Rabu, 07 Februari 2018

Benteng Bersejarah di Selat Bosphorus

Konstantinopel adalah kota yang diidamkan oleh setiap pemimpin Islam masa lalu. Setiap khalifah berambisi untuk menaklukkannya. Mulai dari Utsman bin Affan, Mu’awiyah, Harun Ar-Rasyid, dan Sultan Bayazid Al-Utsmani.


Penaklukkan ibu kota kerajaan Romawi Timur itu baru terjadi pada masa Sultan Muhammad II bin Bayazid atau yang dikenal dengan Sultan Muhammad Al-Fatih. Ia menaklukkannya pada tahun 1453 M. Tapi penaklukkan itu tidaklah mudah. Sang Sultan melakukan persiapa yang matang dan mantap agar kegagalan seperti yang dialami para pendahulunya tidak terulang lagi.

Di antara persiapan tersebut adalah mendirikan Rumeli Hisari (Benteng Rumelia). Sejak lama Sultan Al-Fatih menyelidiki Konstantinopel. Setelah menganalisa,ia memutuskan untuk memutus urat nadi utama Konstantinopel, yaitu Selat Bosphorus yang menjadi jalur utama perdagangan dan transportasi bagi Konstantinopel serta suplai logistiknya melalui pembangunan Rumeli Hisari.

Rumeli Hisari dibangun di tepi Selat Bosphorus, Istanbul-Turki. Benteng yang dibangun Sultan Muhammad II Al-Fatih sebelum menaklukkan Konstantinopel ini memiliki tinggi 82 meter dengan menara citadel yang dibangun oleh 5000 pekerja. Ide untuk membangun benteng ini muncul dalam benak Sultan Al-Fatih pada tahun 1451 atau sekitar dua tahun sebelum penaklukkan Konstantinopel.

Sultan memandang bahwa tidak mungkin dalam posisi yang unggul bila dia tidak mampu menyeberangi sisi Benua Asia menuju sisi Benua Eropa di dekat Konstantinopel dengan aman. Sebab, Laut Dardanella di bawah kendali Angkatan Laut Italia. Memang ketika itu di sisi Benua Asia telah berdiri Anadolu Hisari (Benteng Anatolia) yang dibangun Sultan Bayazid I, ayah Sultan Al-Fatih pada tahun 1394 M.

Oleh karena itu, Sultan Al-Fatih perlu menguasai Selat Bosphorus dan memotong pasokan makanan yang dikirimkan koloni-koloni Yunani di wilayah Laut Hitam ke Konstantinopel. Untuk itu, dia segera memerintahkan pendirian Rumeli Hisari.

Benteng yang terletak di Distrik Sanyer ini memiliki tiga menara. Masing-masing menara diberi nama sesuai dengan nama menteri sang sultan yang memimpin pembangunan benteng itu. Benteng pertama disebut “Benteng Sadrazam Candarli Halil Pasya”. Lokasi benteng ini paling dekat dengan pintu gerbang benteng.

Benteng kedua, yang terletak di sebelah selatan disebut “Benteng Zaganos Pasya”. Sementara itu, benteng ketiga yang terletak di sebelah utara disebut “Benteng Sanca Pasya”. Benteng itu mulai dibangun pada Sabtu, 25 Rabiul Awwal 856 Hijriyah atau 15 April 1452 M. dengan kata lain, benteng yang semula dikenal dengan sebutan “Bogazkesen”, yang berarti “Pemotong Selat”, dibangun hanya dalam waktu sekitar empat bulan.

Anadolu Hisari

Sebelum Sultan Muhammad Al-Fatih menjadi sulta Dinasti Utsmani, sang ayah sudah terlebih dahulu mendirikan Benteng Anadolu Hisari dengan tujuan juga untuk menaklukkan Konstantinopel. Benteng ini didirikan pada 1393-1394 M di lahan sekitar 7000 meter persegi dan berada di titik tersempit Selat Bosphorus. Benteng setinggi 25 meter ini digunakan sebagai “menara pengintai” yang mengintai lalu lintas kapal-kapal yang hendak menuju Laut Hitam.


Menara ini juga didirikan bertujuan memperlemah kekuatan Kekaisaran Byzantium sebab dengan adanya benteng ini, bantuan militer dari koloni Byzantium di wilayah Laut Hitam seperti Caffa, Sinop, dan Amasra, menjadi kesulitan mencapai Konstantinopel karena kapal itu tidak bisa melintasi Selat Bosphorus.

Semua kapal yang melintas di Selat Bosphorus diharuskan membayar pajak yang disetor kepaa Dinasti Utsmaniyah terlebih dahulu. Benteng Anadolu Hisari terletak berhadapan dengan Rumeli Hisari, benteng yang berada di sisi Eropa Selat Bosphorus didirikan oleh Sultan Al-Fatih pada tahun 1452 M. Kedua benteng ini hanya terpisah selat selebar 500 meter.

Hari Penaklukkan

Setelah mendirikan Rumeli Hisari, mulailah Sultan Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel. Setelah mengepung Konstantinopel selama beberapa bulan, akhirnya 200.000 pasukan yang dipimpin Sultan Muhammad II berhasil menaklukkan benteng Konstantinopel yang kokoh. Yang membuat takjub adalah strategi Sultan yang memindahkan 72 kapal perang dari Selat Bosporus ke Teluk Tanduk Emas (Golden Horn) yang merupakan titik terlemah pertahanan Byzantium, melalui daratan. Sultan Al-Fatih telah mengubah daratan menjadi lautan.

Penaklukkan terjadi pada 29 Mei 1453 M (857 Hijriyah). Penduduk Konstantinopel beragama Kristen diperlakukan dengan baik. Mereka tetap diperbolehkan menjalankan agama mereka. Sementara itu sang Sultan menuju gereja Aya Sofia dan meminta azan dikumandangkan sebagai tanda gereja itu telah diubah menjadi masjid. Ia pun mengganti nama Konstentinopel menjadi Islambul yang berarti kota Islam.


Sabda Rasulullah yang keluar dari lisan beliau sekitar 800 sebelumnya akhirnya terealisasi. Beliau bersabda, “Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik panglima adalah panglima yang menaklukkannya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.”


 

0 komentar:

Posting Komentar