02.59 -
Aku Bercerita
No comments
Al-Qur'an dan Kisah
Adem rasanya setelah shalat maghrib
berjamaah di masjid. Apalagi shalatnya diiringi lantunan syahdu ayat-ayat
al-Qur’an dari sang Imam. Beda tipis dengan suara merdu Syaikh Sa’ad
al-Ghomidy.
Pada rakaat pertama, beliau
membaca penggalan surah al-Hijr yang mengisahkan tentang penciptaan manusia dan
jin. Lalu dialog antara Allah dan malaikat serta konflik antara Iblis dengan
Rabbnya ketika Dia memerintahkan Iblis agar sujud kepada Adam. Iblis menolak
perintah Rabbnya. Alasannya hanya satu, sebagaimana yang disebutkan dalam surah
yang dibaca oleh imam tadi, “Lam akun li-asjuda libasyarin khalaqtahu min
shalshalin min hama’in masnun” (Aku tidak akan sujud kepada
manusia yang Engkau ciptakan dari tanah liat kering dari lumpur hitam). Simpel. Padahal
jika dia mau menuruti tentu dia akan
tetap tinggal dalam kenikmatan abadi di surga.
Sejenak saya
membuka mushaf yang biasa kubawa dalam tasku. Saya membuka batas bacaan,
baru sampai juz 19. Bacaanku telah masuk pada surah an-Naml (semut). Sejenak saya
berhenti di beberapa ayat. Kemudian memikirkan makhluk kecil itu. Hebat,
namanya diabadikan menjadi salah satu surah dalam al-Qur’an. Dan yang menarik,
di awal-awal surah, diceritakan kisah seorang raja yang juga nabi Allah: Nabi
Sulaiman. Ketika dia berjalan dengan prajurit-prajuritnya di sebuah lembah,
seekor semut melihat kedatangan mereka kemudian menyeru kepada teman-temannya, “Hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari“ . Ketika
mendengar perkataan semut tersebut, Raja Sulaiman –alaihissalam- tertawa
dan bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan padanya. Tentu saja ini
adalah mukjizat Nabi Sulaiman.
Mengingatkanku
pada satu waktu, dalam sebuah dialog di dunia maya, seorang Kristen pernah
mengatakan bahwa al-Qur’an itu bukanlah kitab suci, penuh kebohongan serta
tidak ilmiah. Masa’ Sulaiman bisa mengerti pembicaraan semut dan
berdialog dengan burung (hudhud). Tidak masuk akal. Saya tersenyum membaca
kata-katanya. Yang namanya mukjizat ya pasti sesuatu yang diluar
kebiasaan (kharijun min al-‘Aadah). Di luar logika. Padahal kalau mau
menilai, mukjizat Jesus (Nabi Isa) lebih tidak masuk akal lagi: menghidupkan
orang mati. Mestinya kitabnya sendiri dulu yang dia kritik. Dia tidak mengerti
apa itu mukjizat.
Itulah al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar
Nabi kita, Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam-. Banyak berisi
kisah-kisah orang-orang masa lampau yang memiliki nilai-nilai hikmah dan
pembelajaran bagi yang membacanya. Karena itu, banyak orang-orang masuk Islam
setelah membacanya. Al-Qur’an bukanlah buku sejarah atau karya historiografi,
akan tetapi sangat erat kaitannya dengan sejarah. Ia adalah petunjuk berisi
ajaran atau nilai luhur dan mulia. Meskipun begitu, sebagian besar isi
al-Qur’an bercerita tentang masa lalu. Banyak ayat-ayat bermuatan sejarah di
dalamnya. Kisah para Nabi, orang-orang shalih, hingga orang-orang zhalim
dikisahkan di dalamnya. Dan beberapa sejarawan menjadikannya rujukan dalam
menulis sejarah beberapa umat terdahulu, misalnya saja al-Mas’udy dalam karya
monumentalnya “Muruj al-Dzahab” menulis sejarah kaum Tsamud berdasarkan
berita dalam al-Qur’an. Demikian pula sejarawan muslim abad pertengahan; Ibnu
Khaldun dalam Tarikh-nya ‘al-Ibar.
Kisah-kisah itu
bisa menenangkan hati. Apalagi bagi mereka yang galau. Bacalah al-Qur’an. Jika
satu halaman belum berkurang galaunya, tambah lagi dua halaman, tiga halaman
dan seterusnya.
“Allahu Akbar
Allahu Akbar” oh, suara si Bilal menggema. Waktu Isya telah
masuk. Ke masjid dulu.
Pernah ada yang tanya,
“kenapa sich shalat ke masjid trus?”
“Lha, kalau bukan
di masjid, apa di gereja?”
Anak gagah musti
ke masjidlah.
0 komentar:
Posting Komentar