Benteng Bersejarah di Selat Bosphorus
Konstantinopel adalah kota yang diidamkan oleh
setiap pemimpin Islam masa lalu. Setiap khalifah berambisi untuk
menaklukkannya. Mulai dari Utsman bin Affan, Mu’awiyah, Harun Ar-Rasyid, dan
Sultan Bayazid Al-Utsmani.
Penaklukkan ibu kota kerajaan Romawi Timur itu
baru terjadi pada masa Sultan Muhammad II bin Bayazid atau yang dikenal dengan
Sultan Muhammad Al-Fatih. Ia menaklukkannya pada tahun 1453 M. Tapi penaklukkan
itu tidaklah mudah. Sang Sultan melakukan persiapa yang matang dan mantap agar
kegagalan seperti yang dialami para pendahulunya tidak terulang lagi.
Di antara persiapan tersebut adalah mendirikan
Rumeli Hisari (Benteng Rumelia). Sejak lama Sultan Al-Fatih menyelidiki
Konstantinopel. Setelah menganalisa,ia memutuskan untuk memutus urat nadi utama
Konstantinopel, yaitu Selat Bosphorus yang menjadi jalur utama perdagangan dan
transportasi bagi Konstantinopel serta suplai logistiknya melalui pembangunan
Rumeli Hisari.
Rumeli Hisari dibangun di tepi Selat
Bosphorus, Istanbul-Turki. Benteng yang dibangun Sultan Muhammad II Al-Fatih
sebelum menaklukkan Konstantinopel ini memiliki tinggi 82 meter dengan menara
citadel yang dibangun oleh 5000 pekerja. Ide untuk membangun benteng ini muncul
dalam benak Sultan Al-Fatih pada tahun 1451 atau sekitar dua tahun sebelum
penaklukkan Konstantinopel.
Sultan memandang bahwa tidak mungkin dalam
posisi yang unggul bila dia tidak mampu menyeberangi sisi Benua Asia menuju
sisi Benua Eropa di dekat Konstantinopel dengan aman. Sebab, Laut Dardanella di
bawah kendali Angkatan Laut Italia. Memang ketika itu di sisi Benua Asia telah
berdiri Anadolu Hisari (Benteng Anatolia) yang dibangun Sultan Bayazid I, ayah
Sultan Al-Fatih pada tahun 1394 M.
Oleh karena itu, Sultan Al-Fatih perlu
menguasai Selat Bosphorus dan memotong pasokan makanan yang dikirimkan
koloni-koloni Yunani di wilayah Laut Hitam ke Konstantinopel. Untuk itu, dia
segera memerintahkan pendirian Rumeli Hisari.
Benteng yang terletak di Distrik Sanyer ini
memiliki tiga menara. Masing-masing menara diberi nama sesuai dengan nama
menteri sang sultan yang memimpin pembangunan benteng itu. Benteng pertama
disebut “Benteng Sadrazam Candarli Halil Pasya”. Lokasi benteng ini paling dekat
dengan pintu gerbang benteng.
Benteng kedua, yang terletak di sebelah
selatan disebut “Benteng Zaganos Pasya”. Sementara itu, benteng ketiga yang
terletak di sebelah utara disebut “Benteng Sanca Pasya”. Benteng itu mulai
dibangun pada Sabtu, 25 Rabiul Awwal 856 Hijriyah atau 15 April 1452 M. dengan
kata lain, benteng yang semula dikenal dengan sebutan “Bogazkesen”, yang
berarti “Pemotong Selat”, dibangun hanya dalam waktu sekitar empat bulan.
Anadolu
Hisari
Sebelum Sultan Muhammad Al-Fatih menjadi sulta
Dinasti Utsmani, sang ayah sudah terlebih dahulu mendirikan Benteng Anadolu
Hisari dengan tujuan juga untuk menaklukkan Konstantinopel. Benteng ini
didirikan pada 1393-1394 M di lahan sekitar 7000 meter persegi dan berada di
titik tersempit Selat Bosphorus. Benteng setinggi 25 meter ini digunakan
sebagai “menara pengintai” yang mengintai lalu lintas kapal-kapal yang hendak
menuju Laut Hitam.
Menara ini juga didirikan bertujuan
memperlemah kekuatan Kekaisaran Byzantium sebab dengan adanya benteng ini,
bantuan militer dari koloni Byzantium di wilayah Laut Hitam seperti Caffa,
Sinop, dan Amasra, menjadi kesulitan mencapai Konstantinopel karena kapal itu
tidak bisa melintasi Selat Bosphorus.
Semua kapal yang melintas di Selat Bosphorus
diharuskan membayar pajak yang disetor kepaa Dinasti Utsmaniyah terlebih
dahulu. Benteng Anadolu Hisari terletak berhadapan dengan Rumeli Hisari,
benteng yang berada di sisi Eropa Selat Bosphorus didirikan oleh Sultan
Al-Fatih pada tahun 1452 M. Kedua benteng ini hanya terpisah selat selebar 500
meter.
Hari
Penaklukkan
Setelah mendirikan Rumeli Hisari,
mulailah Sultan Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel. Setelah mengepung
Konstantinopel selama beberapa bulan, akhirnya 200.000 pasukan yang dipimpin
Sultan Muhammad II berhasil menaklukkan benteng Konstantinopel yang kokoh. Yang
membuat takjub adalah strategi Sultan yang memindahkan 72 kapal perang dari
Selat Bosporus ke Teluk Tanduk Emas (Golden Horn) yang merupakan titik terlemah
pertahanan Byzantium, melalui daratan. Sultan Al-Fatih telah mengubah daratan
menjadi lautan.
Penaklukkan terjadi pada 29 Mei 1453 M
(857 Hijriyah). Penduduk Konstantinopel beragama Kristen diperlakukan dengan
baik. Mereka tetap diperbolehkan menjalankan agama mereka. Sementara itu sang
Sultan menuju gereja Aya Sofia dan meminta azan dikumandangkan sebagai tanda
gereja itu telah diubah menjadi masjid. Ia pun mengganti nama Konstentinopel
menjadi Islambul yang berarti kota Islam.
Sabda Rasulullah yang keluar dari
lisan beliau sekitar 800 sebelumnya akhirnya terealisasi. Beliau bersabda,
“Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik panglima adalah panglima
yang menaklukkannya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.”
0 komentar:
Posting Komentar