Ja’far bin Abi Thalib, dan lainnya.
Ia berkata, “Aku ikut dalam berbagai pertempuran.
Seluruh tubuhku penuh bekas luka pedang, tombak, dan panah. Kini, aku akan mati
di atas ranjang seperti matinya seekor unta.” Khalid meninggal di Homs
pada bulan Ramadhan tahun 21 Hijriah di masa pemerintahan Khalifah Umar bin
Khattab.
Pujian Bagi Khalid bin Walid
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Khalid bin Walid adalah Pedang Allah yang
Terhunus.”
Rasulullah juga bersabda, “Sebaik-baik hamba Allah dan kawan sepergaulan adalah Khalid bin
Walid.”
“Demi Allah, akan kusembuhan kegelisahan mereka dengan (hadirnya)
Khalid,” kata
Khalifah Abu Bakar ketika pasukan Muslimin merasa gentar menghadapi Romawi.
Abu Bakar Ash-Shiddiq
berkata, “Sungguh, Romawi akan melupakan gangguan setan
disebabkan Khalid bin Walid.”
Umar bin Khatthab berkata, “Tak ada seorang wanita pun yang akan sanggup melahirkan laki-laki
seperti Khalid.”
Umar bin Khattab berkata saat meninggalnya Khalid, “Biarkan para wanita Bani Makzum menangisi
Abu Sulaiman (Khalid bin Walid), karena sesungguhnya mereka tidak berdusta.
Sesungguhnya orang seperti Abu Sulaiman akan ditangisi oleh siapapun.”
0 komentar:
Posting Komentar