02.53 -
No comments
Belajar Romantis dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam (Bagian I)
Dunia telah banyak
melahirkan pakar-pakar dalam dunia percintaan. Masing-masing memiliki pengagum
sejati. Tidak sedikit yang mengambil sisi romantisme dari karya-karya mereka.
Sebut saja Khalil Gibran dengan kata-kata cintanya yang begitu mendalam hingga
menggetarkan qalbu. Atau William shakspeare dengan Romeo-Juliet nya. Atau dari
tanah Hijaz: Layla-Majnun oleh Nizami. Dan masih banyak yang lainnya.
Masing-masing orang punya pandangan yang berbeda tentang mereka.
Suatu waktu seorang
ulama besar di masanya, Imam Malik bin Anas-rahimahullah- sedang berada di Masjid
Nabawi dekat makam Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. “setiap
orang boleh diterima atau ditolak kata-katanya.” Kata imam Malik. “….Kecuali
pemilik kuburan ini.” sambil menunjuk ke arah makam Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam.
Saya yakin kita semua
setuju dengan ‘sabda’ Imam Malik di atas, perkataan Nabi kita haruslah diterima
tanpa terkecuali. Bagaimana tidak, Allah sendiri yang telah memberikan
rekomendasi akan kema’shuman dan kemuliaan beliau shallallu Alaihi wa sallam. “dan tiadalah
yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. 52: 2-3). Beliau pula sebaik-baik manusia
untuk dijadikan teladan,“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu…” (QS.34:
21). Nah, sekarang persepsi kita telah sama tentang qudwah kita tersebut. Mari
kita bersama melihat sisi romantisme beliau untuk dijadikan tuntunan dalam
hidup ini, terkhusus masalah…….ehhemm…..cinta.
Singkat tapi membekas
Terkadang seorang
laki-laki melakukan tindakan yang menurutnya itu adalah hal sepele. Tapi,
ternyata tidak demikian di mata sang kekasih(istrinya). Menurutnya itu adalah
perhatian yang menumbuhkan gelora cinta dalam dada. begitulah Rasulullah, suatu
malam ketika sedang beri’tikaf Shafiyyah-istrinya- datang menjenguk beliau dan
berbincang sejenak. Ketika istri cantiknya itu hendak kembali ke rumah,
Ralulullah bangkit dan berkata, “Jangan terburu-buru hingga aku mengantarmu.”
Kata yang singkat tapi mengandung makna mendalam dan membekas di hati.
Berilah Hadiah
Siapapun pasti akan
merasa gembira jika diberi hadiah. Terlebih oleh yang terkasih. Bukan isinya
yang utama, tetapi maknanya. Dari situ lahirlah aura keromantisannya. Begitulah
yang diajarkan Nabi kita, “Salinglah memberi hadiah, niscaya kalian akan saling
mencintai.”
Sandaran mesra
Seorang anak kecil
ketika sedang menangis akan merasa nyaman jika berada di pangkuan ayahnya,
terlebih ibunya. Kepenatan hilang. Lantas bagaimana jika sepasang insan
melakukannya? Pasti nikmat rasanya. Begitulah yang dicontohkan Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bermanja di pangkuan istrinya- Aisyah-sambil mengulang hapalan
Al-Qur’an. Duhai, romantisnya. Bahkan saat-saat terakhir nafas beliau berhembus
ia berada di pangkuan istri tercintanya itu.
Kecupan cinta
Jika susah mencari
pahala, ciumlah istri dengan ikhlas maka pahala itu akan mengalir. Masyaallah,
ciuman berpahala. He…he… (tapi ini buat yang sudah halal). Tak perlu menunggu
momen tertentu. Tapi lakukan setiap hari, atau kapanpun diinginkan. Ibunda
Aisyah pernah bercerita, “Rasulullah menciumku, kemudian beliau pergi (ke
masjid) untuk shalat tanpa memperbarui wudhunya.” Duhai,,,so sweeeet!!! Mencium
istri ketika akan pergi (farewell kiss) adalah salah satu ciuman yang
disunnahkan.
Berjalan-jalan di Malam Hari
Keliling kota dengan
pasangan sambil berkendara mungkin hal yang biasa. Mungkin sesekali cobalah
tinggalkan kendaraan anda. Cobalah berjalan kaki, bukan di siang hari,
melainkan di malam hari. malam yang tenang, indahnya bintang dan bulan
memberikan cahaya menambah keromantisan terhadap pasangan kita. Begitulah
Rasulullah berjalan bersama Aisyah di malam hari dan berbincang-bincang
dengannya. Romantis khan!!???
Memegang Hidung Istri
Rasulullah adalah
manusia sama seperti kita. Dalam sebuah rumah tangga terkadang ada sedikit
amarah yang timbul, bahkan cekcok. Kehidupan rumah tangga Rasulullah dengan
istri-istrinyapun demikian. Tapi, Rasulullah punya cara tersendiri untuk
meredam amarah istrinya, yaitu dengan memegang hidung istrinya. Marah ibarat
api, jika marah dilawan dengan marah maka akan membakar cinta. Rasulullah
melawan amarah itu dengan sedikit candaan. Memegang hidung istri. Canda
sederhana untuk mendinginkan suasana. Jika pasangan anda marah, lalu anda
pegang hidungnya dengan bercanda ada dua kemungkinan: makin marah atau jadi
tersenyum. Kemungkinan terjadi adalah yang kedua. Coba saja!
Sepiring Berdua
Ini bukan karena
piring di rumah cuma ada satu. Itu kere’ luar biasa namanya. Sepiring berdua di
sini adalah ciri keromantisan. Jika di zaman sekarang kita biasa menonton di
film-film sepasang kekasih makan sepiring berdua membuat kita kagum. Sebenarnya
itu sudah dicontohkan oleh Nabi kita berabad-abad silam. Hidangan yang tersaji
mungkin tidak terlalu mewah, tapi sepiring berduanya yang menambah
kelezatannya. Ah, nikmatnya.
Tidak hanya makan,
minum juga demikian. Aisyah bercerita, “ Aku pernah minum. Saat itu aku sedang
haid. Kemudian aku memberikan minuman tersebut kepada Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam (dari gelas yang sama), lalu beliau minum menempelkan mulutnya persis
di tempat bekas aku minum.”
Haduh, makin gak kuat melanjutkan tulisan ini. Lemas rasanya
belum punya pasangan untuk menulis hal seromantis ini.
Demikianlah sepenggal
kisah romantis rasulullah, bukan hanya ucapan tapi juga tindakan yang
diberikannya pada istri-istrinya. Sebenarnya masih banyak kisah-kisah yang lain
mendeskripsikan keromantisan beliau shallallahu alaihi wa sallam, mungkin akan
dilanjutkan di lain waktu.
Wassallamu alaikum
Mahardy Purnama
0 komentar:
Posting Komentar