Selasa, 15 Maret 2016

02.53 - No comments

Belajar Romantis dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam (Bagian I)


Dunia telah banyak melahirkan pakar-pakar dalam dunia percintaan. Masing-masing memiliki pengagum sejati. Tidak sedikit yang mengambil sisi romantisme dari karya-karya mereka. Sebut saja Khalil Gibran dengan kata-kata cintanya yang begitu mendalam hingga menggetarkan qalbu. Atau William shakspeare dengan Romeo-Juliet nya. Atau dari tanah Hijaz: Layla-Majnun oleh Nizami. Dan masih banyak yang lainnya. Masing-masing orang punya pandangan yang berbeda tentang mereka.

Suatu waktu seorang ulama besar di masanya, Imam Malik bin Anas-rahimahullah- sedang berada di Masjid Nabawi dekat makam Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. “setiap orang boleh diterima atau ditolak kata-katanya.” Kata imam Malik. “….Kecuali pemilik kuburan ini.” sambil menunjuk ke arah makam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Saya yakin kita semua setuju dengan ‘sabda’ Imam Malik di atas, perkataan Nabi kita haruslah diterima tanpa terkecuali. Bagaimana tidak, Allah sendiri yang telah memberikan rekomendasi akan kema’shuman dan kemuliaan beliau shallallu Alaihi wa sallam. “dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. 52: 2-3). Beliau pula sebaik-baik manusia untuk dijadikan teladan,“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” (QS.34: 21). Nah, sekarang persepsi kita telah sama tentang qudwah kita tersebut. Mari kita bersama melihat sisi romantisme beliau untuk dijadikan tuntunan dalam hidup ini, terkhusus masalah…….ehhemm…..cinta.

Singkat tapi membekas
Terkadang seorang laki-laki melakukan tindakan yang menurutnya itu adalah hal sepele. Tapi, ternyata tidak demikian di mata sang kekasih(istrinya). Menurutnya itu adalah perhatian yang menumbuhkan gelora cinta dalam dada. begitulah Rasulullah, suatu malam ketika sedang beri’tikaf Shafiyyah-istrinya- datang menjenguk beliau dan berbincang sejenak. Ketika istri cantiknya itu hendak kembali ke rumah, Ralulullah bangkit dan berkata, “Jangan terburu-buru hingga aku mengantarmu.” Kata yang singkat tapi mengandung makna mendalam dan membekas di hati.

Berilah Hadiah
Siapapun pasti akan merasa gembira jika diberi hadiah. Terlebih oleh yang terkasih. Bukan isinya yang utama, tetapi maknanya. Dari situ lahirlah aura keromantisannya. Begitulah yang diajarkan Nabi kita, “Salinglah memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.”

Sandaran mesra
Seorang anak kecil ketika sedang menangis akan merasa nyaman jika berada di pangkuan ayahnya, terlebih ibunya. Kepenatan hilang. Lantas bagaimana jika sepasang insan melakukannya? Pasti nikmat rasanya. Begitulah yang dicontohkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bermanja di pangkuan istrinya- Aisyah-sambil mengulang hapalan Al-Qur’an. Duhai, romantisnya. Bahkan saat-saat terakhir nafas beliau berhembus ia berada di pangkuan istri tercintanya itu.

Kecupan cinta
Jika susah mencari pahala, ciumlah istri dengan ikhlas maka pahala itu akan mengalir. Masyaallah, ciuman berpahala. He…he… (tapi ini buat yang sudah halal). Tak perlu menunggu momen tertentu. Tapi lakukan setiap hari, atau kapanpun diinginkan. Ibunda Aisyah pernah bercerita, “Rasulullah menciumku, kemudian beliau pergi (ke masjid) untuk shalat tanpa memperbarui wudhunya.” Duhai,,,so sweeeet!!! Mencium istri ketika akan pergi (farewell kiss) adalah salah satu ciuman yang disunnahkan.

Berjalan-jalan di Malam Hari
Keliling kota dengan pasangan sambil berkendara mungkin hal yang biasa. Mungkin sesekali cobalah tinggalkan kendaraan anda. Cobalah berjalan kaki, bukan di siang hari, melainkan di malam hari. malam yang tenang, indahnya bintang dan bulan memberikan cahaya menambah keromantisan terhadap pasangan kita. Begitulah Rasulullah berjalan bersama Aisyah di malam hari dan berbincang-bincang dengannya. Romantis khan!!???

Memegang Hidung Istri
Rasulullah adalah manusia sama seperti kita. Dalam sebuah rumah tangga terkadang ada sedikit amarah yang timbul, bahkan cekcok. Kehidupan rumah tangga Rasulullah dengan istri-istrinyapun demikian. Tapi, Rasulullah punya cara tersendiri untuk meredam amarah istrinya, yaitu dengan memegang hidung istrinya. Marah ibarat api, jika marah dilawan dengan marah maka akan membakar cinta. Rasulullah melawan amarah itu dengan sedikit candaan. Memegang hidung istri. Canda sederhana untuk mendinginkan suasana. Jika pasangan anda marah, lalu anda pegang hidungnya dengan bercanda ada dua kemungkinan: makin marah atau jadi tersenyum. Kemungkinan terjadi adalah yang kedua. Coba saja!

Sepiring Berdua
Ini bukan karena piring di rumah cuma ada satu. Itu kere’ luar biasa namanya. Sepiring berdua di sini adalah ciri keromantisan. Jika di zaman sekarang kita biasa menonton di film-film sepasang kekasih makan sepiring berdua membuat kita kagum. Sebenarnya itu sudah dicontohkan oleh Nabi kita berabad-abad silam. Hidangan yang tersaji mungkin tidak terlalu mewah, tapi sepiring berduanya yang menambah kelezatannya. Ah, nikmatnya.
Tidak hanya makan, minum juga demikian. Aisyah bercerita, “ Aku pernah minum. Saat itu aku sedang haid. Kemudian aku memberikan minuman tersebut kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam (dari gelas yang sama), lalu beliau minum menempelkan mulutnya persis di tempat bekas aku minum.”

Haduh, makin gak kuat melanjutkan tulisan ini. Lemas rasanya belum punya pasangan untuk menulis hal seromantis ini.

Demikianlah sepenggal kisah romantis rasulullah, bukan hanya ucapan tapi juga tindakan yang diberikannya pada istri-istrinya. Sebenarnya masih banyak kisah-kisah yang lain mendeskripsikan keromantisan beliau shallallahu alaihi wa sallam, mungkin akan dilanjutkan di lain waktu.


Wassallamu alaikum

Mahardy Purnama

0 komentar:

Posting Komentar