21.44 -
Sejarah Islam
No comments
Kemajuan Peradaban di Baghdad bag.II (Perpustakaan, Rumah Sakit, Pos)
Baghdad memiliki perpustakaan terkenal yaitu Perpustakaan Baitul
Hikmah. Perpustakaan Baitul Hikmah didirikan oleh Khalifah Abu Ja’far
al-Manshur. Ia menempatkan di dalamnya buku-buku yang berkualitas berbahasa Arab
dan terjemahan dari bahasa yang berbeda-beda. Buku-buku disusun di atas rak-rak
dan dapat diambil dan dibaca oleh siapa saja yang membutuhkannya.
Kemudian di masa Khalifah Harun ar-Rasyid, ditambahkan pula
di dalamnya manuskrip-manuskrip kuno. Setelah masa Ar-Rasyid, khalifah
Al-Makmun menambah jumlah buku yang ada di perpustakaan Baitul Hikmah. Ia
mengirim utusan ke Konstantinopel untuk membeli buku sebanyak-banyaknya.
Terkadang, dia sendiri yang membeli buku dan mengirimnya ke Baitul Hikmah. Ini
menunjukkan perhatian para Khalifah Abbasiyah terhadap ilmu dan pengetahuan.
Selanjutnya, Baitul Hikmah berkembang pesat dan menjadi pusat
penerjemahan, penelitian, dan penulisan. Khalifah al-Makmun juga mendatangkan
para penerjemah, penyalin, dan para penulis. Ia juga mengutus misi ilmiah
sampai ke negeri Romawi yang berpengaruh besar dalam kebangkitan dan kejayaan
yang tiada duanya.
Rumah Sakit Baghdad
Dr. Hassan Arafa dalam Hospital in Islamic History mengatakan bahwa rumah sakit sudah tersebar di
saentero Arab pada akhir abad ke-13. Rumah sakit Islam pertama yang sebenarnya
dibangun pada era kekuasaan Khalifah Harun ar-Rasyid. Setelah rumah sakit
Baghdad didirikan maka mulai bermunculan rumah sakit lainnya di Baghdad. Konsep
pembangunan rumah sakit di Baghdad merupakan ide dari al-Razi, dokter Muslim terkemuka.
Rumah sakit di Baghdad dibangun dengan megah layaknya istana.
Rumah sakit-rumah sakit melayani semua orang tanpa memandang ras dan agama, menerapkan
pemisahan bangsal seperti pemisahan pasien pria dan wanita yang di tempatkan di
ruangan berbeda. Penderita penyakit menular ditempatkan di ruang yang berbeda dengan
pasien lainnya. Selain itu rumah sakit juga memberikan fasilitas kamar mandi
dan pasokan air yang cukup. Bagi umat Islam air tentu sangat dibutuhkan untuk bersuci
dan beribadah.
Dokter yang bekerja dan berpraktek di rumah sakit Baghdad
adalah dokter-dokter yang berkualitas. Khalifah Abbasiyah sangat memperhatikan
kualitas para dokter yang bertugas di rumah sakit. Dokter yang mendapat izin
praktek di rumah sakit hanyalah mereka yang lolos seleksi ketat. Seleksi seperti
ini juga diterapkan oleh rumah sakit-rumah sakit lain di negeri-negeri Islam selain
Baghdad.
Tidak hanya sebagai tempat untuk merawat dan mengobati orang
sakit, rumah sakit juga berfungsi sebagai tempat bagi mahasiswa kedokteran
untuk menimba ilmu, tempat pertukaran ilmu kedokteran dan pusat mengembangkan
dunia kesehatan dan kedokteran. Karena itu, rumah sakit dilengkapi dengan perpustakaan
mewah yang mengoleksi buku-buku terbaru. Rumah sakit Islam di zaman kekhalifahan
juga dilengkapi auditorium untuk pertemuan dan perkuliahan. Di kompleks rumah
sakit didirikan juga perumahan untuk mahasiswa dan staf rumah sakit.
Pasien dilayani secara baik dan adil tanpa melihat status
sosial, agama, dan warna kulit. Bahkan biaya pengobatan ditanggung pihak rumah
sakit. Sedikit membandingkan dengan rumah sakit Eropa yang berdiri jauh setelah
rumah sakit-rumah sakit Islam. Di rumah sakit Prancis misalnya, pasien ditempatkan
satu ruangan tanpa memandang jenis penyakit mereka. Satu ranjang dibuat untuk
tiga atau empat pasien. Pasien penyakit cacar ditempatkan di samping pasien
patah tulang atau perempuan yang melahirkan. Para dokter dan perawat tidak
mampu masuk ke dalam ruangan kecuali memakai penutup hidung untuk melindungi
diri dari bau yang sangat menusuk di dalam ruangan. Bahkan, pasien yang telah
meninggal sering kali tidak dipindahkan dari dalam ruangan kecuali setelah
lebih dari dua puluh empat jam.
Kantor Pos di Kekhilafahan Baghdad
Para khalifah Abbasiyah di Baghdad sangat memperhatikan pos. Pada
setiap kepentingan di wilayah-wilayah besar terdapat petugas pos yang bertanggung
jawab menyampaikan segala informasi yang berhubungan dengan urusan-urusan penting
kepada khalifah. Para khalifah menganggap para petugas pos sebagai pembantu mereka
dalam mengontrol dan mengawasi seluruh urusan pemerintahan. Sebab melalui jasa
merekalah para khalifah dapat mengontrol para pegawai yang bekerja pada gubernur
mereka dan seluruh pegawai pemerintahan.
Khalifah Harun ar-Rasyid membentuk jaringan pos yang teliti
dan mendetail untuk menambah kecepatan pengiriman informasi dan mengeluarkan
instruksi-instruksinya kepada para gubernurnya. Ia membagi jaringan atau jalur
pos ke dalam beberapa kantor pos cabang. Di setiap kantor terdapat beberapa petugas
pos dan kuda-kuda beserta segala sesuatu yang dibutuhkan petugas pos seperti perbekalan
makanan dan minuman.
0 komentar:
Posting Komentar