03.01 -
No comments
Belajar Romantis dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam (Bagian II)
Sikap cinta, sayang
dan care terhadap pasangan memang sudah cukup dalam
membangun satu keharmonisan rumah tangga. Tapi, alangkah bagusnya jika ditambah
dengan sifat romantis. Terkadang romantis memang harus untuk dipelajari. Biar
cinta itu lebih awet dan penuh warna. Yah, kira-kira begitu kata orang.
Pada tulisan
sebelumnya saya sudah paparkan sebagian dari contoh sifat romantis qudwah kita, Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam. Nah, pada tulisan
ini saya akan melanjutkan sifat Rasulullah itu agar kita bisa mengambil ilmu
dari beliau, manusia terbaik sepanjang zaman.
Membantu istri Naik Kendaraan
Suatu hari istri
Rasulullah, Shafiyyah ingin menaiki seekor unta (zaman ini bisa diibaratkan
sebagai mobil, ataupun motor). Dengan bersahaja dan memuliakan sang istri,
Rasulullah kemudian duduk di sisi unta beliau. Kemudian menekuk lututnya. Lalu,
Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut nabi hingga dapat naik ke atas unta.
Romantis dan gentle bukan!?
Pada zaman ini, dengan
menggunakan mobil, motor, taksi, dll. Mungkin anda bisa mencontohi sikap beliau
dengan membantu istri membukakan pintu mobil, membantu naik bis, taksi, atau
membawakan barang istri, tas, dll. Tidak hanya saat naik, tapi juga saat akan
turun. Ah, kalau begini, istri mana yang tidak merasa dimuliakan dan diperhatikan!?
Membersihkan Noda Merah Istri
Pada saat haid,
kondisi psikologis dan fisik perempuan tidak stabil. Hal itu membuatnya lebih
sensitif, lebih emosional, mudah tersinggung, malas, mudah capek dan
sebagainya. di waktu-waktu inilah kemesraan dan perhatian ekstra dari suami
dibutuhkan untuk menstabilkannya. Begitulah perlakuan Rasulullah terhadap
istrinya, Aisyah. Suatu malam beliau tidur bersama istri tercintanya itu dan
saat itu Aisyah sedang haid hingga darahnya menetes di atas tikar. Melihat itu
Rasulullah membersihkan (mencuci) bagian tikar yang terkena tetesan darah itu.
tak lama beliau shalat di tempat itu pula. setelah shalat belau kembali
berbaring di sisi Aisyah. Dan jika darah kembali menetes, Rasulullah kembali
melakukan hal yang sama. Masyaallah satu pelajaran tentang kesabaran seorang
suami yang merawat istrinya di saat haid. Padahal di saat itu terkadang para
suami merasa jijik dengan darah tersebut. tapi tidak demikian dengan Rasulullahshallallahu alaihi wa
sallam.
Layani dengan Penuh Cinta
Sebagian orang
berpikir, suamilah yang harus terus dilayani. Tapi, tidak dengan Rasulullah.
Beliau tidak pernah malu untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Ini bukan
suatu kehinaan, melainkan sebuah kebanggaan. Jika selama ini mungkin istri yang
menyiapkan secangkir kopi atau teh hangat di pagi hari, sesekali seorang suami
mencoba membuat minuman kesukaan sang istri. Kalau sudah begini, tanpa gula pun
pasti terasa manis. He..he.. apalagi ditambah dengan ‘hidangan’ mesra,”Dinda sayang, ini
minuman kesukaanmu kanda buatkan!” Nah, apa yang terjadi? Tersenyum manis pasti, pipi merona merah,
dan mungkin sedikit malu-malu kucing.. he..he. dan tanpa sadar dekapan hangat
diberikan dengan ikhlas.
Atau mungkin memasak
buat istri. Walaupun masakannya gosong, di lidah istri tetap enak. Pasti itu!
atau kalau enggan memasak, biarlah istri yang lakukan. Tapi bantulah dia dengan
mengiris-iris bawang sambil sesekali memandang wajah sang istri. Tapi jangan
lama-lama, nanti jari anda bisa ikut teriris. He..he.
Pipimu di Pipiku
Suatu hari Rasulullah
sedang melihat anak-anak bermain di luar rumah beliau. Lalu ia memanggil
Aisyah, “Wahai Aisyah kemarilah dan lihatlah!” Lalu Aisyah datang dan berdiri di belakang
Rasulullah, meletakkan dagunya di atas bahu Rasulullah. Dan pipinya bertemu
pipi Rasulullah. Yah, pipi keduanya saling bersentuhan mesra. Romantis!
Lomba Lari dengan Istri
Lari santai di pagi
hari, mungkin sudah biasa. Tapi cobalah sesekali ajak sang istri untuk berlomba
lari sebagai mana dilakukan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Selain tubuh sehat, bugar, keromantisanpun
akan hadir. Indahnya.
Sesekali Makanlah di
Luar Rumah
Makan di rumah adalah
hal yang semestinya. Bagi suami, masakan istri tak ada tandingannya, walaupun
sederhana. Ia jauh lebih lezat dari masakan di luar. Mengapa bisa? Karena
mungkin lidah suami terbiasa dengan masakan istri. Tapi terkadang muncul rasa
bosan. Yah, mungkin bosan dengan suasananya. Atau bosan dengan masakan yang itu
itu saja. Tiap hari cuma ikan asin misalnya. Atau hanya nasi dan garam
misalnya. Atau sayur tanpa nasi. Atau sayur dengan nasi plus ikan tapi masih
mentah. He..he.. becanda! Karena itu, cobalah sesekali makan di luar rumah
untuk menciptakan suasana yang romantis. Dengan itu istripun bisa ‘libur’ masak
untuk sementara waktu. Tidak harus di restoran mewah. Yang sederhana pun cukup.
Atau bisa dengan menghadiri undangan teman atau tetangga. Pesta pernikahan
misalnya, pesta aqiqah, tasyakuran, dll.
Begitulah yang
dicontohkan Rasulullah, pernah menghadiri undangan makan dari tetangganya yang
berkebangsaan Persia (Iran) bersama Bunda Aisyah. Jadi jangan salah, sebenarnya
Rasulullah juga mencoba masakan luar negeri. Anda bisa contohi itu!
Tertawalah dalam Gurauan Mesra
Dalam suatu hadits
disebutkan, “Rasulullah adalah orang yang paling banyak bergurau
bersama istri-istri beliau.” Dengan bergurau yang sewajarnya tentu akan mencairkan suasana.
Jadi jangan bermuka kaku terus. Senyumlah dan sesekali bercanda bersama istri.
Panggillah Dia dengan “Sayang”
Identitas yang
dipanggil itu terkadang mencerminkan “siapa”. Baik itu positif ataupun negatif.
Misalnya, jika seseorang dipanggil, “Hai, penjahat!” maka panggilan itu menjerminkan bahwa orang
yang dipanggil itu adalah orang yang jahat. Dan itu negatif. Nah, sekarang jika
anda memenggil seseorang, “Hai manis!” maka yang tercermin dari dia adalah kemanisannya (fisik maupun
nonfisik). Ini positif dan baik.
Rasulullah biasa
memanggil Aisyah dengan panggilan mesra “Humaira”. Humaira artinya yang putih kemerah-merahan
atau mawar merah merekah. Karena kulit Aisyah yang memang putih
kemerah-merahan. Bagaimana dengan anda? Panggillah pasangan anda dengan
panggilan semesra dan seromantis mungkin. Dan lihat reaksinya!
Sebenarnya masih
banyak kisah-kisah yang menggambarkan keromantisa Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam. Tapi tulisan jika
terlalu panjang dan hanya membahas satu masalah terkadang agak membosankan.
Jadi saya cukupkan tulisan ini. semoga kita bisa mengambil manfaat dariuswah hasanah kita. Beliau tidak hanya pemimpin umat,
pebisnis, panglima perang, negosiator, tapi beliau juga seorang suami yang
romantis pada istri-istrinya, beliau juga seorang ayah, kakek, mertua, dan guru
bagi segenap umat manusia. Walhamdulillah