Selasa, 15 Maret 2016

03.01 - No comments

Belajar Romantis dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam (Bagian II)


Sikap cinta, sayang dan care terhadap pasangan memang sudah cukup dalam membangun satu keharmonisan rumah tangga. Tapi, alangkah bagusnya jika ditambah dengan sifat romantis. Terkadang romantis memang harus untuk dipelajari. Biar cinta itu lebih awet dan penuh warna. Yah, kira-kira begitu kata orang.

Pada tulisan sebelumnya saya sudah paparkan sebagian dari contoh sifat romantis qudwah kita, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Nah, pada tulisan ini saya akan melanjutkan sifat Rasulullah itu agar kita bisa mengambil ilmu dari beliau, manusia terbaik sepanjang zaman.

Membantu istri Naik Kendaraan
Suatu hari istri Rasulullah, Shafiyyah ingin menaiki seekor unta (zaman ini bisa diibaratkan sebagai mobil, ataupun motor). Dengan bersahaja dan memuliakan sang istri, Rasulullah kemudian duduk di sisi unta beliau. Kemudian menekuk lututnya. Lalu, Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut nabi hingga dapat naik ke atas unta. Romantis dan gentle bukan!?
Pada zaman ini, dengan menggunakan mobil, motor, taksi, dll. Mungkin anda bisa mencontohi sikap beliau dengan membantu istri membukakan pintu mobil, membantu naik bis, taksi, atau membawakan barang istri, tas, dll. Tidak hanya saat naik, tapi juga saat akan turun. Ah, kalau begini, istri mana yang tidak merasa dimuliakan dan diperhatikan!?

Membersihkan Noda Merah Istri
Pada saat haid, kondisi psikologis dan fisik perempuan tidak stabil. Hal itu membuatnya lebih sensitif, lebih emosional, mudah tersinggung, malas, mudah capek dan sebagainya. di waktu-waktu inilah kemesraan dan perhatian ekstra dari suami dibutuhkan untuk menstabilkannya. Begitulah perlakuan Rasulullah terhadap istrinya, Aisyah. Suatu malam beliau tidur bersama istri tercintanya itu dan saat itu Aisyah sedang haid hingga darahnya menetes di atas tikar. Melihat itu Rasulullah membersihkan (mencuci) bagian tikar yang terkena tetesan darah itu. tak lama beliau shalat di tempat itu pula. setelah shalat belau kembali berbaring di sisi Aisyah. Dan jika darah kembali menetes, Rasulullah kembali melakukan hal yang sama. Masyaallah satu pelajaran tentang kesabaran seorang suami yang merawat istrinya di saat haid. Padahal di saat itu terkadang para suami merasa jijik dengan darah tersebut. tapi tidak demikian dengan Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam.

Layani dengan Penuh Cinta
Sebagian orang berpikir, suamilah yang harus terus dilayani. Tapi, tidak dengan Rasulullah. Beliau tidak pernah malu untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Ini bukan suatu kehinaan, melainkan sebuah kebanggaan. Jika selama ini mungkin istri yang menyiapkan secangkir kopi atau teh hangat di pagi hari, sesekali seorang suami mencoba membuat minuman kesukaan sang istri. Kalau sudah begini, tanpa gula pun pasti terasa manis. He..he.. apalagi ditambah dengan ‘hidangan’ mesra,”Dinda sayang, ini minuman kesukaanmu kanda buatkan!” Nah, apa yang terjadi? Tersenyum manis pasti, pipi merona merah, dan mungkin sedikit malu-malu kucing.. he..he. dan tanpa sadar dekapan hangat diberikan dengan ikhlas.

Atau mungkin memasak buat istri. Walaupun masakannya gosong, di lidah istri tetap enak. Pasti itu! atau kalau enggan memasak, biarlah istri yang lakukan. Tapi bantulah dia dengan mengiris-iris bawang sambil sesekali memandang wajah sang istri. Tapi jangan lama-lama, nanti jari anda bisa ikut teriris. He..he.

Pipimu di Pipiku
Suatu hari Rasulullah sedang melihat anak-anak bermain di luar rumah beliau. Lalu ia memanggil Aisyah, “Wahai Aisyah kemarilah dan lihatlah!” Lalu Aisyah datang dan berdiri di belakang Rasulullah, meletakkan dagunya di atas bahu Rasulullah. Dan pipinya bertemu pipi Rasulullah. Yah, pipi keduanya saling bersentuhan mesra. Romantis!

Lomba Lari dengan Istri
Lari santai di pagi hari, mungkin sudah biasa. Tapi cobalah sesekali ajak sang istri untuk berlomba lari sebagai mana dilakukan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Selain tubuh sehat, bugar, keromantisanpun akan hadir. Indahnya.

 Sesekali Makanlah di Luar Rumah
Makan di rumah adalah hal yang semestinya. Bagi suami, masakan istri tak ada tandingannya, walaupun sederhana. Ia jauh lebih lezat dari masakan di luar. Mengapa bisa? Karena mungkin lidah suami terbiasa dengan masakan istri. Tapi terkadang muncul rasa bosan. Yah, mungkin bosan dengan suasananya. Atau bosan dengan masakan yang itu itu saja. Tiap hari cuma ikan asin misalnya. Atau hanya nasi dan garam misalnya. Atau sayur tanpa nasi. Atau sayur dengan nasi plus ikan tapi masih mentah. He..he.. becanda! Karena itu, cobalah sesekali makan di luar rumah untuk menciptakan suasana yang romantis. Dengan itu istripun bisa ‘libur’ masak untuk sementara waktu. Tidak harus di restoran mewah. Yang sederhana pun cukup. Atau bisa dengan menghadiri undangan teman atau tetangga. Pesta pernikahan misalnya, pesta aqiqah, tasyakuran, dll.

Begitulah yang dicontohkan Rasulullah, pernah menghadiri undangan makan dari tetangganya yang berkebangsaan Persia (Iran) bersama Bunda Aisyah. Jadi jangan salah, sebenarnya Rasulullah juga mencoba masakan luar negeri. Anda bisa contohi itu!

Tertawalah dalam Gurauan Mesra
Dalam suatu hadits disebutkan, “Rasulullah adalah orang yang paling banyak bergurau bersama istri-istri beliau.” Dengan bergurau yang sewajarnya tentu akan mencairkan suasana. Jadi jangan bermuka kaku terus. Senyumlah dan sesekali bercanda bersama istri.

Panggillah Dia dengan “Sayang”
Identitas yang dipanggil itu terkadang mencerminkan “siapa”. Baik itu positif ataupun negatif. Misalnya, jika seseorang dipanggil, “Hai, penjahat!” maka panggilan itu menjerminkan bahwa orang yang dipanggil itu adalah orang yang jahat. Dan itu negatif. Nah, sekarang jika anda memenggil seseorang, “Hai manis!” maka yang tercermin dari dia adalah kemanisannya (fisik maupun nonfisik). Ini positif dan baik.

Rasulullah biasa memanggil Aisyah dengan panggilan mesra “Humaira”. Humaira artinya yang putih kemerah-merahan atau mawar merah merekah. Karena kulit Aisyah yang memang putih kemerah-merahan. Bagaimana dengan anda? Panggillah pasangan anda dengan panggilan semesra dan seromantis mungkin. Dan lihat reaksinya!


Sebenarnya masih banyak kisah-kisah yang menggambarkan keromantisa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Tapi tulisan jika terlalu panjang dan hanya membahas satu masalah terkadang agak membosankan. Jadi saya cukupkan tulisan ini. semoga kita bisa mengambil manfaat dariuswah hasanah kita. Beliau tidak hanya pemimpin umat, pebisnis, panglima perang, negosiator, tapi beliau juga seorang suami yang romantis pada istri-istrinya, beliau juga seorang ayah, kakek, mertua, dan guru bagi segenap umat manusia. Walhamdulillah

0 komentar:

Posting Komentar