18.16 -
Sejarah Islam
No comments
Granada Benteng Terakhir Islam di Andalusia
Ummat Islam pernah berkuasa di Eropa, tepatnya
di Spanyol yang dahulu dikenal dengan Andalusia. Namun, satu demi satu
kota-kota yang dikuasai ummat Islam direbut kembali oleh kaum Salib. Kota yang
terakhir runtuh adalah Granada.
Istana Alhamra peninggalan Bani Ahmar di Granada |
Setelah Sevilla berhasil dikuasai oleh ummat
Nasrani pada tahun 1248, maka tidak ada kota Islam yang tersisa kecuali
Granada. Ia merupakan ibu kota wilayah tenggara Andalusia yang terletak di
daerah puncak yang subur. Granada di bawah pemerintahan Bani Ahmar tetap
bertahan sekitar 200 tahun setelah kota-kota lain di Andalusia dikuasai oleh
kaum Nasrani.
Granada terkenal dengan istana Alhamra-nya
yang indah, dibangun oleh Muhammad bin Ahmar pada tahun 1238. Sampai hari ini,
istana ini masih berdiri dengan kokoh dan banyak dikunjungi wisatawan.
Kejatuhan Granada terjadi pada tahun 1492. Kerajaan
Kristen bersatu, ditandai dengan pernikahan Raja Ferdinand dari Aragon dan Ratu
Isabella dari Kastilia pada tahun 1470. Kerajaan Kristen semakin kuat sedangkan
pemerintahan Islam di Granada semakin melemah. Terlebih dengan diangkatnya Raja
Granada bernama Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Sa’ad yang bergelar Al-Ghalib
Billah yang masih kecil. Ia sering juga disebut Abu Abdillah Ash-Shaghir (Si
Kecil). Darinyalah keruntuhan Granada dimulai.
Ketika itu, terjadi konflik dalam internal
ummat Islam. Antara satu pemimpin saling berperang dengan pemimpin lainnya.
Bahkan, di antara mereka ada yang meminta bantuan kepada kerajaan Kristen untuk
melawan saudaranya sesama muslim. Inilah yang mengakibatkan Islam mudah
dikuasai musuh.
Pada 2 Januari 1492, pihak Granada diwakili
Menteri Abul Qasim Abdul Malik menandatangani perjanjian damai dengan pihak
Kristen. Dalam proses penandatanganan ini, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella
memasuki ruangan Istana Alhamra. Pada tahun itu juga, Ferdinand dan Isabella
menerima kunci kota Granada secara resmi. Para pendeta Kristen kemudian tinggal
di Masjid Agung kota yang sejak hari itu juga diubah menjadi gereja.
Raja kecil Abu Abdillah angkat kaki dari
istananya. Ia harus meninggalkan istana dan kejayaan yang telah diwariskan para
pemimpin muslim sebelumnya selama berabad-abad. Air matanya menetes memandang
Granada dari kejauhan. Saat itulah ibunya, bernama Aisyah berteriak kepadanya,
“Menangislah, menangislah, menangislah. Kamu menangis seperti perempuan. Raja
yang tidak bisa mempertahankan sesuatu selayaknya laki-laki.” Demikianlah akhir
kisah Granada, kota indah yang pernah ada, pusat peradaban dan ilmu
pengetahuan.
Ummat
Islam meninggalkan Granada
Sejumlah kaum muslimin menetap di Granada dan
sejumlah kota di Andalusia, namun mereka dianiaya. Ummat Islam dilarang
beribadah di masjid, dilarang shalat dan ritual keagamaan Islam lainnya,
dilarang berbahasa Arab, bahkan di tahun-tahun berikutnya mereka dipaksa masuk
Kristen. Jika tidak, mereka akan dihukum mati oleh Dewan Inquisisi.
Kolam air mancur dengan 12 patung singa dalam Alhamra |
Hal ini mengakibatkan banyak ummat Islam yang
mengungsi keluar dari Andalusia yang bukan lagi menjadi negeri Islam dan tidak
bisa menjamin keamanan bagi nyawa, agama, dan harta mereka. Di antara mereka
terdapat ulama, seperti Ibnul Khathib yang hijrah ke Maghrib, dan Ibnul Azraq
yang hijrah ke Aljazair. Sementara itu, Raja Kecil Abu Abdillah menuju kota
Fez, dan menetap di sana hingga wafat tahun 924.
Sebab Jatuhnya
Granada
➤Para
pemimpin Islam sibuk berkonflik dan berselisih sesama mereka demi kekuasaan dan
jabatan.
➤Sementara itu, musuh bersatu untuk
menghancurkan Islam.
➤Diserahkannya satu per satu benteng ke tangan
musuh.
➤Munculnya pemimpin-pemimpin pengkhianat.
➤Pemimpin-pemimpin itu meminta bantuan kepada
pihak Kristen untuk melawan saudara mereka sesama muslim.
0 komentar:
Posting Komentar