Selasa, 03 November 2015

Kemajuan Peradaban di Baghdad bag.II (Perpustakaan, Rumah Sakit, Pos)

Perpustakaan Baghdad

Baghdad memiliki perpustakaan terkenal yaitu Perpustakaan Baitul Hikmah. Perpustakaan Baitul Hikmah didirikan oleh Khalifah Abu Ja’far al-Manshur. Ia menempatkan di dalamnya buku-buku yang berkualitas berbahasa Arab dan terjemahan dari bahasa yang berbeda-beda. Buku-buku disusun di atas rak-rak dan dapat diambil dan dibaca oleh siapa saja yang membutuhkannya.

Kemudian di masa Khalifah Harun ar-Rasyid, ditambahkan pula di dalamnya manuskrip-manuskrip kuno. Setelah masa Ar-Rasyid, khalifah Al-Makmun menambah jumlah buku yang ada di perpustakaan Baitul Hikmah. Ia mengirim utusan ke Konstantinopel untuk membeli buku sebanyak-banyaknya. Terkadang, dia sendiri yang membeli buku dan mengirimnya ke Baitul Hikmah. Ini menunjukkan perhatian para Khalifah Abbasiyah terhadap ilmu dan pengetahuan.

Selanjutnya, Baitul Hikmah berkembang pesat dan menjadi pusat penerjemahan, penelitian, dan penulisan. Khalifah al-Makmun juga mendatangkan para penerjemah, penyalin, dan para penulis. Ia juga mengutus misi ilmiah sampai ke negeri Romawi yang berpengaruh besar dalam kebangkitan dan kejayaan yang tiada duanya.

Rumah Sakit Baghdad

Dr. Hassan Arafa dalam Hospital in Islamic History  mengatakan bahwa rumah sakit sudah tersebar di saentero Arab pada akhir abad ke-13. Rumah sakit Islam pertama yang sebenarnya dibangun pada era kekuasaan Khalifah Harun ar-Rasyid. Setelah rumah sakit Baghdad didirikan maka mulai bermunculan rumah sakit lainnya di Baghdad. Konsep pembangunan rumah sakit di Baghdad merupakan ide dari al-Razi, dokter Muslim terkemuka.

Rumah sakit di Baghdad dibangun dengan megah layaknya istana. Rumah sakit-rumah sakit melayani semua orang tanpa memandang ras dan agama, menerapkan pemisahan bangsal seperti pemisahan pasien pria dan wanita yang di tempatkan di ruangan berbeda. Penderita penyakit menular ditempatkan di ruang yang berbeda dengan pasien lainnya. Selain itu rumah sakit juga memberikan fasilitas kamar mandi dan pasokan air yang cukup. Bagi umat Islam air tentu sangat dibutuhkan untuk bersuci dan beribadah.

Dokter yang bekerja dan berpraktek di rumah sakit Baghdad adalah dokter-dokter yang berkualitas. Khalifah Abbasiyah sangat memperhatikan kualitas para dokter yang bertugas di rumah sakit. Dokter yang mendapat izin praktek di rumah sakit hanyalah mereka yang lolos seleksi ketat. Seleksi seperti ini juga diterapkan oleh rumah sakit-rumah sakit lain di negeri-negeri Islam selain Baghdad.

Tidak hanya sebagai tempat untuk merawat dan mengobati orang sakit, rumah sakit juga berfungsi sebagai tempat bagi mahasiswa kedokteran untuk menimba ilmu, tempat pertukaran ilmu kedokteran dan pusat mengembangkan dunia kesehatan dan kedokteran. Karena itu, rumah sakit dilengkapi dengan perpustakaan mewah yang mengoleksi buku-buku terbaru. Rumah sakit Islam di zaman kekhalifahan juga dilengkapi auditorium untuk pertemuan dan perkuliahan. Di kompleks rumah sakit didirikan juga perumahan untuk mahasiswa dan staf rumah sakit.

Pasien dilayani secara baik dan adil tanpa melihat status sosial, agama, dan warna kulit. Bahkan biaya pengobatan ditanggung pihak rumah sakit. Sedikit membandingkan dengan rumah sakit Eropa yang berdiri jauh setelah rumah sakit-rumah sakit Islam. Di rumah sakit Prancis misalnya, pasien ditempatkan satu ruangan tanpa memandang jenis penyakit mereka. Satu ranjang dibuat untuk tiga atau empat pasien. Pasien penyakit cacar ditempatkan di samping pasien patah tulang atau perempuan yang melahirkan. Para dokter dan perawat tidak mampu masuk ke dalam ruangan kecuali memakai penutup hidung untuk melindungi diri dari bau yang sangat menusuk di dalam ruangan. Bahkan, pasien yang telah meninggal sering kali tidak dipindahkan dari dalam ruangan kecuali setelah lebih dari dua puluh empat jam.

Kantor Pos di Kekhilafahan Baghdad

Para khalifah Abbasiyah di Baghdad sangat memperhatikan pos. Pada setiap kepentingan di wilayah-wilayah besar terdapat petugas pos yang bertanggung jawab menyampaikan segala informasi yang berhubungan dengan urusan-urusan penting kepada khalifah. Para khalifah menganggap para petugas pos sebagai pembantu mereka dalam mengontrol dan mengawasi seluruh urusan pemerintahan. Sebab melalui jasa merekalah para khalifah dapat mengontrol para pegawai yang bekerja pada gubernur mereka dan seluruh pegawai pemerintahan.

Khalifah Harun ar-Rasyid membentuk jaringan pos yang teliti dan mendetail untuk menambah kecepatan pengiriman informasi dan mengeluarkan instruksi-instruksinya kepada para gubernurnya. Ia membagi jaringan atau jalur pos ke dalam beberapa kantor pos cabang. Di setiap kantor terdapat beberapa petugas pos dan kuda-kuda beserta segala sesuatu yang dibutuhkan petugas pos seperti perbekalan makanan dan minuman.



0 komentar:

Posting Komentar